Cara Pilih Aset Investasi yang 99 Persen Pasti Cuan

Kamu harus tahu ada 4 fase yang bisa menentukan aset investasi mana yang 99 persen pasti cuan, 1 persennya ya lagi apes aja. Baca di sini ya

Cara Pilih Aset Investasi yang 99 Persen Pasti Cuan

Mikir Duit – Percaya nggak? 9 dari 10 orang yang mau investasi sering bingung, enaknya menempatkan dana investasinya di aset yang mana ya? kalau masuk saham takut rugi, masuk SBN ritel modalnya masih kecil, reksa dana bisa nyicil sih, tapi untungnya nggak sebesar saham. Siapa yang mikir begini? untuk itu, kita akan kasih tau cara pilih investasi yang berpeluang cuan.

Sebelum itu, kamu wajib pahami dulu karakter investasi yang bisa dibaca di sini, BACA DULU: Investasi yang Bagus untuk Pemula agar bisa nyambung dengan konten selanjutnya ini.

Indikator Utama untuk Mengetahui Aset Investasi yang Akan Cuan

Ada satu indikator utama yang bisa membantu kita untuk mengetahui apa investasi saham yang akan cuan. Indikator itu adalah arah kebijakan suku bunga bank sentral.

Bank sentral bisa membuat 4 kemungkinan arah pergerakan suku bunga:

  • Menaikkan suku bunga
  • Menahan kenaikan suku bunga
  • Menurunkan suku bunga
  • Menahan penurunan suku bunga

kenapa menahan suku bunga dibedakan antara menahan kenaikan dan menahan penurunan, karena keduanya punya arti yang berbeda dan akan dijelaskan lengkapnya di bawah.

Sebelum lanjut, kamu wajib tahu arah pergerakan aset investasi itu bakal naik atau turun adalah berdasarkan forward looking atau apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi, bukan apa yang telah terjadi sebelumnya.

Kadang, kita terdistraksi dengan data-data lagging seperti data pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan laporan keuangan perusahaan yang sifatnya lagging. Padahal, yang perlu kita ketahui adalah ekspektasi selanjutnya yang bisa terepresentasi dari arah kebijakan suku bunga dan data-data lagging yang sudah dirilis.

Cara Menentukan Aset Investasi yang Berpotensi Cuan

Dalam hal ini, kami akan membahas 3 aset utama, yakni saham, obligasi (termasuk SBN ritel), dan deposito. Lalu, apa hubungannya 3 aset utama ini dengan kebijakan bank sentral?

Ketika Suku Bunga Bank Sentral Naik

Coba, apa tujuan bank sentral menaikkan suku bunga? jawaban teoritisnya antara lain, menjaga laju inflasi dengan menekan peredaran uang beredar. Lalu, untuk bank sentral di luar Amerika Serikat (AS) juga punya alasan untuk menstabilkan nilai mata uang yang sebenarnya ujung-ujungnya tetap mengendalikan inflasi.

Lalu, apa yang terjadi ketika bank sentral menaikkan suku bunga? peredaran uang akan lebih sedikit terbatas dibandingkan dengan sebelumnya. Hal itu akan mempengaruhi permintaan konsumsi konsumen yang berefek ke kinerja bisnis menjadi lebih lambat. Dengan kinerja bisnis yang melambat, pertumbuhan ekonomi ke depannya juga berpotensi lebih lambat.

Nah, dengan kinerja bisnis yang melambat, artinya emiten alias perusahaan terbuka yang sudah listing juga berpotensi mencatatkan perlambatan kinerja keuangan. Di sini, beberapa pihak mulai mengambil aksi profit taking, terutama di saham-saham yang harganya sudah tinggi.

Akhirnya, ketika tren suku bunga naik, maka pasar saham secara umum cenderung melemah.

Lalu, kemana uang-uang dari saham itu singgah?

Jawabannya, investor banyak yang mengamankan asetnya ke obligasi negara dan deposito. Pasalnya, dengan kenaikan suku bunga, tingkat kupon obligasi negara yang baru akan lebih tinggi. Lalu, forward looking harga obligasi negara dengan kupon tinggi itu juga berpotensi meningkat ketika BI menurunkan suku bunga di kemudian hari. Pasalnya, dengan penawaran kupon tinggi di saat suku bunga rendah, permintaan obligasi akan meningkat.

Begitu juga dengan deposito, kenaikan suku bunga acuan membuat bunga deposito yang tingkat risikonya paling rendah ini menarik. Setidaknya, dengan bunga 4 persen-an per tahun lebih baik daripada rugi di saham.

Jadi, apa aset investasi yang mulai menarik saat bank sentral sudah menaikkan suku bunga?

Aset menarik:

  • Obligasi negara, termasuk SBN ritel
  • Deposito bank
  • Reksa dana pasar uang

Aset tidak menarik:

  • Saham

BACA JUGA: Kalau Sudah Jago Saham, masih Perlu Investasi Reksa dana?

Ketika Bank Sentral Menahan Kenaikan Suku Bunga

Bank sentral tidak mungkin terus menaikkan suku bunga. Pasalnya, suku bunga yang terlalu tinggi bisa menghancurkan ekonomi. Soalnya, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) berpotensi meningkat karena kinerja bisnis yang lesu akibat permintaan konsumsi dari masyarakat yang rendah. Untuk itu, bank sentral akan menakar waktu yang tepat untuk menahan kenaikan suku bunga.

Nah, ketika bank sentral mulai menahan kenaikan suku bunga, forward looking-nya sudah agak berbeda dengan ketika menaikkan suku bunga.

Dengan bank sentral menahan kenaikan suku bunga lebih lanjut, hal ini akan menjadi sentimen positif awal untuk pertumbuhan kinerja bisnis. Di sini, tren pasar saham yang tadinya dalam tekanan bisa mulai rebound karena forward looking kinerja keuangan saham yang lebih baik. Untuk itu, jika ada saham-saham yang sudah murah karena tekanan kenaikan suku bunga, kita bisa mulai masuk ke sana.

Di sisi lain, obligasi negara seperti SBN ritel juga menarik banget. Ketika bank sentral menahan suku bunga dan ada SBN ritel baru yang diterbitkan, surat utang pemerintah itu juga menjadi salah satu yang menarik dibeli. Alasannya, kupon yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat suku bunga tertinggi. Alhasil, potensi keuntungannya ganda bisa cuan dari kupon yang dibagikan serta harga jual di pasar sekunder saat tren suku bunga mulai turun.

Beberapa aset investasi yang menarik lainnya adalah reksa dana pendapatan tetap. Bisa jadi, posisi reksa dana pendapatan tetap berada di titik bottomnya. Jadi, ketika masuk di periode menahan kenaikan suku bunga, berarti kita bisa masuk di posisi bawah yang ada potensi kenaikan signifikan saat suku bunga bank sentral mulai diturunkan nantinya.

Di sisi lain, deposito masih menarik, tapi ketika ada potensi yang lebih menarik di saham, obligasi, dan reksa dana pendapatan tetap, kenapa harus tetap stay di deposito?

Aset menarik:

  • Obligasi negara, termasuk SBN ritel
  • Saham
  • Reksa dana pendapatan tetap

Aset Netral:

  • Deposito

BACA JUGA: 3 Sumber Passive Income yang Bisa Kasih Cuan per Bulan Setara UMR

Ketika Suku Bunga Diturunkan

Siklusnya, ketika bank sentral sudah menahan kenaikan suku bunga, berarti selanjutnya adalah menurunkan suku bunga. Tujuannya, untuk kembali menggenjot pertumbuhan ekonomi yang sempat terhambat akibat kenaikan suku bunga.

Kondisi ini jelas bakal bullish banget untuk saham yang membuat forward looking perbaikan kinerja keuangan emiten bisa terealisasi. Di sisi lain, untuk obligasi negara sudah mulai tidak menarik jika beli saat suku bunga sudah turun. Ada risiko penurunan harga jika nanti bank sentral mulai menaikkan suku bunga. Namun, di tahap ini, obligasi negara tetap bisa menarik dibeli sebagai aset diversifikasi.

Lalu, reksa dana pendapatan tetap masih ada potensi naik, tapi posisinya sudah mulai tinggi. Apalagi, jika tingkat kenaikan suku bunga mulai mendekati bottom.

Di sini, deposito juga sudah mulai tidak menarik. Alasannya, dengan tingkat keuntungan yang ditawarkan, meski tidak ada risiko, tapi prospek cuan di saham akan lebih menarik.

Aset menarik:

  • Saham

Aset Netral:

  • Deposito
  • Obligasi negara, termasuk SBN ritel

Aset Tidak Menarik:

  • Reksa dana pendapatan tetap

Ketika Bank Sentral Menahan Penurunan Suku Bunga

Bank sentral juga tidak selamanya menurunkan suku bunga karena bisa mengacaukan ekonomi juga. Soalnya, penurunan suku bunga bisa memicu peredaran uang di masyarkat dan menaikkan tingkat inflasi sangat tinggi. Inflasi yang tinggi bisa memicu risiko PHK dan kinerja bisnis yang menurun akibat kenaikan biaya bahan baku.

Kondisi ini bisa dibilang sudah titik tertinggi kenaikan pasar saham. Jadi, ini menjadi titik terbaik jika ingin menjual saham, kecuali memang untuk saham jangka panjang banget dan dapat pendapatan pasif dari dividen ya.

Di sisi lain, obligasi negara juga tidak begitu menarik di periode ini. Tingkat kupon yang rendah, serta risiko penurunan harga obligasi ketika suku bunga mulai dinaikkan lagi.

Deposito juga jelas tidak menarik karena keuntungan yang diberikan cenderung sangat kecil.

Jadi, apa yang menarik di periode ini? jika ingin mendapatkan keuntungan besar, bisa melakukan trading jangka pendek di saham-saham yang lagi digoreng. Pasalnya, di periode ini peredaran uang cukup banyak, sehingga pasar saham masih bisa menguat, meski dengan risiko sudah di pucuk. Hal itu bisa dilihat pada periode 2021 dan 2022 di mana tren pasar saham terus naik.

Aset Netral:

  • Saham

Aset Tidak Menarik:

  • SBN ritel
  • Deposito

Kesimpulan

Sebenarnya, 4 fase ini hanya menggambarkan aset investasi apa yang menarik untuk dipilih sesuai dengan tren kebijakan bank sentral. Jadi, kita bisa memanfaatkan momen tersebut untuk mendulang cuan. Namun, untuk detail saham, SBN, dan sebagainya yang cocok perlu analisis lebih mendalam lagi.

Lalu, penjelasan aset menarik, netral, dan tidak menarik ini menggambarkan jika kamu ingin memulai investasi. Mana yang menjadi prioritas dipilih. Jadi, jika kamu sudah mulai investasi, semua aset investasi akan bagus tinggal direbalancing aja setiap periodenya agar keuntungan bisa optimal.

Setidaknya, empat fase ini akan menjadi gambaran dasar kamu untuk menentukan pilihan investasi yang tepat saat ini.