Meramal Market Crash, Begini Cara Michael Burry Prediksi Krisis 2008

Michael Burry ambil posisi PUT yang dianggap mirip shortsell di indeks S&P 500 dan Nasdaq 100. Memang bagaimana cara Burry prediksi market crash 2008? cek di sini ya

Meramal Market Crash, Begini Cara Michael Burry Prediksi Krisis 2008

Mikirduit – Michael Burry, sosok yang memprediksi risiko keuangan akibat penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) ke segmen yang berisiko tinggi yang terlalu ekspansif dan membuat krisis 2008 kembali memberikan tanda-tanda market crash. Burry disebut membeli opsi PUT untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq 100 yang nilainya setara sekitar 90 persen dari total portofolionya. Apakah ini jadi pertanda buruk? memang bagaimana Burry memprediksi krisis 2008?

Jujur, kita nggak ada yang tahu apa alasan dibalik Burry pasang PUT di indeks S&P 500 dan Nasdaq 100. Apakah karena tingkat suku bunga sudah terlalu tinggi sehingga berisiko resesi? atau ada risiko ekonomi global lainnya.

Lagipula, transaksi PUT ini adalah salah satu transaksi derivatif, di mana jika harga saham atau aset yang diacunya mengalami penurunan, si pembeli PUT akan menikmati keuntungan dengan eksekusi PUT sesuai ketentuan tanpa perlu membayar premi. Namun, jika aset yang diacunya naik, si pembeli hanya cukup membayar premi yang sudah ditentukan, dan pembeli tidak wajib eksekusi PUT. Sehingga, pembeli bisa tetap menikmati kenaikan harga, kerugian hanya sebatas bayar premi saja.

Dari sini, bisa disimpulkan, aksi PUT ini menandakan Burry sendiri masih galau market akan crash atau tidak. Sehingga opsi yang paling aman adalah dengan mengambil opsi PUT tersebut.

Lalu, bagaimana Burry memprediksi market crash 2008?

BACA JUGA: Kekhawatiran Harap-harap Cemas Krisis 2008 Terulang

Cara Burry Melihat Market Crash 2008

Dalam cerita kasus 2008 ada beberapa istilah yang harus dipahami, pertama hipotek subprime mortgage, yakni KPR yang disalurkan tanpa melalui pengawasan yang ketat, seperti melihat penghasilan debitur dan sebagainya.

Lalu, ada obligasi subprime mortgage, yakni obligasi dengan underlying aset dari KPR dalam bahasa gampangnya di Indonesia disebutnya efek beragun aset (EBA). Jadi KPR dikumpulin dan dikonversi menjadi surat berharga untuk menghimpun dana.

Terakhir, credit default swap (CDS), ini sejenis asuransi untuk antisipasi potensi gagal bayar, dengan skema tukar risiko dengan investor lain. Sifat CDS ini seperti Zero Sum Game, ketika ada yang gagal bayar, si pemilik CDS menjadi untung, sedangkan ketika tidak terjadi gagal bayar ya si pemilik CDS keluar modal bayar premi aja. Berikut simulasi untuk CDS: Jika kita beli CDS obligasi WSKT senilai Rp10 triliun dengan premi Rp1 miliar per tahun selama 10 tahun. Berarti risiko kerugian dari CDS jika obligasi WSKT tidak gagal bayar cuma Rp10 miliar. Namun, jika obligasi WSKT gagal bayar, dia untung Rp10 triliun. Ya, ini beneran Zero sum game.

Setelah Burry mempelajari pola subprime mortgage dari berbagai prospektus skema obligasi. Dia melihat risiko hipotek dan obligasi subprime mortgage ini cukup tinggi karena meskipun memiliki underlying perumahan, tapi semua itu tidak bisa dijual dalam waktu singkat.

Ditambah, penyaluran KPR subprime mortgage ke segmen yang sangat berisiko ketika suku bunga rendah. Apalagi, ketentuan KPR subprime mortgage memberikan bunga kredit fix pada 2 tahun pertama, tapi setelahnya menjadi floating yang menyesuaikan dengan suku bunga cuan. Dalam simulasi di Subprime mortgage itu, dalam dua tahun pertama bunga KPR sebesar 6 persen per tahun, tapi setelah dua tahun kemudian menjadi 11 persen per tahun.

Meski dia tahu itu ada risiko besar di KPR subprime mortgage, tapi tidak ada bank yang menjual produk CDS untuk produk obligasi subprime mortgage tersebut. Untuk itu, Burry mengontak beberapa bank dan Deutsche Bank serta Goldman Sach merespons.

Burry bertransaksi CDS subprime mortgage pertamanya pada 2005. Waktu itu, Burry beli 6 CDS subprime mortgage senilai 60 juta dolar AS [masing-masing 10 juta dolar AS]. Dalam membeli CDS obligasi subprime mortgage, Burry membuat beberapa metriks untuk memilih tingkat risiko paling tinggi seperti:

  • Rasio pinjaman terhadap pinjaman rumah
  • Hak gadai kedua atas rumah
  • Lokasi rumah
  • dan beberapa indikator lainnya yang bisa jadi metriks berisiko untuk obligasi subprime mortgage tersebut.

Saat itu, Burry cukup terkejut karena Deutsche Bank tidak peduli dengan obligasi subprime mortgage yang dipilihnya. Soalnya, asumsi saat itu adalah semua obligasi subprime mortgage memiliki kualitas yang sama karena dijamin oleh aset, yakni rumah.

Menariknya, ketika bertemu dengan Goldman Sach, Burry juga makin kaget dan senang. Soalnya, bank itu malah mengirimi daftar panjang obligasi subprime mortgage paling jelek yang bisa dipilih.

"Ini seperti bisa beli asuransi untuk klaim banjir di rumah yang ada di lembah dengan harga premi sama seperti beli asuransi banjir rumah di puncak gunung," ujar Burry.

Terakhir, Burry menghubungi Bank of America untuk membeli CDS subrime mortgage. Total, Burry membeli sekitar ratusan juta dolar AS CDS dari hampir 12 bank di AS dengan rata-rata beli per obligasi sekitar 5 juta - 10 juta dolar AS.

Bisnis CDS jelas menguntungkan bank yang mendapatkan pendapatan premi JIKA obligasi yang di-CDS-kan ini tidak gagal bayar. Sampai akhirnya, Burry ditelepon oleh Goldman Sach ditawari CDS Obligasi Subprime Mortgage senilai 100 juta dolar AS. Dia terkejut hingga akhirnya total CDS yang dimilikinya sekitar 1 miliar dolar AS.

Respons Investor Scion Setelah Dana 1 miliar dolar AS Dibelikan CDS Subprime Mortgage

Sekitar Oktober 2005, Burry berterus terang dan memberi tahu kalau Scion setidaknya memiliki 1 miliar dolar AS dalam bentuk CDS obligasi subprime mortgage via surat.

Dalam surat itu tertulis kalimat seperti, "Terkadang pasar melakukan kesalahan besar. Pasar keliru ketika memberikan America Online uang utnuk membeli Time Warner. Pasar juga melakukan kesalahan saat bertaruh melawan George Soros di mata uang poundsterling Inggris. Dan kini kesalahan pasar lagi mengapung dalam risiko bubble kredit paling besar yang belum pernah ada. Peluang jarang terjadi, dan peluang besar bisa datang ketika seseorang dapat modal yang hampir tidak terbatas untuk bekerja dengan potensi pengembalian yang luar biasa yang jarang dijumpai. Secara selektif, melakukan short [beli CDS] obligasi subprime mortgage yang paling bermasalah dalam sejarah saat ini sama dengan kesempatan tersebut.

Tanda-tanda masalah KPR subprime mortgage ini sudah mulai tampak pada kuartal II/2005. Waktu itu, tunggakan kartu kredit mencapai level tertinggi, di sini terlihat risiko kedit masyarakat AS sangat tinggi. The Fed secara perlahan sudah menaikkan suku bunga, meski bunga kredit hipotenk masih rendah.

"Pasar oblligasi hipotek AS sangat besar, bahkan lebih besar dari obligasi korporasi dan obligasi Treasury AS. Seluruh ekonomi didasarkan kepada stabilitas obligasi hipotek tersebut, dan ujungnya akan bergantung kepada harga rumah yang terus naik. Sungguh menggelikan bagi yang percaya kalau bubble aset ini hanya dapat diketahui setelah kejadian. Ada beberapa cara pengindentifikasian khusus di mana salah satu cirinya adalah adanya kenaikan dan tingkat kesulitan deteksi penipuan di sektor perumahan. FBI melaporkan penipuan hipotek telah meningkat lima kali lipat sejak 2000," tulis Burry dalam surat kepada para investornya.

Namun, respons investornya tidak begitu senang. Beberapa orang kesal karena uang yang mereka titipkan untuk beli saham, malah digunakan untuk beli CDS obligasi subprime mortgage. Di mana, dari sekian banyak investor Burry, sebagian besar tidak begitu paham dengan CDS itu sendiri.

Namun, Burry sudah menggunakan prinsip kehati-hatian dalam investasi di CDS Subprime mortgage tersebut. Dia menempatkan dana di banyak keranjang, di mana jika sebagian kecil dari CDS itu gagal bayar, dan sebagian besar tidak, Burry tetap mendapatkan keuntungan yang besar.

Namun, lagi-lagi ya karena sebagian besar investornya juga tidak paham skema CDS tersebut.

Akhir Oktober 2005, Tanda-tanda Masalah Obligasi Subprime Mortgage Mulai Terlihat

Masalah obligasi subprime-mortgage mulai terurai pada 4 November 2005. Burry mendapatkan pesan e-mail dari Kepala Subprime di Deutsche Bank, bernama Greg Lippmann. Di sini, Greg ingin melakukan buyback keenam CDS miliki Burry. Di sini, Burry yang ogah berursan dengan Deutsche Bank lagi akhirnya menjualnya dengan capital gain atau keuntungan yang lumayan.

Sampai akhirnya, Greg ingin membeli miliaran dolar AS CDS Burry lainnya. Namun, Burry menolak dan heran bagaimana Greg bisa mengetahui dia memiliki CDS yang banyak tersebut.

Tiga hari kemudian, Burry mendapatkan telepon dari sales Goldman Sach bernama Veronica Grinstein. Dia ingin membeli sebagian credit-default swap obligasi subprime mortgage. Sang sales sedikit memberikan clue, kalau manajemen mulai agak khawatir. Michael Burry pun menjual per CDS obligasi subprime mortgage yang tadinya rata-rata dibeli 5 juta - 10 juta dolar AS, menjadi 25 juta dolar AS per CDS.

Burry pun iseng mengontak Bank of America, apakah mereka juga tertarik untuk membelinya. Ternyata mereka juga tertarik. Sampai Burry juga ditelepon oleh Morgan Stanley yang ingin membeli CDS apapun yang dimilikinya.

Di balik itu semua, Burry menyadari kenapa para bank ini mulai tertarik beli CDS karena kredit macet mulai meningkat drastis.

Semua itu pecah pada Februari 2007, KPR subprime mencatatkan gagal bayar dengan rekor terbesar. Bank dan lembaga pembiayaan pun mulai goyah.

14 Juni 2008, kinerja portofolio hedge fund obligasi  subprime mortgage terjun bebas. Indeks obligasi subprime mortgage yang dipegang publik turun 20 persen.

Sales Goldman Sach yang pernah menghubungi Burry, yakni Veronica Grinstein menghilang. Hingga dia mengabarkan kalau kena PHK karena Goldman Sach mengalami kegagalan sistem keuangan alias gangguan likuiditas.

Para investor scion yang sabar dan percaya kepada Burry mencatatkan keuntungan bersih setelah biaya manajemen sebesar 489,34 persen. Padahal, di saat yang sama, indeks S&P 500 mengalami penurunan.

Kesimpulan: Lalu Bagaimana dengan Saat Ini?

Sistem bank di AS memang sempat bermasalah di awal tahun 2023 setelah Sillicon Valley Bank tiba-tiba collaps. Dari kasus SVB itu beberapa bank skala kecil menengah di daerah-daerah AS juga mulai terganggu likuiditas.

Bahkan, Credit Suisse, salah satu bank besar dunia, juga mengalami permasalahan berkepanjangan hingga akhirnya diakuisisi oleh UBS. Namun, sejauh ini, kami melihat belum ada masalah sistemik yang menganggu lembaga keuangan di AS maupun dunia hingga memicu krisis keuangan seperti 2008.

Paling masalah utama saat ini adalah tingkat suku bunga The Fed yang sudah terlalu tinggi berpotensi menghambat laju ekonomi hingga potensi mengalami resesi. Namun, resesi yang berpotensi terjadi saat ini berbeda dengan The Great Recession pada 2008. Perbedaannya, resesi kali ini terjadi karena kondisi upaya The Fed menahan laju inflasi hingga menaikkan suku bunga secara agresif dan membuat risiko pengangguran di mana-mana dan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, resesi pada 2008 disebabkan oleh kegagalan sistem keuangan di AS yang membuat laju ekonomi tidak bisa bergerak semestinya.

Namun, satu hal di sini, Michael Burry ini adalah investor yang mampu melakukan manajemen risiko yang baik. Misalnya, saat beli CDS obligasi subprime mortgage, dia punya uang hingga 1 miliar dolar AS milik investornya. Namun, dia buat pembelian dilakukan dalam jumlah kecil seperti 5 juta sampai 10 juta dolar AS per CDS obligasi subprime mortgage. Kenapa dipecah menjadi kecil? agar kalau ternyata dari sekitar 50 [misalkan] CDS yang dibeli, ternyata yang gagal bayar cuma 5, dia tetap untung.

Setelah membaca ini, menurutmu apakah aksi PUT Michael Burry di Indeks S&P 500 dan Nasdaq 100 memiliki makna market crash?