Kisah HKMU, Saham yang Dikuasai Oleh Investor Ritel

Saham HKMU bisa dibilang hampir mirip crypto. Soalnya, saham ini tidak tersentralisasi atau dikendalikan oleh satu atau dua pihak, tapi dikendalikan oleh masyarakat. Kok bisa? cek kronologinya di sini

Kisah HKMU, Saham yang Dikuasai Oleh Investor Ritel

Mikirduit – Ada satu saham di Indonesia yang sifatnya terdesentralisasi, artinya tidak ada pengendali secara khusus yang menguasai saham tersebut karena 99,9 persen saham dipegang oleh publik. Sementara itu, pengendalinya hanya pegang 0,1 persen. Kenapa pengendali saham ini bisa hanya memiliki porsi saham yang kecil?

Saham ini adalah PT HK Metals Utama Tbk. (HKMU) yang IPO pada 2018. Bisnis emiten ini adalah terkait perdagangan, jasa, pembangunan, dan industri khususnya barang metal, baja, dan besi. 

Waktu itu, HKMU IPO dengan melepas 31,71 persen saham baru ke publik. Dengan harga IPO Rp230 per saham, HKMU menghimpun dana IPO sekitar Rp235 miliar. Dalam prospektusnya, HKMU akan menggunakan dana IPO senilai Rp90 miliar untuk penyertaan modal ke anak usaha. 

Beberapa anak usaha yang dapat setoran dari dana IPO antara lain:

  • PT Handal Aluminium Sukses senilai Rp67 miliar
  • PT Karya Bumimas Persada senilai Rp8,5 miliar
  • PT Rasa Langgeng Wira senilai Rp7,5 miliar
  • PT Hakaru Metalindo Perkasa senilai Rp7 miliar

Lalu, Rp140 miliar sisa dana digunakan HKMU bersama anak usahanya Handal Aluminium Sukses sebagai modal kerja.

Sementara itu, jika melihat kinerja keuangan HKMU saat IPO, kondisi risiko utang emiten ini memang sudah cukup tinggi. Tingkat debt to equity ratio (DER) HKMU saat itu sudah di atas 1 kali. 

Meski jika melihat kinerja pendapatan dan laba bersihnya memang sensasional. Sampai kuartal I/2018, HKMU mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 140,57 persen menjadi Rp230,36 miliar. Pencapaian itu sudah hampir 40 persen dari kinerja setahun 2017 senilai Rp497 miliar. Lalu, laba bersih HKMU juga melejit 292 persen menjadi Rp20 miliar. 

Namun yang menjadi redflag dari kinerja HKMU saat IPO adalah posisi arus kas operasionalnya negatif, meski laba bersihnya meroket. Hal itu disebabkan adanya kenaikan pembayaran kepada pemasok senilai Rp229 miliar. Hal itu juga diindikasi yang jadi pemicu kenaikan pendapatan dan laba bersih perseroan. Sayangnya, penerimaan dari pelanggan lebih kecil daripada pembayaran ke pemasok setelah cuma mencapai Rp195 milliar. 

Adapun, sumber pendapatan HKMU adalah hasil penjualan alumunium, stainless steel, aksesoris, galvalum, aluminium coated steel and coil, mesin dan peralatan, baja ringan, pipa PVC, zinium,toilet dan sanitary wares, dan lainnya. 

Setahun setelah IPO (pada 2019), kinerja HKMU masih cukup oke setelah laba bersih masih tumbuh 40,9 persen menjadi Rp93 miliar. Namun, posisi kas operasional negatif Rp152 miliar. Kondisi ini menjadi perhatian, meski tingkat debt to equity ratio-nya turun ke bawah 1 kali menjadi 0,9 kali. 

Masalahnya, mayoritas utang HKMU itu jangka pendek senilai Rp527 miliar. Dengan kondisi kas setara kas Rp11 miliar, serta arus kas operasional yang negatif, ini menjadi rentan. 

Hingga petaka terjadi ketika adanya pandemi Covid-19 pada 2020. Hasilnya kinerja HKMU turun drastis dengan mencatatkan kerugian Rp234 miliar. Namun, tren kerugian HKMU terus hingga laporan keuangan terakhir yang dirilis pada kuartal I/2023 yang masih negatif Rp91 miliar.

Momen HKMU Jadi 100 Persen Milik Publik

HKMU dikendalikan oleh PT Hyamn Sukses Abadi di mana pengendali akhirnya adalah Ngasidjo Achmad. Setiap utang yang diambil oleh HKMU serta anak usahanya membawa jaminan atas nama Ngasidjo tersebut. 

Sampai kuartal I/2020, PT Hyamns Sukses Abadi masih mengenggam sekitar 60,36 persen saham HKMU. Sisanya, saham HKMU dipegang oleh Andriani sebesar 36,5 persen dan publik 3,1 persen. Namun, di akhir 2021, komposisi pemegang saham sudah berubah signifikan menjadi PT Hyamn Sukses Abadi hanya pegang 3,05 persen, Andriani hanya pegang 0,0003 persen, dan publik 96,94 persen. 

Apa yang terjadi?

Salah satu masalah mulai muncul di akhir 2020. Salah satu anak usaha HKMU, yakni Hakaru Metalindo Perkasa, digugat Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Sampai akhirnya, anak usaha HKMU itu dinyatakan pailit pada pertengahan 2021. 

Bersamaan dengan itu, pengendali HKMU saat itu, Ngasidjo Achmad juga dinyatakan pailit pada 26 Januari 2022. Di sini, Ngasidjo pun sudah bukan pengendali HKMU sejak 31 Desember 2021. 

Di sisi lain, ada asumsi saham HKMU ini sempat direpo. Pasalnya, tercatat di 29 Oktober 2019, Hyams Sukses Abadi tiba-tiba mencatatkan kenaikan kepemilikan saham sebesar 2,1 miliar lembar atau setara 65,18 persen. Di mana, itu adalah total kepemilikannya saat IPO. Artinya, saham HKMU ini sempat digadaikan dari periode 2018-2019. 

Namun, selang dua minggu, Hyamn Sukses Abadi kembali melepas saham HKMU sebesar 155,1 juta lembar atau setara 4,81 persen pada 29 Oktober 2019. 

Aksi jual Hyamn Sukses Abadi makin gencar di 2020-2021 setelah melakukan penjualan sebanyak lebih dari 1 miliar lembar saham yang membuat kepemilikan sahamnya tersisa 3 persen pada Desember 2021.Rata-rata harga jual saham HKMU oleh Hyman Sukses Abadi sektiar Rp60 hingga Rp70 per saham. 

Sementara itu, Ngasidjo juga sudah bermanuver menjual saham HKMU sejak kuartal I/2020, di mana kepemilikannya susut dari total 100 juta lembar dengan total 3,1 persen saham HKMU menjadi tersisa 10.000 lembar pada Maret 2020. 

Bahkan, Ngasidjo sudah melepas seluruh kepemilikan saham HKMU di harga Rp100 per saham pada 2021 sehingga dirinya tidak lagi pegang saham HKMU secara langsung, hanya tersisa melalui Hyamn Sukses Abadi.

Masalah Jika Tidak Memiliki Pengendali

Setelah kehilangan pengendali utamanya, manajemen HKMU berkomitmen mencari investor strategis. Namun, hingga saat ini, perseroan masih belum menemukan investor yang tertarik masuk. 

Dalam RUPS Luar Biasa pada 12 Januari 2024, HKMU gagal menentukan pengendali.

Adapun, BEI mengingatkan pengndali dalam sebuah emiten itu wajib untuk menentukan arah perusahaan. Ada aturan yang mewajibkan perusahaan untuk menentukan siap pengendali. BEI mengaku pihaknya telah memastikan operasional HKMU masih berjalan. 

Dalam situasi itu, nama Rudi Ramdhani Firmansyah tercatat sebagai pengendali dengan kepemilikan sebesar 0,1 persen. Rudi Ramdhani Firmansyah sendiri adalah salah satu komisaris dari HKMU. 

Permasalahan terbesar emiten jika tidak memiliki pengendali adalah ada potensi kesulitan mendapatkan keputusan jika ada kebutuhan persetujuan pemegang saham. Pasalnya, untuk memutuskan setiap rencana besar, berarti membutuhkan kehadiran investor publik yang memiliki 99 persen saham perseroan. 

Dengan begitu, prospek bisnis emiten seperti ini akan sulit berkembang. Misalnya, HKMU mau right issue, berarti harus minta persetujuan pemegang saham. Jika pemegang saham tidak setuju karena mayoritas ada di publik, aksi right issue pun bisa urung terjadi. Rencana perseroan pun bisa tidak berjalan dengan baik.

Deretan Cerita Notasi di Mikirduit:

  1. Kisah Saham FREN yang Rugi Terus Tapi Masih Bisa Bertahan Hidup
  2. Mimpi Besar MNC di BABP dan Nasib Merger dengan NOBU
  3. Saham AISA yang Menjadi Pesakitan di ICBP
  4. KIJA yang Tiba-tiba Terancam Bangkrut Pada 2019
  5. Saham TPIA, Proyek Petrokimia Soeharto yang Diambil Alih Prajogo
  6. Saham PPRO Pernah Jadi Primadona, Kini Nyaman di Gocap
  7. Saham UNVR Si Raksasa Consumer Goods yang Terjatuh
  8.  Nasib Saham BTPS, Eks Ladang Cuan T.P Rachmat yang Lagi Turun
  9. Saham BEKS, Proyek Bank Sandiaga-Rosan yang Gagal
  10. Kisah Saham POLL Sempat Mendunia Kini Melempem 
  11. Saham MAYA Disanksi OJK, Ini Kronologi dan Prospeknya
  12. Ketika Saham WMUU Berhenti Berkokok

Kesimpulan

Sebenarnya, masalah HKMU sudah terdeteksi dari awal, yakni ketika prospektus IPO menunjukkan ada lonjakan kinerja pendapatan dan laba bersih di kuartal I/2018, tapi kondisi arus kas operasional negatif, serta tingkat utang dibandingkan dengan ekuitas di atas 1 kali, ini sudah tanda redflag risiko kredit sangat tinggi. 

Soalnya, meski kinerja pendapatan dan laba bersih terlihat ciamik, tapi masalahnya cashflow-nya negatif, serta utang tinggi. Jika ada masalah yang tidak terduga hingga menganggu pendapatan muncul seperti Covid-19, maka selesai sudah perusahaan tersebut. Meski, dalam kasus ini, yang pailit adalah salah satu anak usaha HKMU. 

Untuk itu, membandingkan kondisi pendapatan-laba, dengan kas operasional serta free cashflow, serta kondisi utang sangat penting untuk melihat apakah ada celah sebuah perusahaan mengalami masalah kredit. 

Apalagi, seluruh utang yang ada di HKMU serta anak usahanya semuanya dijaminkan atas nama Ngasidjo. Ketika bermasalah, hal itu bisa menjadi sistemik hingga Ngasidjo melepas pengendaliannya di HKMU. 

Kamu nggak ada yang masih hold saham HKMU kan?

Mau dapat guideline saham dividen 2024-2025?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini