Kisah Saham FREN, Rugi Terus Tapi masih Bisa Bertahan Hidup

FREN, kalau kamu investor saham angkatan 2012 pasti sudah nggak asing dengan saham ini. Primadona yang sempat bikin heboh, meski rugi terus, tapi masih bisa bertahan hidup, begini kisahnya.

Kisah Saham FREN, Rugi Terus Tapi masih Bisa Bertahan Hidup

Mikirduit – PT Smartfren Tbk. atau FREN kembali jadi obrolan setelah rencana akuisisi-merger dengan PT XL Axiata Tbk. (EXCL). Namun, penasarankah kamu, bagaimana FREN yang konsisten mencatatkan rugi bersih bisa terus bertahan? apakah Axiata maupun EXCL benar-benar tertarik dengan perusahaan rugi ini? oke ini ada penjelasan menariknya.

Sebenarnya, FREN yang saat ini juga hasil merger dua operator CDMA pada 2010, yakni PT Mobile-8 Tbk. (FREN) dengan Smart Telecom milik Sinarmas. Waktu itu, persaingan CDMA sangat ketat bersama Esia, Flexi, dan Starone. Kelimanya bertempur perang harga hingga membutuhkan dana yang cukup banyak untuk bertahan hidup. Agar persaingan lebih sehat akhirnya FREN dan Smart Telecom merger menjadi Smartfren. Di sisi lain, PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) yang punya Esia malah terpuruk parah. Lalu, Flexi dan Starone juga angkat bendera putih.

Di sisi lain, nasib FREN setelah merger pun tidak langsung indah. Perseroan melakukan right issue dan terus menambah utang untuk bisa bertahan hidup.

Setelah merger, FREN mencatatkan utang bank jangka panjang senilai Rp3,12 triliun. Nilai itu terus bertambah hingga per 2022 tembus Rp8,65 triliun.

Untuk utang obligasi jangka panjang memang tidak terlihat penambahan, tapi rata-rata diversifikasi pendanaan ke obligasi sekitar Rp1 triliun. Menariknya, meski begitu FREN tidak pernah gagal bayar utang. Tidak seperti kejadian BTEL hingga mengutang biaya sewa jaringan ke Kementerian Komunikasi dan Informasi.

Di luar masalah hitung-hitungan utang, merger antara FREN dengan Smart Telecom memang jadi kunci agar keduanya selamat. Alasannya, dengan merger keduanya bisa lebih efisien dari segi operasional dan bisa memperluas jaringan distribusi pemasaran menjadi satu merek, yakni Smartfren.

Apalagi, Mobile-8 (FREN) milik MNC sudah tidak ekspansi selama 2 tahun dari 2010 akibat kehabisan dana. Artinya, aksi merger membuat FREN kembali meraih dana segar untuk bisa bertahan hidup.

Ketika 2010, FREN disebut memiliki sekitar 3 juta pengguna, sedangkan Smart Telecom memiliki sekitar 2,5 juta pengguna. Jika dimerger, mereka juga memiliki sekitar 5,5 juta pengguna.

BACA JUGA: Mitos EXCL Merger dengan FREN Kembali Muncul, Begini Analisisnya

Mengoptimalkan Pendanaan di Pasar Modal

Selain mengandalkan utang bank jangka panjang dan obligasi, FREN juga mengoptimalkan sumber pendanaan dari pasar modal untuk bertahan hidup. Setahun setelah merger, FREN melakukan rights issue jumbo dan mampu menghimpun dana senilai Rp1,33 triliun. Waktu itu FREN melepas harga pelaksanaan rights issue sebesar Rp100 per saham.

Dari dana rights issue itu, FREN gunakan untuk bayar utang obligasi jangka menengah atau medium term notes (MTN) senilai Rp526 miliar serta membayar utang Rp506 miliar kepada Infinity Capital Holding, sedangkan sisanya Rp150 miliar untuk modal kerja.

FREN juga melakukan rights issue jumbo pada 2018 setelah melepaskan 67 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp100 per saham. Dari situ, FREN mendapatakan dana segar senilai Rp6,7 triliun.

Bahkan, dikutip dari CNBC Indonesia, Sinarmas Grup sangat serius untuk menjadikan FREN sebagai perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Pasalnya, pelaku pasar mengendus rumor Grup Sinarmas mencari modal untuk memperkuat permodalan FREN dengan menjual sebagian kecil saham-saham miliknya di anak usahanya seperti INKP dan TKIM.

Terakhir, FREN melakukan rights issue pada 2021 silam dengan harga pelaksanaan senilai Rp120 per saham, serta dana yang dihimpun senilai Rp697 miliar. 85 persen dana digunakan untuk penyetoran modal ke anak usahanya PT Smart Telecom, yang ujungnya digunakan untuk pembayaran utang ke China Development Bank Corporation, sisanya untuk modal kerja.

BACA JUGA: Begini Cerita Drama Waran Fren di 2012

Ekspansi ke MORA

Ekspansi FREN ke saham MORA cukup menarik. Jadi, FREN melalui anak usahanya PT Smart Telecom berinvestasi di saham MORA sebanyak 20,5 persen saham dari total saham beredar. Saat itu, alasan besar FREN akuisisi saham MORA karena tergiur dengan potensi bisnis fiber optik. Di mana, MORA punya sekitar 50.000 km jaringan fiber optik. Akhirnya, FREN berinvestasi senilai Rp360 miliar di saham tersebut.

Investasi saham di MORA sempat membuat bottom line FREN menjadi laba bersih pada 2022. Sebuah catatan positif karena sejak merger, FREN selalu mencatatkan kerugian bersih. Sayangnya, euforia FREN hanya sementara, karena setelah itu harga saham MORA turun dan perusahaan telekomunikasi milik Grup Sinarmas itu kembali merugi.

Di luar itu, ada fakta menarik, yakni MORA alias PT Mora Telekomunikasi Indonesia Tbk. sebelumnya adalah pemegang saham sebesar 12,6 persen di PT Mobile-8 Tbk. yang sekarang bernama FREN. Namun, kini malah FREN yang menjadi pemegang saham MORA.

Baca dua edisi Notasi Sebelumnya:

Prospek FREN

Ketika ada isu FREN mau proses akuisisi merger dengan EXCL, banyak yang berpikir, wah EXCL atau Axiata pasti rugi karena utangnya banyak terus siapa yang biayain delistingnya?

Di luar itu, kami menemukan fakta menarik tentang FREN, sebuah titik positif di tengah gempuran data negatif, yakni meski FREN mengalami rugi bersih, tapi posisi kas operasional dan cashflow-nya sudah mulai positif.

FREN mencatatkan arus kas operasional tembus Rp2 triliun pada semester I/2023. Nominal itu memang sedikit koreksi tipis dibandingkan dengan semester I/2022, tapi masih cukup tebal. Adapun, angka arus kas operasional yang positif ini jelas telah mengesampingkan data investasi MORA karena semuanya berasal dari operasional bisnis.

Menariknya lagi, arus kas operasional FREN sudah positif sejak kuartal I/2019. Bahkan, saat pandemi Covid-19, arus kas operasional malah tembus Rp1,2 triliun pada kuartal III/2020.

Untuk free cashflow juga sudah positif senilai Rp264 miliar. Tren free cashflow FREN positif sejak Maret 2021.

Dari data ini, artinya FREN sudah menunjukkan bisnisnya telah menghasilkan uang untuk membantu operasionalnya. Sehingga bisa jadi saat ini FREN dalam tahap proses konsolidasi yang tidak membutuhkan utang baru.

Untuk itu, momen perbaikan keuangan ini bisa jadi periode bagus untuk FREN menawarkan diri kepada EXCL. Apalagi, struktur bisnis FREN sudah memiliki MORA yang merupakan emiten menara telekomunikasi dan fiber optik bisa saja dihitung menjadi benefit bagus bagi Axiata Grup.

Pekerjaan rumahnya paling tinggal mengurus biaya delisting saja, jika jadi merger. Namun, menurut kami, sebaiknya jika Axiata akuisisi harus dimerger, tujuannya biar operasional lebih efisien.

Jadi, akankah EXCL akuisisi merger dengan FREN?

Referensi