Prospek BUMI yang Berencana Melakukan Kuasi Reorganisasi

Saham BUMI tiba-tiba naik 21 persen hari ini. Kenaikan itu beriringan dengan pengumuman rencana aksi korporasi kuasi reorganisasi. Apa itu dan gimana nasib saham BUMI selanjutnya? cek di sini

Prospek BUMI yang Berencana Melakukan Kuasi Reorganisasi

Mikirduit – PT Bumi Resources Tbk. alias saham BUMI mengumumkan rencana kuasi reorganisasi pada 23 April 2024. Harga sahamnya pun langsung naik 20 persen. Apa hubungannya antara kuasi reorganisasi dengan prospek saham tersebut? kami ulas selengkapnya di sini. 

Kuasi reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui proses reorganisasi nyata yang dilakukan dengan menilai kembali aset dan kewajiban pada nilai wajar, serta mengeliminasi saldo laba negatif atau defisit. Sederhananya, kalau kata karyawan di SPBU, mulai dari nol ya pak.

Dengan melakukan kuasi reorganisasi itu, saldo ekuitas emiten tidak akan negatif lagi. Dengan begitu, sesuai ketentuan, emiten yang setelah di kuasi reorganisasi bisa kembali membagikan dividen untuk pemegang sahamnya. 

Secara historis, BUMI bukan menjadi saham pertama yang melakukan kuasi reorganisasi. Dikutip dari Kontan.co.id pada 5 September 2011, ada sekitar 30 emiten sempat mengajukan kuasi reorganisasi. Selain itu, saham seperti BBCA juga pernah melakukan kuasi reorganisasi pada 2000.

Lalu, bagaimana dengan prospek saham BUMI setelah berencana melakukan kuasi reorgansiasi tersebut?

Alasan BUMI Melakukan Kuasi Reorganisasi

BUMI mengumumkan rencana melakukan kuasi reorganisasi untuk bisa mengeliminasi defisit saldo labanya. Sampai 2023, BUMI memiliki defisit saldo laba sekitar 2,35 miliar dolar AS atau setara Rp36,17 triliun. 

Manajemen BUMI mengajukan kuasi reorganisasi karena menganggap sudah memenuhi ketentuan. BUMI disebut mencatatkan peforma keuangan yang membaik dalam 3 tahun terakhir dengan rata-rata laba tahun berjalan kepada entitas induk dalam periode 2021-2023 sekitar 234,73 juta dolar AS atau setara Rp3,61 triliun. 

Dengan kondisi itu, akumulasi defisit ekuitas BUMI dianggap material karena telah melewati 60 persen dari modal disetor dan 10 kali rata-rata laba tahun berjalan. Sebagai catatan, posisi defisit ekuitas BUMI sudah sebesar 80,18 persen dari modal disetor dan 10,02 kali dari rata-rata laba  tahun berjalan dalam tiga tahun terakhir. 

Adapun, setelah kuasi reorganisasi sebenarnya hanya ada perubahan di bagian ekuitas, yakni penghilangan pos defisit saja, serta pengurangan di bagian tambahan modal disetor menjadi negatif 298,69 juta dolar AS. Secara umum, tingkat ekuitas terhadap entitas induk masih tetap sama,yakni 1,54 miliar dolar AS. 

Meski begitu, dengan penghapusan defisit tersebut, BUMI bisa kembali membagikan dividen untuk pemegang sahamnya. 

Proses kuasi reorganisasi akan melalui proses RUPS yang dilaksanakan pada 30 Mei 2024. Kalau begitu, gimana prospek saham BUMI selanjutnya?

Begini Peluang Saham BUMI Bagi Dividen Setelah Laba Melejit
Saham BUMI memang mencatatkan pertumbuhan laba bersih 200 persen di 2022. Apakah ini tandanya ada banjir dividen dari BUMI?

Prospek Saham BUMI Setelah Kuasi Reorganisasi

Fundamental BUMI setelah melunasi utang PKPU pada Oktober 2022 memang jauh lebih baik. Tingkat debt equity ratio (DER) per 2023 sudah di 0,09 kali. Kinerja BUMI pun sudah mencatatkan laba bersih positif dalam tiga tahun berturut-turut. 

Setelah Kuasi Reorganisasi ini, BUMI bisa membagikan dividen. Terakhir, BUMI bagikan dividen pada 2012 senilai Rp14,31 per saham dengan tingkat dividen yield setelah ex-date sekitar 1,33 persen. 

Meski begitu, kami perkirakan tingkat dividen BUMI tidak akan terlalu besar juga. Dengan laba bersih 2023 sekitar 10,92 juta dolar AS, serta asumsi dividend payout ratio 30 persen (asumsi BUMI masih punya kas dan setara 76 juta dolar AS), berarti total dividen yang dibagikan cuma Rp1,35 per saham. Tingkat dividend yield dengan harga per 23 April 2024 sekitar 1,29 persen. 

Di luar euforia itu, kami menilai aksi kuasi reorganisasi BUMI ini bukan jadi pertanda saham ini akan oke lagi. Alasannya, BUMI melakukan aksi kuasi reorganisasi karena didukung beberapa momentum seperti, utang PKPU yang sudah lunas, dan booming batu bara di 2022 yang membuat kinerja keuangan periode itu tinggi, meski langsung menciut lagi di 2023. 

Kami menilai aksi korporasi ini bsia mendorong harga saham BUMI lebih tinggi dengan adanya ekspektasi dividen, meski menurut kami dividennya juga tidak terlalu menarik. Namun, untuk jangka panjang tetap ada risiko kinerja BUMI kembali goyah. 

Hal itu bisa disebabkan jika BUMI kembali meningkatkan utang berbunga-nya menjadi lebih tinggi. Seperti per 2023 kemarin, meski DER BUMI masih di 0,09 kali, tapi tingkat utang berbunganya naik 140 persen menjadi 153,38 juta dolar AS atau setara Rp2,35 triliun. 

Jika jumlah utang berbunga kembali naik dan kinerja BUMI masih tertekan oleh harga batu bara yang cenderung sideways di 100 dolar AS per ton, kinerja BUMI bisa kembali turun. 

Untuk itu, kami menilai saham BUMI masih cocok untuk sekadar trading. Saham ini belum menarik untuk investasi, meski nantinya defisit saldo laba dihapuskan.

Saham BREN Jadi yang Terbesar, Dejavu dengan BUMI?
Saham BREN resmi menjadi saham dengan market cap terbesar di BEI setelah menggeser BBCA per 8 Desember 2023. Namun, kok jadi dejavu dengan BUMI?

Belajar dari BNBR dan BRPT

Salah satu periode terdekat yang paling ramai aksi kuasi reorganisasi itu terjadi pada 2011. Beberapa saham yang melakukan kuasi antara lain, BNBR, BRPT, hingga GIAA. Namun, kami akan mengambil dua contoh, yakni BNBR dan BRPT. 

BNBR melakukan kuasi reorganisasi pada 2011. Dalam aksi tersebut, BNBR akan menghapus defisit sekitar Rp34,9 triliun. Manajemen menilai perseroan melakukan kuasi reorganisasi karena sudah menyusun rencana bisnis dan yakin banyak potensi yang digunakan untuk memenuhi dan mewujudkan berbaga rencana bisnis ke depannya. 

Namun, aksi kuasi BNBR molor. Penyebabnya, BNBR kembali mencatatkan rugi pada September 2011. Padahal, syarat dari kuasi reorganisasi adlaah perseroan mencatatkan saldolaba negatif yang material selama tiga tahun berturut-turut dalam artian memenuhi ketentuan saldo defisit mencapai lebih dari 60 persen dari modal disetor, dan 10 kali rata-rata laba tahun berjalan. Serta, posisi saldo laba negatif itu wajib didorong kinerja keuangan yang positif dalam 3 tahun terakhir. 

Untuk menutupi kerugian pada September 2011 itu, BNBR menjual 23,8 persen saham Bumi Plc kepada PT Borneo Lumbung Energy Tbk. (BORN) senilai 1 miliar dolar AS. Lalu, menjual BTEL kepada Mount Charlotte Holdong Ltd. dengan harga Rp340-Rp345 per saham. Harga itu cukup premium karena harga saham BTEL saat itu cuma Rp260 per saham. 

Permasalahan terjadi saat melakukan penjualan saham BTEL. Awalnya, Mount yang akan bertransaksi, tapi ernyata Mount mengalihkannya ke Sky Trinity pada 2012. Nah, transaksi BTEL antara BNBR dengan Sky Trinity ini yang mandek, sampai akhirnya batal. 

Setelah transaksi batal, manajemen BNBR mengungkapkan kalau pihaknya telah melakukan pencadangan kerugian piutang senilai Rp900 miliar dan mendapatkan pembayaran dari Sky Trinity Rp350 miliar. 

Meski begitu,setelah melakukan kuasi, BNBR kembali mengalami defisit hingga per 2023 senilai Rp19,53 triliun. hal itu disebabkan, BNBR kembali mengalami kerugian di 2013 senilai Rp12,72 triliun, dan periode 2015-2018, dan 2020. 

Setelah kuasi reorganisasi itu, BNBR juga tidak pernah membagikan dividen. Apalagi, kini sudah ada defisit lagi sehingga mau laba seberapa besar pun tidak akan bagi dividen. 

Berbeda dengan BNBR, BRPT juga melakukan kuasi reorganisasi pada 2011. Kala itu, BRPT berencana menghapus defisit sekitar Rp5,62 triliun. Setelah kuasi dilakukan BRPT tidak langsung bagi dividen, perseroan justru bagi dividen pertama kali 7 tahun setelah aksi korporasi tersebut. 

Kini, BRPT menjadi perusahaan holding yang cukup oke setelah ekspansi besar-besaran ke panas bumi yang kini di bawah naungan anak usahanya, BREN.

Kesimpulan

Aksi kuasi reorganisasi itu tidak pasti membuat kinerja emiten menjadi lebih baik. Hanya saja, memang mengatur agar pencatatan keuangan emiten menjadi terlihat lebih oke karena tidak ada lagi defisit. 

Di luar itu, emiten yang melakukan kuasi reorganisasi memang biasanya yang sempat bermasalah bisnisnya. Misalnya pasca krisis, BBCA melakukan kuasi reorganisasi karena kinerja bisnisnya agak berantakan saat krisis 1998 hingga masuk BPPN. 

Dengan begitu, dalam melihat prospek kinerja emiten setelah kuasi reorganisasi, kita juga perlu lihat seberapa bagus manajemen membuat perencananaan bisnis dan mengeksekusinya. Soalnya, meski defisit sudah dihapus, jika strategi dan eksekusi bisnis masih berantakan, yang ada bisa muncul defisit lagi kayak BNBR. 

Kira-kira, menurutmu gimana prospek kuasi reorganisasi BUMI nanti? bikin saham batu bara itu bisa moncer gak?

Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?

Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini