Saham BEKS, Proyek Bank Sandiaga-Rosan yang Gagal

Saham BEKS menjadi salah satu fenomena di pasar saham, setelah sempat menjadi sejuta umat dan terjun menjadi gocap, hingga membuat rugi makin dalam dengan reverse stock split.

Saham BEKS, Proyek Bank Sandiaga-Rosan yang Gagal

Mikirduit – Bicara tentang kebijakan suku bunga, kaitan eratnya pasti dengan perbankan. Untuk itu, dalam notasi kali ini, kami akan membahas salah satu saham bank yang pernah jadi punyanya sejuta umat, yakni PT BPD Banten Tbk. alias Bank Pundi (BEKS). Ada yang masih hold saham ini?

Jauh sebelum hingar bingar bank digital, pada medio 2005-2013-an ada namanya semangat menjadi bank UMKM, dalam artian penyalur kredit mikro. Di mana, sampai detik ini, segmen kredit mikro dikuasai oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), meski sebagian kecil juga dipegang oleh PT Bank Tabungan Penisun Nasional Syariah Tbk. (BTPS). 

Kenapa banyak mengincar market UMKM? 

  • Margin keuntungan lebih menarik
  • Segmen pasarnya besar

Dua alasan itu saja membuat segmen ini menarik, bahkan sampai isu bank digital sebenarnya tetap mengejar market kredit mikro tersebut. Hingga akhirnya Rosan Roeslani bersama Sandiaga Uno mengakuisisi Bank Eksekutif melalui Recapital pada 2010. Bank Eksekutif pun diubah menjadi Bank Pundi dengan misi terbesar menjadi bank UMKM terbesar di Indonesia.

BACA JUGA Deretan Seri Notasi Lainnya:

  1. Kisah Saham FREN yang Rugi Terus Tapi Masih Bisa Bertahan Hidup
  2. Mimpi Besar MNC di BABP dan Nasib Merger dengan NOBU
  3. Saham AISA yang Menjadi Pesakitan di ICBP
  4. KIJA yang Tiba-tiba Terancam Bangkrut Pada 2019
  5. Saham TPIA, Proyek Petrokimia Soeharto yang Diambil Alih Prajogo
  6. Saham PPRO Pernah Jadi Primadona, Kini Nyaman di Gocap
  7. Saham UNVR Si Raksasa Consumer Goods yang Terjatuh
  8.  Nasib Saham BTPS, Eks Ladang Cuan T.P Rachmat yang Lagi Turun

Mengelola Bank Sakit

Namun, kondisi Bank Eksekutif sebelum diakuisisi Recapital dalam kondisi sakit parah. Rasio kredit bermasalah kotornya sebesar 50,96 persen. Meski, tingkat rasio kredit bermasalah bersihnya 4,03 persen, tapi tetap terhitung besar. 

Masalahnya, Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan terhadap produktif hanya 33,78 persen. Untungnya, rasio kecukupan modal BEKS di 2010 cukup tebal 41,42 persen. Itu pun hasil right issue senilai Rp500-an miliar setelah Recapital masuk. 

Dengan kondisi tersebut, BEKS kesulitan untuk ekspansi kredit. Hal itu membuat loan to deposit ratio (LDR) bank yang pernah dimiliki Sandiaga itu cuma 52,83 persen. Kami menduga, dalam kondisi itu, BEKS sudah masuk dalam bank daftar pemantauan khusus Bank Indonesia, waktu itu belum ada OJK. 

Adapun, sepanjang di tangan Recapital, perkembangan bisnis BEKS mencatatkan kenaikan dari penyaluran kredit cuma Rp600-an miliar pada 2010 menjadi tembus sekitar Rp5 triliun. Namun, tetap dengan beberapa catatan, BEKS tetap menjadi bank yang sangat tidak menguntungkan. 

Kenapa? meski sudah pulih dari NPL, tapi secara keamanan modal inti dibandingkan dengan aset kreditnya sangat rendah. Buktinya, setelah menyelesaikan permasalah rasio kredit bermasalah yang segudang, rata-rata rasio CAR BEKS selalu di bawah 15 persen dengan tingkat kredit bermasalah yang cenderung naik sempat ke 5 hingga 6 persen.

Kondisi itu pula yang membuat BEKS mencatatkan kerugian, tercatat selama dipegang oleh Recapital, BEKS hanya laba pada periode 2012-2013. 

Euforia Saham BEKS

Pergerakan saham BEKS mulai atraktif saat Recapital masuk ke sana pada 2010-2012 serta ketika mereka ingin jual sahamnya pada 2015-2016. Kehadiran Recapital seperti angin segar ada potensi bank baru yang bisa berbicara lebih di industri. Apalagi, Recapital menyuntikkan modal BEKS tiga kali pada periode 2010-2012 lewat right issue. 

Total dana yang dihimpun BEKS dari right issue sekitar Rp1,3 triliun, yang terdiri dari right issue 2010 senilai Rp512 miliar, 2011 senilai Rp500 miliar, dan 2012 senilai Rp300 miliar. 

Selama periode itu juga saham BEKS cukup atraktif, apalagi kinerja 2012-2013 membaik. Setelah modal disuntikkan, kinerja BEKS malah memburuk di 2014. Hal itu wajar karena situasinya sudah mulai ada fear risiko suku bunga Federal Reserve naik untuk pertama kalinya sejak 2007. 

Akhirnya, kinerja BEKS merugi parah pada 2014 dan 2015. Di sini, muncul isu Recapital mau lepas BEKS. Salah satu rumor yang santer adalah penampungnya PT Bank MNC International Tbk. (BABP) yang memang lagi mencari dua bank kecil untuk diakuisisi. 

Dari sini, pergerakan harga saham BEKS pun mulai kembali atraktif. Hanya saja, transaksi BABP akuisisi BEKS tidak terealisasi sampai akhirnya bank tersebut dicaplok oleh BUMD asal Banten, yakni PT Banten Global Development, yang punya misi menjadikan bank tersebut sebagai BPD Banten. 

Namun, proses akuisisi saham BEKS tidak mudah. Butuh waktu sekitar dua tahun dari 2015 hingga akhir 2016. Banten Global Development memegang 51 persen saham BEKS melalui skema right issue sebanyak 2 kali.

Pertama, right issue pada 5 Agustus 2016. Banten Global Development mengambil alih hak saham baru Recapital. Sehingga, di sini pemerintah provinsi Banten sudah memiliki 35 persen saham BEKS. Dengan modal yang diraih BEKS senilai Rp649 miliar.

Kedua, right issue pada Desember 2016 di mana Pemprov Banten mengambil alih lagi hak saham baru Recapital, sehingga porsi sahamnya menjadi 51 persen. Di sini, BEKS juga mendapatkan dana tambahan senilai Rp329 miliar. 

Recapital pun resmi hilang sebagai pemegang saham BEKS per Juni 2017 setelah 13,67 persen sisanya dilepas ke publik. 

Nasib BEKS  Setelah Jadi Bank Banten

Setelah bertransformasi menjadi Bank Banten, nasib BEKS tidak berubah terlalu banyak. Mereka tetap berkutat dengan kredit bermasalah yang tinggi, terakhir per kuartal III/2023 sebesar 9,37 persen. Perbedaannya, dari segi rasio kecukupan modal lebih kokoh sebesar 40-an persen. 

Posisi profitabilitas pun juga tidak berubah, sampai saat ini BEKS masih mengalami kerugian. Masalah terbesarnya adalah Provinsi Banten memiliki anggaran yang terbatas sehingga tidak sebesar Jawa Barat untuk mendorong bisnisnya.

Akhirnya, dari sini, sempat muncul beberapa kali kalau BEKS bakal mendapatkan investor strategis. Kami menghitung ada tiga rumor akuisisi BEKS lagi. 

Pertama, dua tahun setelah diakuisisi Pemerintah Provinsi Banten, ada kabar kalau BEKS diminati oleh BBRI pada 2018. Namun ternyata kabar itu hanya rumor belaka yang tidak jelas realisasinya. 

Kedua, Amazon mau akuisisi BEKS. Ini salah satu rumor agak random karena mengira kerja sama dengan Amazon Web Service sama dengan aksi akuisisi. Padahal, BEKS hanya menjadi pelanggan layanan cloud dari Amazon tersebut saja. 

Ketiga, rencana akuisisi dan merger dengan BJBR, ini juga ada opsi yang menurut kami lucu. Pasalnya, sejak awal ruang lingkup BJBR itu sampai Banten. Tiba-tiba pemerintah provinsi Banten bikin BPD Banten. Namun, ternyata mengurus bank tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan minta banknya diakuisisi dan merger dengan BJBR. Jelas, bagi BJBR ini ibarat beli lahan yang sudah dikuasainya juga. Aksi ini pun menguap juga tidak jelas. 

Masalah dari BEKS ini adalah rasio kredit bermasalah yang tidak kunjung usai. Bahkan, sampia kuartal III/2023, BEKS punya kredit bermasalah kotor hingga 9,37 persen, meski yang merupakan NPL net hanya 1,45 persen. 

Ditambah, bisnis perseroan kurang matang karena terlalu sering diakuisisi dalam waktu singkat. Misalnya, dari 2010 baru diakuisisi untuk menjadi bank UMKM, tapi di 2016 disulap jadi Bank Banten. 

Hal itu juga yang membuat pemulihannya makin lama. Apalagi, ketika di era Bank Pundi, bank yang masih sakit ini dipaksa ekspansi yang berujung sakitnya makin parah.

Kisah Reverse Stock Split Pahit BEKS

Salah satu hal paling pahit bagi investor BEKS adalah ketika saham ini melakukan reverse stock split pada akhir 2020. Reverse stock split adalah aksi menggabungkan saham dengan rasio tertentu sehingga harga saham cenderung naik meski jumlah saham yang dimiliki berkurang. 

Masalahnya adalah setelah reverse stock split harga saham malah turun kembali ke level sebelumnya. Artinya, kerugian investor malah makin dalam. 

Hal itu terjadi di saham BEKS yang memutuskan reverse stock split 10:1 yang membuat harga sahamnya dari Rp50 per saham menjadi Rp500 per saham. Tujuannya untuk melanggengkan aksi rights issue perseroan. 

Namun, apa daya, harga saham BEKS malah kembali ke Rp50 per saham setelah reverse stock split. Artinya, investor saham pemegang BEKS sebelum reverse stock split mecatatkan kerugian lebih parah lagi. 

Gimana, kamu pernah punya kisah dengan saham BEKS?

Mau dapat guideline saham dividen 2024?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)

 Yuk langsung join Mikirdividen DISKON LANGSUNG Rp100.000 klik di sini ya

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini