Strategi Investasi Saham Dividen yang Aman Hingga Pensiun

Masih banyak yang nggak paham bagaimana strategi investasi saham dividen? akhirnya bukannya untung dari dividen, malah kena dividen trap. Baca di sini strateginya ya

Strategi Investasi Saham Dividen yang Aman Hingga Pensiun

Mikirduit – Setelah mengetahui saham-saham yang rutin membagikan dividen, bagaimana strategi investasi saham dividen? dalam hal ini strategi menentukan kapan waktu beli dan jual saham-saham dividen tersebut agar tidak merugi.

Untuk kamu yang mau tahu cara pilih saham dividen, bisa membaca beberapa artikel ini dulu secara bertahap agar kita memiliki persepsi yang sama.

Selanjutnya berikut cara menentukan waktu beli dan jual saham dividen.

Strategi BELI untuk Investasi Saham Dividen

Kesalahan banyak investor dalam berinvestasi di saham dividen adalah membelinya ketika jelang periode cum-dividen. Kenapa disebut kesalahan? ya karena ada risiko keuntungan yang diterima tidak optimal karena risiko dividen trap.

Kami pernah menulis study kasus dividen trap di saham ITMG. Kamu bisa baca selengkapnya di sini. Walaupun, tidak semua penurunan harga saham setelah periode cum-dividen membuat posisi rugi. [Rugi di sini dalam artian, penurunan harga saham lebih besar daripada tingkat dividen yield yang diberikan], tapi tetap saja keuntungan yang didapatkan tidak optimal.

Untuk itu, kami membuat sebuah formula agar keuntunganmu dari saham dividen bisa optimal. Berikut dua cara beli saham dividen.

Pertama, beli saham saat valuasinya murah. Di sini, kamu perlu cek valuasinya menjadi murah ini disebabkan oleh apa. Jika harga saham turun drastis diikuti laba bersih yang turun, berarti harus dicek ada apa dengan kinerja keuangannya. Jika harga saham turun drastis, tapi laba bersihnya masih tumbuh, perlu dicek juga apakah ada masalah utang atau PKPU anak usaha yang tidak ke-detect langsung di laporan keuangan.

Indikator valuasi murah bisa menggunakan dua sudut pandang. Pertama, murah jika dibandingkan dengan rata-rata historisnya. Kedua, murah jika dibandingkan dengan saham sektoralnya. Kedua perspektif ini perlu kita gunakan semuanya untuk menyakinkan diri saham ini sudah murah.

💡
Tips: hati-hati dengan bias saham terlihat murah karena setelah kenaikan yang sangat tinggi di masa lalu. Untuk itu, demi objektif setelah murah secara historis, kita bisa bandingkan secara sektoral, apakah valuasinya paling kecil atau murah. 

Lalu, metriks valuasi yang digunakan yang sederhana saja, yakni price to book value (PBV) dan price to earning ratio (PER).

💡
Level asumsi saham murah secara rata-rata historisnya: Jika valuasi saham sudah berada di bawah rata-rata 5 tahunnya. Lebih murah lagi jika ada di level standar deviasi -1 5 tahunnya. Paling murah kalau sudah ada di level standar deviasi -2 5 tahunnya. Standar deviasi itu salah perhitungan statistika yang sulit dijelaskan. Data ini, bisa kamu ambil dari screener stockbit.

Jika posisinya sudah murah dan penyebabnya bukan hal fundamental seperti utang dan penurunan bisnis secara teknis [bukan siklus], ya bisa hajar beli. Apakah langsung all in? sebaiknya bertahap, tapi kalau berani ambil risiko besar all in juga nggak masalah.

💡
Tips jika mau all in di saham yang sudah murah: kamu bisa cek secara historis dalam 5 tahun terakhir, berapa harga saham harian terendahnya. Setelah ditemukan, kamu bisa hitung, dari posisi saat ini hingga level terendah itu turunnya berapa persen. Dari situ, berarti kamu harus siap menghadapi risiko penurunan sedalam itu. Jika sudah siap, ya gas all in

Kedua, membeli saham dividen yang lagi mahal dengan strategi cicil beli. Biasanya, saham yang bagi dividen rutin ini memiliki fundamental yang sangat bagus. Sehingga, kalau kita nunggu saham itu sampai terdiskon, bisa-bisa malah nggak jadi investasi.

Untuk itu, kita perlu menggunakan strategi titip sendal untuk masuk ke saham dividen yang masih mahal tersebut. Namun, strategi titip sendalnya ini nggak sembarangan ya. Kita bisa atur strateginya seperti ini.

  • Lihat berapa jumlah modal yang kamu anggarkan untuk saham tersebut. Misalnya, asumsi kamu akan menabung saham tersebut Rp100 juta yang dicicil Rp10 juta per bulan. Berarti buying power utamanya adalah Rp100 juta. Untuk tahap awal, kamu bisa nabung cicil modal di reksa dana sambil menunggu perkembangan harga sahamnya bakal murah atau lanjut mahal.
  • Jika sudah terkumpul Rp50 juta, dan harga saham masih mahal. Berarti, saatnya kita menghitung risiko. Misalnya, kita mau incar saham BBCA yang saat ini di Rp9.250 per saham. Dari sini, kita lihat historis harga saham BBCA terendah ada di berapa dalam dua tahun terakhir. Pas di cek, ada nih, tahun lalu di Rp7.000 per saham, dan dua tahun lalu di Rp6.000 per saham.

Setelah itu, kita atur kekuatan beli dengan melihat risiko saham BBCA bisa turun ke Rp7.000 dan Rp6.000 di masa depan, tapi kita mau beli saat ini di harga Rp9.250. Dengan modal yang tersedia Rp50 juta dari target Rp100 juta. Berarti, tahap awal kita bisa mulai cicil beli Rp20 juta dulu di harga Rp9.250.

Jika saham BBCA turun ke  Rp7.000, kita masih punya kekuatan beli. Misalnya, uang cash dari Rp50 juta, berarti ada sisa Rp30 juta untuk beli jika saham turun ke Rp7.000. Nah, setelah kita beli Rp30 juta di harga Rp7.000, rata-rata harga yang dipegang otomatis turun menjadi Rp7.754 per saham. Posisinya saat ini masih rugi 10 persen, tapi jika harga saham BBCA naik lagi ke 9.000-an, posisinya malah jadi untung.

Bagaimana jika saham BBCA turun lagi ke Rp6.000? kita masih punya kekuatan beli Rp50 juta (dari total target modal Rp100 juta). Dengan kita borong Rp50 juta lagi, rata-rata harga saham yang kita pegang jadi Rp6.700. Ya masih rugi 11 persen dari posisi Rp6.000, tapi jika harga saham naik ke Rp9.000, sudah untung 36 persen.

  • Dengan average down plan ini, kita juga perhitungkan harga saham terburuk BBCA, yang terjadi pada Maret 2020 saat kasus Covid-19 pertama menyebar, yakni di Rp4.400. Dengan asumsi setelah dua kali average down dan menghabiskan seluruh kekuatang beli kita telah membuat harga rata-rata yang dimiliki jadi Rp6.700. Ada risiko, penurunan hingga 35 persen. Misalkan, itu terjadi, apakah uangmu yang diinvestasikan ini tidak akan digunakan dalam jangka panjang. Kalau iya, berarti kamu siap menggunakan strategi ini.

Ingat, strategi ini digunakan setelah kita menganalisis saham dividen tersebut dari segi bisnis oke dan kesehatan keuangannya tidak ada masalah ya. Kalau masuk ke saham yang ada masalahnya seperti SRIL, ya yang ada uang lenyap begitu saja. Seperti kesalahan investasi di saham SRIL dan berujung disuspen bertahun-tahun.

Pertanyaannya, kalau harga sahamnya malah naik terus gimana? kalau kami menyarankan tunggu aja dulu setidaknya kamu sudah titip sendal dan cuan. Jika balik ke harga beli, bisa mulai tambah muatan secara bertahap.

Strategi JUAL Saham Dividen

Tidak mungkin dong kamu simpan selamanya saham dividen yang dibeli sejak 30 tahun lalu? pasti akan ada momen kamu melakukan rebalancing portofolio atau memutuskan untuk mencairkan.

Ada beberapa alasan kenapa kamu harus jual saham dividen:

  • Bisnis emiten mulai terdisrupsi sehingga kinerjanya tidak semantap sebelumnya. Sehingga butuh memindahkan portofolio ke saham dividen yang lebih potensial.
  • ada tanda-tanda masalah fundamental keuangan sehingga ada risiko puasa dividen. Jadi, lebih baik pindahkan aset ke saham dividen potensial lainnya.
  • Sudah mencapai tahap pensiun, di mana kamu ingin memindahkan aset dari saham dividen ke obligasi negara yang menjanjikan pendapatan tetap dari kuponnya.

Lalu, bagaimana strategi jualnya?

Pertama, setelah hold saham dividen, kita wajib memantau perkembangan laporan keuangannya. Minimal 1 tahun sekali, tapi lebih baik setiap kuartal sehingga bisa paham apa saja risiko dan peluang di saham tersebut. Nah, ketika muncul gejala seperti, utangnya naik terus, penjualan pun turun terus, dan kas operasional mulai negatif, ini bisa jadi tanda-tanda buruk. Jadi, kamu wajib terus pantau berita dari saham yang sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut.

Jika melihat posisi harga rata-rata yang dipegang lagi untung, bisa dijual bertahap, hingga ada update laporan tahunan dan RUPS tahunan yang menjadi titik pengumuman dividen. Jika arus kas operasional sudah negatif, ada risiko emiten puasa dividen terlebih dulu. Kecuali mau nekat menggunakan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya.

Kedua, misalnya kamu melihat ada bisnis yang berisiko sunset atau terkena aturan kebijakan pemerintah. Kami ambil contoh cukai minuman berpemanis yang ekspetasinya bisa bikin bisnis ULTJ tertekan. Baca juga: Deretan Saham Calon Korban Kebijakan Cukai Minuman Berpemanis

Pas di cek beberapa tahun pertama setelah pengenaan cukai minuman berpemanis, kok tingkat dividen yield-nya sama aja ya? di sini kamu nggak cukup cuma lihat tingkat dividen yield-nya, tapi perlu lihat juga tingkat penurunan harga saham dan laba bersih emiten tersebut.

Seperti, emiten rokok HMSP dan GGRM yang bisnisnya tertekan kenaikan cukai tiap tahun, tapi dividennya malah naik. Hal itu disebabkan penurunan harga sahamnya lebih besar daripada dividen per saham. Jadi, ada kesan dividen yield-nya baik-baik saja. Padahal, kalau dihitung dengan harga rata-rata yang kamu pegang, tingkat dividen yield-nya sudah jelek banget.

Ketiga, jual untuk keperluan pensiun. Kami berasumsi jumlah nilai uang yang tersimpan di aset saham hingga masa pensiun harusnya sudah besar ya. Jadi, ada beberapa strategi jual saham dividen untuk kamu yang sudah pensiun.

  • Jual all in dan pindahkan sepenuhnya ke SBN seperti FR yang saat ini rata-rata kuponnya bisa 7-8 persen per tahun
  • Tetap hold saham dividen. Tapi, sejak 5 tahun sebelum pensiun, mulai memindahkan hasil dividen setiap tahun ke aset yang lebih likuid. Sehingga, kamu masih bisa menikmati potensi kenaikan harga saham ke depannya. Namun, ini untuk saham potensial saja ya secara prospek bisnisnya. Lalu, uang dividen yang dikumpulkan sejak 5 tahun sebelum pensiun bisa mulai disimpan ke SBN ritel / non-ritel sebagai diversifikasi aset.

Kesimpulan

Di luar rencana strategi yang indah ini, kamu juga harus melek dengan risiko investasi saham, yakni penurunan harga saham. Untuk itu, dalam beberapa part strategi beli-jual ini selalu menekankan adanya risiko.

Termasuk saat memutuskan hold saham dividen setelah pensiun. Ini perlu perhitungan matang seperti:

  • Apakah kamu punya aset dana pensiun selain di saham dividen?
  • Jika nilai aset di saham dividen turun drastis, apa rencana B-mu?

Soalnya, bicara risiko, tidak ada yang bisa memprediksi. Bahkan, Michael Burry yang berani prediksi krisis 2008 dengan ambil Credit Default Swap obligasi Subprime Mortgage masih manage risiko dengan diversifikasi pembelian CDS dengan unit-unit kecil. Sehingga kalau prediksinya meleset, dia nggak rugi. Baca ceritanya di sini.

Setelah mengetahui strategi investasi saham dividen ini, kamu siap untuk menjadi investor saham dividen hingga pensiun nanti?

Mau dapat guideline saham dividen 2024?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini