OPEC Mau Naikkan Produksi, Ini Saham yang Diuntungkan dan Dirugikan
OPEC menghentikan pemangkasan produksi yang harusnya berjalan hingga akhir Maret 2025 dan memberikan sinyal kenaikan produksi. Lalu, apa saja saham yang diuntungkan dan dirugikan dari situ?

Mikirduit – OPEC plus sepakat untuk meningkatkan produksi secara bertahap mulai April 2025. Lalu, apa efeknya ke saham migas yang ada di Indonesia?
Dalam pertemuan OPEC plus pada 3 Februari 2025 ada beberapa keputusan yang dibuat.
Pertama, OPEC plus sepakat menghentikan rencana pemangkasan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari hingga Maret 2025.
Kedua, OPEC plus akan mulai menaikkan produksi pada April 2025 dimulai dari Uni Emirat Arab sebesar 138.000 barel per hari.
Ketiga, kenaikan produksi berlangsung hingga September 2026.
Keempat, keputusan final terkait rencana kenaikan produksi di April 2025 akan ditentukan pada awal Maret 2025.
Secara historis, keputusan OPEC plus menaikkan produksi akan menjadi penekan harga minyak dunia. Hal itu terlihat pada perdagangan minyak BRENT pada 3 Februari 2025. Harga minyak BRENT sempat naik 1,3 persen ke 77 dolar AS per barel, tapi setelah keputusan OPEC plus keluar, harga minyak langsung susut 2,5 persen dari level tertingginya.
Adapun, harga minyak dunia mampu bertahan di level 70 - 80 dolar AS sejak era suku bunga tinggi di 2022 karena dorongan kebijakan pemangkasan produksi dari OPEC. Biasanya, saat suku bunga naik apalagi seagresif yang dilakukan Federal Reserve pada 2022-2023, hal itu bisa jadi penekan harga komoditas karena ada indikasi permintaan melambat.
Namun, penurunan permintaan itu tidak menekan harga lebih jauh karena OPEC plus memangkas sekitar 5,85 juta barel per hari atau setara 5,7 persen dari pasokan global sejak 2022.
Bahkan, OPEC plus juga memperpanjang pemangkasan produksi hingga Maret 2025.
Secara historis, kenaikan produksi OPEC memang menekan harga cukup signifikan. Terakhir, hal tersebut terjadi pada 2018, harga minyak BRENT sempat turun ke 55 dolar AS per barrel pada November 2018 setelah OPEC menaikkan produksi migasnya. Ditambah, OPEC juga tidak menyetujui pemangkasan produksi secara kolektif.
Nasib Saham Migas di Indonesia
Menariknya, secara historis fluktuasi harga minyak dunia tidak terlalu mempengaruhi kinerja keuangan emiten migas di Indonesia. MEDC dan ENRG memang mengalami kerugian saat periode fluktuasi harga minyak di 2018-2019 tersebut.
Namun, kerugian MEDC dan ENRG lebih didorong oleh faktor lain. Misalnya, penekan kinerja MEDC pada 2018 datang dari segmen bisnis pembangkit listrik dan perusahaan tambang afiliasinya, yakni AMMN. Malah, kinerja pendapatan migas AMMN tetap meningkat di atas 15 persen dalam periode fluktuasi tersebut pada 2018.
Hal itu disebabkan oleh tingkat cash cost MEDC yang cukup rendah sekitar 8-10 dolar AS per barrel equivalent oil. Hingga 2024, MEDC mampu menjaga tingkat cash cost di bawah 10 dolar AS per barrel.
Lalu, ENRG juga mengalami kerugian karena penurunan produksi gas di salah satu wilayah kerjanya. ENRG mencatatkan tekanan produksi gas pada 2018 menjadi 132 MMSCFD dibandingkan dengan 156 MMSCFD pada periode sama tahun sebelumnya. Sementara itu, produksi minyak masih naik sebesar 1,7 juta barel per hari dibandingkan dengan 1,6 juta barel per hari.
Sementara itu, bagi AKRA, penurunan harga minyak dunia bisa berdampak terhadap penurunan pendapatan perseroan. Pasalnya, mayoritas bisnis AKRA adalah distribusi BBM ke ritel maupun industri.
Namun, meski ada pengaruh dari segi pendapatan, tapi dari segi laba bersih cenderung masih bisa naik. Soalnya, bisnis AKRA ini adalah distribusi BBM sehingga untuk optimalisasi keuntungannya tinggal mengatur biaya persediaan dan distribusi. Sehingga secara umum tidak berefek signifikan. Bahkan, jika harga minyak turun bisa menurunkan harga BBM di masyarakat sehingga dari segi potensi daya beli meningkat dan volume beli BBM-nya bisa lebih tinggi.
Dengan bisnis trading, semakin banyak volume yang laris berarti tingkat keuntungan bisa menjadi lebih besar.
Hanya saja, AKRA memang mengalami penurunan laba bersih pada 2019 disebabkan adanya penjualan aset pabrik perseroan di China yang membuat hitungan laba bersihnya menjadi lebih rendah. Padahal secara umum bertumbuh.

Saham yang Diuntungkan Jika Harga Minyak Rendah
Selain itu, ada beberapa saham yang justru diuntungkan dari adanya potensi penurunan harga minyak dunia. Secara umum, efeknya adalah biaya distribusi akan lebih rendah jika penurunan harga minyak dunia mempengaruhi harga BBM non-subsidi. Dengan begitu, margin keuntungan perusahaan-perusahaan distribusi juga bisa lebih bagus. Termasuk, margin produsen produk consumer.
Namun, ada beberapa saham yang secara langsung diuntungkan jika harga minyak dunia turun. Saham tersebut adalah yang berada di bisnis Petrokimia, seperti TPIA. Hal tersebut disebabkan salah satu biaya terbesar dari bisnis petrokimia adalah minyak mentah tersebut.
Dari laporan keuangan TPIA per kuartal III/2024, biaya bahan baku produksi berupa minyak itu mencapai 70,97 persen dari total pendapatan TPIA. Artinya, jika ada penurunan harga minyak yang cukup signifikan, secara bisnis TPIA akan diuntungkan karena berpotensi mencatatkan margin keuntungan yang lebih besar.
Hal itu juga berpengaruh terhadap induk usahanya TPIA, yakni BRPT, yang saat ini membawahi beberapa anak usaha, seperti TPIA, dan BREN.
Hal itu terlihat saat harga minyak dunia sempat di bawah 50 dolar AS per barrel pada periode 2015-2017, kinerja laba bersih TPIA meroket hingga mencapai Rp4 triliun dalam setahun. Namun, setelah harga minyak kembali normal, rata-rata laba bersih TPIA kembali di bawah Rp1 triliun per tahun.
Kesimpulan
Jadi, apakah jual saham minyak dan beli saham petrokimia? kami menilai fluktuasi harga saham yang terjadi di saham-saham yang punya hubungan positif dan negatif ke minyak sifatnya masih jangka pendek.
Dalam hasil rapat OPEC+ tersebut disebutkan, pihak organisasi ekspor minyak dunia itu akan memutuskan hasil final untuk menaikkan produksi di awal Maret 2025. Sehingga, kami menilai harga saham yang related dengan sentimen ini masih akan fluktuatif dan ada peluang masuk lebih bagus jelang Maret 2025.
Untuk tren sentimen ini bisa diikuti untuk jangka menengah pendek. Adapun, untuk jangka panjang akan tergantung dengan perkembangan kinerja emiten-emiten terkait. Apalagi, harga saham seperti AKRA dan MEDC itu sangat fundamental based, sehingga akan tergantung dengan kinerja keuangan perseroan.
Sementara itu, untuk ENRG, BRPT, dan TPIA akan tergantung momentum buy besar yang masuk ke saham tersebut.
Mau curhat kondisi porto saham-mu saat ini? yuk join Mikirdividen sekarang untuk gabung ke Grup Diskusi bersama ratusan investor lainnya.
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini