Mimpi Besar MNC di BABP dan Nasib Merger dengan NOBU

Harga saham BABP dan NOBU naik-turun seiring pasang surut isu merger. Namun, gimana fakta sebenarnya? begini cerita lengkap dan juga sejarah BABP yang punya ambisi akuisisi banyak bank.

Mimpi Besar MNC di BABP dan Nasib Merger dengan NOBU

Mikirduit – Salah satu aksi akuisisi merger yang lagi ramai adalah PT Bank MNC International Tbk. (BABP) dengan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU). Dari sini, kami tertarik mengulas tentang mimpi besar saham BABP pada medio 2016-an dulu. Ini bukan cerita perusahaan yang mau bangkrut, tapi BABP hampir akuisisi bank yang sekarat. Berikut ceritanya.

Sebelum menjadi Bank MNC International, sebenarnya bank itu bernama PT Bank ICB Bumiputera Tbk. Sampai akhirnya, PT MNC Capital Tbk. (BHIT) mengajukan akuisisi 30 persen saham BABP pada 2013. Aksi akuisisi ini dinilai banyak orang langkah yang cukup berani, pasalnya kinerja bisnis BABP sedang merosot.

Sampai, Bank Indonesia (waktu itu belum ada OJK) memberikan beberapa syarat kepada BHIT jika proposal akuisisi BABP mau disetujui. Beberapa syarat itu antara lain:

  • BHIT harus menunjukkan komitmen jangka panjang dengan mengikuti ketentuan lock up period minimal 5 tahun. Artinya, BHIT tidak boleh menjual saham BABP kepada pihak lain hingga 5 tahun ke depan akuisisi rampung, yakni 2014.
  • BHIT harus menyuntikkan modal setiap BABP membutuhkan.
  • BHIT harus mempersiapkan tim manajemen yang berpengalaman dan memiliki track record bagus.

Sampai akhirnya, proses akuisisi BABP berjalan dan rampung pada 2014 hingga MNC Grup menjadi pemegang saham mayoritas di saham bank mini tersebut. Dari situ, BABP berganti nama menjadi Bank MNC International. Setelah Bank MNC ditangan, MNC Grup punya misi besar, yakni menjadikan BABP sebagai bank umum kegiatan usaha (BUKU) III, kategori perbankan saat itu di mana minimal modal inti senilai Rp5 triliun. Cara tercepat untuk naik kelas adalah dengan mengakuisisi bank lain, serta suntik modal.

BACA JUGA KISAH NOTASI LAINNYA: Pesaing ICBP yang Jadi Pesakitan Hingga Kini

MNC Grup Suntik Modal BABP di Tengah Jeratan Kredit Bermasalah

Setelah resmi dikuasai BHIT, BABP tercatat melakukan 8 kali rights issue selama periode 2014-2022. Di sini, kami bagi dua periode, yakni periode pemulihan BABP pada medio 2014-2019 dan juga periode mengejar minimal modal inti Rp3 triliun pada 2020-2022.

Dalam periode pertama, BABP melakukan rights issue sebanyak 5 kali dengan total dana dihimpun senilai Rp2,11 triliun. Modal inti BABP pun naik dari 2013 senilai Rp564 miliar menjadi Rp1,2 triliun pada 2019.

Pertanyaannya, kenapa dana rights issuenya Rp2,11 triliun, tapi modal intinya cuma naik Rp500-an miliar? ya karena BABP harus menyelesaikan masalah kredit bermasalahnya yang pada 2014 sempat tembus 5,88 persen. Dalam penyelesaian kredit bermasalah itu berisiko membuat modal inti tergerus.

Hasilnya, rasio kredit bermasalah kotor BABP sempat turun ke 2,77 persen pada 2016. Sayangnya, rasio kredit bermasalah itu melejit lagi menjadi 7,23 persen pada 2017. Dengan kredit bermasalah setinggi itu (kalau tidak salah jika kredit bermasalah kotor 8 persen bisa masuk bank pengawasan khusus OJK), ekspansi bisnis BABP cenderung terbatas.

Namun, manajemen BABP menekankan kalau kenaikan NPL itu terjadi dari kredit perseroan yang lama. Adapun, untuk kredit yang baru, tingkat NPL-nya sangat kecil tidak sampai 1 persen.

Masalahnya adalah ketika misi BABP mengejar minimal modal inti pada periode 2020-2022. Dengan rasio kredit bermasalah setinggi itu, BABP perlu menambah modal cukup signifikan. Untuk itu,dalam periode 2020-2022, BABP melakukan rights issue dengan penghimpunan dana tembus Rp5,7 triliun.

Di sini, kredit masalah gross BABP akhirnya mulai ternetralisir menjadi 3,5 persen sejak akhir 2022. Masalahanya, gara-gara menangani kredit bermasalah itu, BABP ternyata tidak mampu mengejar target minimal modal inti Rp3 triliun di akhir 2022. Bahkan, sampai kuartal I/2023, modal inti BABP baru Rp2,52 triliun.

Rencana Besar BABP Akuisisi Bank

Selain berkutat menambah modal dan membereskan masalah kredit bermasalah. MNC Grup sangat berambisi untuk mengakuisisi bank agar pertumbuhan bisnis BABP bisa lebih cepat. Banyak kisah deretan bank yang mau diakuisisi agar BABP bisa cepat naik kelas menjadi bank BUKU III. Total, ada dua bank yang disebut-sebut bakal diakuisisi BABP.

Pertama, PT Bank Pundi Tbk. (sekarang menjadi PT Bank Banten Tbk. (BEKS). Saat itu, BEKS tengah menjadi bank pesakitan. Mimpi Sandiaga Uno dan Rosan Roeslani menjadikan bank mini itu sebagai bank UMKM gagal total. Bank tersebut mencatatkan rasio kredit bermasalah yang cukup tinggi.

Sampai akhirnya, muncul kabar BEKS bakal diakuisisi oleh beberapa investor, salah satunya BABP. Pada 2015, sudah ada skema akuisisi merger saham BEKS oleh BABP. Jadi, nantinya kedua bank itu akan dimerger dengan BABP menjadi entitas hasil merger.

Namun, di tengah proses akuisisi merger, BEKS juga dikabarkan diincar oleh BUMD dari Banten dan ingin menjadikan saham bank UMKM itu sebagai bank daerah di Banten. Sampai akhirnya, MNC grup mengumumkan batal akuisisi BEKS pada 2016. Lalu, BEKS pun diakuisisi BUMD asal Banten dan sekarang sudah menjadi Bank Banten.

Kedua, setelah kegagalan akuisisi BEKS, manajemen BABP mengungkapkan pihaknya memiliki beberapa nama bank lainnya, meski dirahasiakan. Namun, sempat muncul kalau BABP bakal mengakuisisi saham PT Bank Capital Tbk. (BACA) pada 2016. Namun, rumor itu langsung dibantah oleh manajemen BACA.

Lalu, BABP masih tidak menyerah untuk mencatatkan pertumbuhan secara anorganik alias dari akuisisi bank lain. Pada 2017, BABP sempat mengungkapkan akan mengakuisisi 3 bank lagi, tapi hingga saat ini, tidak ada satu bank yang benar-benar diakuisisinya.

Dikabarkan Merger dengan NOBU

Setelah melewati tenggat waktu minimal modal inti Rp3 triliun, ternyata BABP masih belum mencapainya. Sampai kuartal I/2023, modal inti BABP baru Rp2,5 triliun. OJK pun menegaskan kalau bank yang belum mencapai modal inti Rp3 triliun, akan dimerger paksa.

Dari sini, BABP dikabarkan bernegosiasi dengan NOBU untuk melakukan merger. NOBU sendiri per kuartal I/2023 sudah mencatatkan modal inti senilai Rp3 triliun. Lalu, NOBU juga baru saja melakukan right issue pada Agustus 2023 dan mampu menghimpun dana senilai Rp900 miliar untuk memperkuat permodalan.

Di sisi lain, OJK menekankan kalau merger BABP dengan NOBU bukan paksaan. Apalagi, BABP dikabarkan sudah mencapai target minimal modal inti Rp3 triliun. Namun, proses merger yang disebut bakal rampung pada Agustus 2023 tidak kunjung ada hasilnya.

Aksi merger BABP dengan NOBU juga hampir pasti batal setelah dalam keterangan resmi di keterbukaan informasi IDX, NOBU menekankan tidak ada aksi korporasi yang bisa berdampak terhadap pergerakan dan pencatatan saham di bursa. Artinya, narasi BABP merger dengan NOBU bisa diperkirakan sudah tidak ada lagi.

Soalnya, jika BABP merger dengan NOBU, berarti ada salah satu pihak yang delisting sukarela serta melakukan tender offer saham publik. Artinya, tetap ada modal yang keluar demi bisa memenuhi minimal modal inti. Untuk itu, pilihan yang diambil bukanlah merger.

Namun, kita bisa tunggu cerita selanjutnya. Lalu, untuk kamu yang sudah watchlist saham BABP atau NOBU mending berhati-hati dulu ya. Kita tidak pernah tahu kalau tiba-tiba ada berbagai kejutan nantinya.

Referensi