Saham Grup Lippo Kompak Naik 18 Oktober 2024, Begini Jejak dan Penyebabnya
Saham grup Lippo kompak naik pada perdagangan 18 Oktober 2024. Apa yang membuatnya kompak naik? begini jejak dari konglomerasi Grup Lippo hingga harga sahamnya bisa kompak naik
Mikirduit – Saham Grup Lippo tiba-tiba tersengat meroket sepanjang perdagangan 18 Oktober 2024. Dari LPKR, LPCK, GMTD, KBLV, LPIN, LPLI, LPPF, MLPL, MLPT, MPPA, sampai NOBU. Apa yang sebenarnya terjadi?
Grup Lippo didirikan oleh Mochtar Riady, yang sebenarnya lebih dikenal sebagai seorang bankir. Pengalaman Mochtar Riady sebagai bankir bisa dianggap sebagai legenda. Mengawali pekerjaan sebagai Presiden Direktur Bank Kemakmuran pada 1959. Riady menyelamatkan bank tersebut dari risiko pailit dengan aset hanya 3 juta dolar AS dan modal 100.000 dolar AS.
Setelah dari Bank Kemakmuran, Mochtar bertemu dengan para pengusaha komoditas seperti, Lim Tek Chang, Oey Guan Chang, Tan Kang Su, dan Tan Song Kie. Dari situ, para pengusaha tersebut sepakat membangun PT dan menugaskan Mochtar mencari bank untuk diakuisisi. Dari sini, Mochtar punya teman bernama Ma Zhong yang lagi merugi karena bank miliknya, yakni Bank Buana, lagi bermasalah. Akhirnya, Mochtar mengakuisisi bank tersebut pada 1963 dan menyulap bank tersebut menjadi bank terkemuka. Kini Bank Buana masih ada di Indonesia dan telah berganti nama menjadi Bank UOB Indonesia.
Bahkan, Bank Buana besutan Mochtar itu bisa kebal terhadap krisis 1966. Malah Bank Buana sempat mengakuisisi Bank Industri dan Dagang Indonesia (BIDI), Bank Kemakmuran, dan Bank Industri Jaya Indonesia.
Dalam prosesnya, Mochtar melakukan merger ketiga bank, yakni BIDI, Bank Kemakmuran, dan Bank Industri Jaya Indonesia menjadi Bank Panin pada 1971. Sementara itu, Bank Buana tetap berdiri sendiri hingga saat ini.
Sebagai catatan, pendirian Bank Panin itu dilakukan Mochtar setelah berkolaborasi dengan adik iparnya, Mu'min Ali Gunawan (Pemilik Grup Panin).
Kepiawaian Mochtar menyulap bank sakit menjadi sehat pun terdengar hingga ke telingan Liem Sioe Liong, ayahnya Anthony Salim. Kala itu, Grup Salim memiliki beberapa bank seperti, Bank Windu Kencana (sekarang CCB Indonesia), Bank Dewa Ruci, dan Bank Central Asia (BCA).
Dari situ, Mochtar keluar dari Bank Panin dan memilih bergabung ke BCA. Dari situ, BCA berkembang menjadi salah satu bank swasta terbesar di Indonesia hingga saat ini. Meski, kepemilikannya sudah beralih dari Grup Salim ke Grup Djarum.
Mochtar Riady Mengembangkan Grup Lippo HIngga Kena Blacklist
Awal mulai Grup Lippo dimulai ketika Mochtar Riady membeli sebagian saham Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada 1981 senilai Rp16,3 miliar. Dari sini bisa dibilang awal dari perjalanan Grup Lippo.
Selain Bank Perniagaan, Mochtar juga membeli Bank Umum Asia dan merger keduanya menjadi Bank Lippo pada 1989. Setelah itu, Mochtar keluar dari BCA pada 1991 dengan rencana bisnis banknya sendiri, yakni bank Lippo.
Dari Bank Lippo ini Mochtar mendapatkan akses aset sitaan milik nasabah berupa lahan, termasuk di Karawaci, Tangerang. Sehingga dari situ, Mochtar mulai membangun bisnis propertinya di bawah Grup Lippo. Bisnis properti awal Grup Lippo dimulai dari PT Tunggal Reksa Kencana, yang merupakan cikal bakal Lippo Karawaci.
Perkembangannya, selain bisnis properti, Lippo juga menjamah ke bisnis pusat perbelanjaan. Lippo menjadi salah satu perusahaan properti yang punya cukup banyak pusat perbelanjaan di Indonesia.
Meski Mochtar mampu mengembangkan bisnis Grup Lippo, tapi dirinya pernah kena daftar orang tercela (DOT) di bisnis bank hingga dilarang memiliki bisnis bank sejak 1999 hingga 2010.
Semua bermula dari Mochtar yang tersandung masalah rekapitulasi aset perbankan pada 1999. Bank Lippo yang dimilikinya bermasalah hingga akhirnya pemerintah menyuntikkan Rp6 triliun untuk menyehatkan bank tersebut. Sampai akhirnya, Mochtar harus melepaskan kepemilikan saham di bank tersebut.
Dalam perkembangannya, Bank Lippo memang sudah tidak terdengar lagi namanya sekarang karena bank tersebut sudah berubah nama menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA). Hal itu terjadi setelah Bank Lippo merger dengan Bank Niaga pada 2008.
Setelah keluar dari daftar DOT karena kasus rekapitulasi aset perbankan pada 1998, Mochtar langsung mulai bisnis bank lagi dengan mengakuisisi 60 persen saham Bank Nationalnobu (NOBU).
Jejak Bisnis Grup Lippo
Kini, Grup Lippo telah berkembang cukup pesat. Di IDX, ada sekitar 13 saham yang terhubung dengan Grup Lippo.
Lini bisnisnya pun beragam dari properti seperti GMTD, LPCK, dan LPKR. Lalu, bisnis investasi dan teknologi seperti MLPL dan MLPT. Bisnis di sektor ritel seperti LPPF dan MPPA. Bisnis di sektor komponen otomotif seperti LPIN. Bisnis penyedia jasa telekomunikasi dan multimedia seperti KBLV, bisnis media di bawah LPLI, hingga bisnis terkait jasa penasehat investasi, sekuritas, dan aset manajemen di bawah LPLI. Terakhir, bisnis bank, yakni Bank NOBU.
Lalu, ada juga bisnis rumah sakit, yakni SILO, yang mana bisnis tersebut baru saja dilego sebagian besar sahamnya ke CVC Partner. Sehingga kepemilikan Grup Lippo di salah satu rumah sakit terbesar di Indonesia itu tidak mayoritas lagi.
Di luar itu, MPLPL juga melakukan investasi di beberapa perusahaan seperti, Luno, platform aset kripto yang beroperasi di Indonesia, Malaysia, Afrika Selatan, dan pasar negara berkembang lainnya. Lalu ada Mbiz yang merupakan platofrm solusi e-procurement berbasis web yang dapat digunakan perusahaan untuk mengelola ketersediaan pasokan dan manajemen vendor yang lebih baik. Serta Maxx Coffee yang merupakan brand kopi.
Lalu, Kenapa Saham Grup Lippo Kompak Naik Pada 18 Oktober 2024?
Sebenarnya, jika dilihat dari fluktuasinya, saham-saham Grup Lippo kerap mencatatkan kenaikan signifikan dalam periode tertentu dalam setahun. Walaupun, sempat absen pada 2022-2023 saat suku bunga mulai naik dan berada di level tertinggi.
Selain itu jika diurutkan sejak 2010 hingga 2022, hampir setahun sekali ada kenaikan signifikan seperti di saham LPKR:
- 2010: Saham LPKR Naik hampir 35 persen dalam September sampai Desember 2010
- 2011: Saham LPKR naik 39 persen dalam periode Maret - April 2011
- 2012: Saham LPKR naik 22 persen dalam periode Januari - April 2012
- 2013: Saham LPKR naik 68 persen dalam periode Januari sampai Mei 2013
- 2014: Saham LPKR naik 21 persen dalam periode Oktober sampai November 2014
- 2015: Saham LPKR naik 28 persen dalam periode Januari sampai Maret 2015
- 2016: Saham LPKR naik 19,95 persen dalam Juni 2016
- 2017: Saham LPKR naik 18 persen dalam periode Juli-Agustus 2017
- 2018: Saham LPKR naik 12,8 persen sepanjang Januari 2018
- 2019: Saham LPKR naik sekitar 32 persen dari periode Januari sampai April 2019
- 2020: Saham LPKR naik 86 persen dalam periode Oktober-November 2020
- 2021: Saham LPKR naik 21 persen dalam periode Februari sampai April 2021
Bukan cuma LPKR, saham Grup Lippo lainnya, yakni MLPL juga memiliki rekor yang serupa.
- 2010: Saham MLPL naik lebih dari 100 persen dalam periode September-Oktober 2010.
- 2011: saham MLPL tidak mencatatkan kenaikan signifikan
- 2012: Saham MLPL mencatatkan kenaikan hingga 86 persen dalam periode September - November 2012
- 2013: Saham MLPL naik hampir 160 persen pada periode Januari-Mei 2013
- 2014: saham MLPL naik 104 persen dalam periode Januari-September 2014
- 2015: Saham MLPL tidak mencatatkan kenaikan signifikan
- 2016: Saham MLPL mencatatkan kenaikan hampir 86 persen selama periode Februari - Agustus 2016
- 2017: saham MLPL tidak mencatatkan kenaikan signifikan
- 2018: Saham MLPL naik sebesar 19,58 persen pada Januari 2018
- 2019: Saham MLPL naik sekitar 73 persen dalam periode Januari-Februari 2019
- 2020: Saham MLPL naik sebesar 38 persen dalam periode November 2020
- 2021: Saham MLPL naik lebih dari 300 persen pada periode Februari-Juni 2021. Bahkan, sepanjang tahun tersebut, saham MLPL mencatatkan kenaikan 428 persen.
Berbeda dengan LPKR, MLPL beberapa kali absen mencatatkan kenaikan signifikan, yakni pada 2011, 2015, dan 2017. Namun, polanya tetap sama, yakni absen mencatatkan kenaikan pada 2022 dan 2023.
Beberapa media menilai, kenaikan saham Grup Lippo dipengaruhi oleh kabar positif setelah LPKR mendapatkan peringkat utang yang lebih bagus dari CCC+ menjadi B- oleh Fitch Rating pada 16 Oktober 2024.
Perubahan rating utang itu memang berdampak signifikan. Pasalnya, dengan status rating utang LPKR di level CCC menunjukkan perseroan berpotensi mengalami gagal bayar. Soalnya, rating itu mengindikasikan perusahaan terlalu bergantung dengan kondisi ekonomi yang bagus untuk bisa memenuhi kewajibannya.
Sementara itu, untuk rating B menunjukkan situasi keuangan belum begitu baik dengan spekulasi kondisi keuangan masih cukup buruk dan ada potensi gagal bayar. Meski, belum mencatatkan peringkat yang lebih baik, tapi setidaknya posisi B ini lebih baik dengan CCC yang dianggap punya kemungkinan yang NYATA / REAL (bukan lagi spekulasi) untuk terjadi gagal bayar.
Kenaikan peringkat LPKR itu selaras dengan aksi divestasi saham SILO yang membuat LPKR memiliki tingkat cash yang bagus untuk memenuhi kewajibannya. Sentimen itu cukup kuat untuk mendorong daya tarik volume beli di saham Grup Lippo.
Petaka Grup Lippo mulai terjadi saat rating utang LPKR diturunkan berturut-turut dari B- menjadi CCC dan berlanjut C. Puncak terjadi pada Juni 2024, rating utang LPKR turun jadi C yang berarti risiko gagal bayar utang sangat tinggi. Untuk itu,CVC menjadi penyelamat dengan memborong aksi divestasi saham SILO milik LPKR.
Namun, apakah sentimen ini akan membuat kinerja Grup Lippo akan terus membaik? jawabannya belum tentu. Alasannya, saat ini kenaikan harga saham Grup Lippo sudah cukup agresif, kamu bisa masuk jika memang dirasa secara teknikal cukup menarik. Sementara itu, sampai saat ini, saham-saham di Grup Lippo masih belum cocok untuk investasi jangka panjang.
Mulai Langkah Investasi Saham-mu Bersama Mikirdividen
Kamu bisa mengetahui gambaran benefit jadi member mikirdividen dengan klik di sini.
Secara umum, kamu akan mendapatkan beberapa benefit dengan menjadi member mikirdividen seperti:
- Analisis 31 Saham Dividen yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang (Di-update fundamentalnya per 3 bulan dan harga wajar secara real-time)
- 24 Digest, Publikasi bulanan yang bisa memandumu investasi saham dengan fenomena yang bakal terjadi di bulan selanjutnya
- Grup Diskusi di Whatsapp
- Event Online Bulanan
Kamu bisa jadi member Mikirdividen dengan Harga Diskon 33% menjadi Rp400.000 per tahun. Untuk join jadi member bisa klik di sini. | Promo Paket Ini Berlaku Hingga 31 Desember 2024
Selain itu ada promo lainnya seperti:
- Paket Lengkap Mikirdividen 1 Tahun + Paket e-Book Saham Pertama: DISKON 44% menjadi Rp500.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket ini hanya berlaku hingga 30 September 2024
- Paket e-Book Saham Pertama dengan Benefit (e-Book Saham Pertama, Rekaman Event Saham Pertama, Kalkulator Harga Wajar): DISKON 33% menjadi Rp200.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket Ini Berlaku hingga 31 Desember 2024
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini
Referensi:
- Kontan.co.id, 5 Oktober 2010 ,Blacklist Berakhir, Mochtar Riady Boleh Memiliki Bank
- CNBC Indonesia, 9 Januari 2023, Mochtar Riady, Dewa Banking Pengelola Duit Orang Terkaya RI
- Big Alpha, 27 Juli 2021 ,Sejarah grup Lippo Konglomerasi Raksasa Bikinan Mochtar Riady
- Tirto.id, 17 Oktober 2018 ,Mochtar Riady, Jejaknya dari Bank ke Bank Hingga Proyek Meikarta
- Fitch Rating, 16 Oktober 2024 , Update perubahan Rating utang LPKR
- IDX Channel, 18 Oktober 2024 ,Saham Grup Lippo, MLPL hingga LPKR Kompak Melesat Tersengat Kabar Ini