Saham MAYA Disanksi OJK, Ini Kronologi dan Prospeknya

Kabar mengejutkan datang dari saham MAYA yang lagi mau right issue, tiba-tiba dapat sanksi dan notasi khusus. Apa yang terjadi sebenarnya?

Saham MAYA Disanksi OJK, Ini Kronologi dan Prospeknya

Mikirduit – PT Bank Mayapada International Tbk. (MAYA) tiba-tiba dapat notasi khusus G yang berarti dikenakan sanksi administratif. Apa yang sebenarnya terjadi di saham MAYA ini? 

Dalam dua tahun terakhir, pergerakan saham MAYA ini kerap tiba-tiba melejit tinggi, lalu kembali sideways. [seperti digambar] Sampai akhirnya BEI pun menyoroti volatilitas saham MAYA di akhir tahun kemarin yang cukup tinggi, meski hanya terjadi sekitar 2 hari. 

Lalu, setelah merilis pengumuman jawaban dari pertanyaan BEI atas volatilitas harga saham itu, saham MAYA malah dikenakan notasi G, yang berarti emiten tersebut dikenakan sanksi administratif. Dari pihak BEI menjelaskan sanksi itu dikenakan terkait aksi transaksi afiliasi MAYA. 

Secara umum, bank milik taipan Dato’ Sri Tahir ini tengah melangsungkan aksi right issue cukup jumbo dengan target dana Rp4 triliun dan harga pelaksanaan Rp150 per saham. Namun, jika kami telisik lebih jauh, masalah transaksi afiliasi ada hubungan dari periode sebelum mendapatkan persetujuan right issue hingga setelah aksi korporasi itu dipublikasikan. 

Sebelum right issue, sebenarnya ada aksi perubahan komposisi pemegang saham di sekitar akhir Desember sebelum volatilitas tinggi terjadi. 

Jadi, salah satu pemegang saham MAYA sebesar 12,39 persen, yakni Liang Xian Ltd., yang berada di Virgin Island British melakukan transaksi hampir seluruh sahamnya dengan harga sangat murah, yakni Rp20 per saham pada 19 Desember 2023. Setelah itu, kepemilikan Liang Xian tersisa 0,92 persen. Padahal, harga saham MAYA saat itu sekitar Rp407 per saham. 

Namun, kita tidak mengetahui kepada siapa saham tersebut dilepas. Dari sisi pemegang saham di atas 5 persen tidak ada perubahan persentase. Artinya, saham itu dilepas di pasar negosiasi kepada beberapa pihak dengan porsi kurang dari 5 persen. 

Sementara itu, dari aksi right issue yang menerbitkan 69 persen saham baru itu, ada satu nama pembeli siaga dari kalangan non-pemegang saham saat ini, yakni PT Gatsu Griya Megatama. Entitas itu disebut akan menjadi pembeli siaga jika ada pemegang saham lainnya yang tidak eksekusi saham baru MAYA. 

Namun, Gatsu Griya Megatama ini bukan orang baru juga bagi MAYA. Pasalnya, pemilik Gatsu dengan MAYA memiliki hubungan afiliasi. Namun, memang tidak jelas apa pelanggaran transaksi afiliasi yang dilakukan perusahaan milik Dato’ Sri Tahir ini.

Prospek Saham MAYA Setelah Right Issue

Saham MAYA sendiri termasuk yang agak kurang likuid jika dilihat dari bid-offer, tapi melihat volatilitas yang terjadi dalam 2 tahun terakhir, ada juga yang memburu peluang dalam skema trading jangka pendek di saham ini. Lalu, bagaimana prospek saham MAYA setelah right issue?

MAYA melakukan right issue cukup jumbo karena menerbitkan 69 persen saham baru. Total dana yang dihimpun pun sekitar Rp4 triliun. Penggunaan dananya untuk memperkuat permodalan. 

Kami menilai aksi right issue MAYA ini cukup wajar karena rasio kecukupan modal perseroan per September 2023 hanya 11 persen. Meski, aturan basel 3 menyebutkan minimal rasio kecukupan modal 8 persen, tapi batas aman tidak tertulis untuk di Indonesia sekitar 13 persen. 

Hal itu untuk antisipasi risiko kredit bermasalah net bila sampai 5 persen. Bahkan, dengan posisi kredit bermasalah net MAYA per September 2,93 persen, jika semuanya menjadi macet, rasio kecukupan modal MAYA bisa tergerus menjadi 8 persen. 

Untuk itu, right issue ini cukup penting bagi MAYA untuk bisa memperkuat permodalan dan kenaikan rasio kecukupan modalnya lagi menjadi di atas 13 persen. 

Di luar kegentingan dari aksi right issue MAYA ini, kami juga melihat bagaimana aksi para pemegang saham pengendali dalam right issue jumbo tersebut. 

Dalam prospektus disebutkan, ada 3 pengendali, yakni Dato Sri Tahir, Jonathan Tahir, dan PT Mayapada Kasih. Dari total itu, Dato Sri Tahir dan Jonathan Tahir berkomitmen melaksanakan seluruh haknya, sedangkan Mayapada Kasih hanya akan melaksanakan sebagian hak saham barunya. 

Sementara itu, ada 4 pihak yang akan menjadi pembeli siaga jika ada pemegang saham yang tidak melaksanakan hak saham barunya, yakni:

  • Dato' Sri Tahir
  • Jonathan Tahir
  • PT Mayapada Kasih
  • PT Gatsu Griya Megatama

Sehingga, jika seluruh investor publik MAYA dan pemegang saham di atas 5 persen berkomitmen melaksanakan haknya, kepemilikan saham PT Mayapada Karunia di MAYA terdilusi dari 27 persen menjadi 15 persen. Porsi pemegang saham di bawah 5 persen naik dari 17 persen menjadi 31 persen. 

Namun, jika seluruh pemegang saham non-pengendali tidak melaksanakan haknya, porsi publik akan turun menjadi 8,3 persen dibandingkan dengan 17,65 persen pada periode sebelum right issue.

Jadi, apakah mending eksekusi right issuenya atau tidak nih? jawabannya ya SESUAI.

  • Jika kamu ingin hold long term di MAYA (yang kami tidak rekomendasikan juga), berarti lebih baik ambil hak saham barunya
  • Jika kamu ingin taking profit atau jual short term, ya nggak usah diambil hak saham barunya.

Deretan Cerita Notasi di Mikirduit:

  1. Kisah Saham FREN yang Rugi Terus Tapi Masih Bisa Bertahan Hidup
  2. Mimpi Besar MNC di BABP dan Nasib Merger dengan NOBU
  3. Saham AISA yang Menjadi Pesakitan di ICBP
  4. KIJA yang Tiba-tiba Terancam Bangkrut Pada 2019
  5. Saham TPIA, Proyek Petrokimia Soeharto yang Diambil Alih Prajogo
  6. Saham PPRO Pernah Jadi Primadona, Kini Nyaman di Gocap
  7. Saham UNVR Si Raksasa Consumer Goods yang Terjatuh
  8.  Nasib Saham BTPS, Eks Ladang Cuan T.P Rachmat yang Lagi Turun
  9. Saham BEKS, Proyek Bank Sandiaga-Rosan yang Gagal
  10. Kisah Saham POLL Sempat Mendunia Kini Melempem 

Masalah Saham MAYA

Saham MAYA sempat menjadi sorotan pada pertengahan 2020 setelah BPK mengindikasikan ada potensi pelanggaran batas maksimal penyaluran kredit (BMPK) pada semester II/2019 senilai Rp23,56 triliun untuk 4 debitur. Keempat debitur itu antara lain, MYRX milik Benny Tjokrosaputro, DILD, Saligading yang terafiliasi dengan Musyarif dan Grup Mayapada. 

Terkait dugaan itu, OJK juga sudah meminta MAYA melakukan action plan untuk eksekusi aset-aset yang bisa dipakai menambal kelebihan penyaluran kredit dari ketentuan BMPK tersebut. Dalam pemberitaan di Bisnis.com pada Juli 2020, Tahir disebut sudah mengalokasikan dana senilai Rp1 triliun dalam bentuk tunai dan Rp3,5 triliun dalam aset gedung. Sisanya akan dipenuhi dalam aset yang diambil alih senilai Rp17,9 triliun dari debitur terkait. 

Namun, kuasa hukum MAYA, Yusril Ihza Mahendra langsung membantah kliennya menyalurkan kredit yang melebihi batas maksimal pemberian kredit pada Juli 2020. Bahkan, Yusril memastikan 90 persen dari nama yang tercatat dalam daftar tersebut, kini sudah bukan nasabah Bank Mayapada lagi. Hal itu pun sudah diklarifikasi oleh pejabat Otoritas Jasa Keuangan pada 13 Juli 2020. 

Secara kinerja, ada beberapa poin yang membuat saham MAYA menjadi sangat tidak menarik. 

Pertama, tingkat rasio kecukupan modal MAYA selalu di bawah 17 persen atau di bawah rata-rata industri bank. Rasio kecukupan modal menjadi salah satu kunci bagaimana bank bisa menyerap risiko terburuk, terutama jika diasumsikan seluruh rasio kredit bermasalah net menjadi macet.

Kedua, kondisi rasio kredit bermasalah secara gross dan nett MAYA bisa dibilang cukup tinggi dalam periode 2017-2023. Hross rata-rata di sekitar 3-5 persen, dan net 1,5 - 4 persen.  

Ketiga, secara return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) sangat tidak menarik. Pasalnya, ROA dan ROE MAYA di bawah 1 persen. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) juga di angka 98 persen, yang berarti operasional MAYA untuk bisa mendapatkan pendapatan kurang efisien. 

Keempat, tingkat net interest margin (NIM) juga kecil hanya 1,57 persen di bawah rata-rata industri bank yang mencapai 4-5 persen.

Prospek Saham BJBR yang Siap Konsolidasi dengan 3 Bank Daerah
Saham BJBR memang lagi tertekan oleh kinerja keuangan yang lagi melambat. Namun, ada satu game changer saham BJBR di 2023 ini, yakni program KUB Bank Daerah. Begini Prospeknya.

Kesimpulan

Tipe saham seperti MAYA ini sifatnya memang hanya untuk trading yang mengambil keuntungan jangka pendek dari volatilitas harganya. Pasalnya, secara fundamental, saham MAYA ini jelas tidak menarik. 

Kamu ada yang hold saham MAYA?

Mau dapat guideline saham dividen 2024-2025?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini