5 Saham Big Caps yang Sudah Murah, Tertarik Borong?

Pasar saham langsung dibuka anjlok lebih dari 2 persen setelah libur panjang, meski begitu saham komoditas melanjutkan euforia-nya setelah geopolitik memanas. Lalu, apa saham big caps yang sudah murah nih?

5 Saham Big Caps yang Sudah Murah, Tertarik Borong?

Mikirduit – IHSG turun hampir 2 persen hingga sesi I perdagangan 16 April 2024 setelah libur panjang. Beberapa saham big caps pun sudah mulai cukup murah dan menarik dibeli. Berikut ini gambaran prospek 5 saham big caps yang sudah murah dan berpotensi menarik minimal untuk jangka menengah. 

Penurunan pasar saham Indonesia sudah diprediksi setelah ada tiga kejadian besar di dunia, seperti inflasi AS yang lebih tinggi dari proyeksi, serangan balas dendam Iran ke Israel, hingga kurs rupiah yang tembus Rp16.000-an per saham. Lalu, apakah kelima saham big caps ini sudah bisa dibeli? simak selengkapnya di sini.

Saham HMSP

Saham PT H.M Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatatkan penurunan sebesar 1,17 persen hingga sesi I perdagangan 16 April 2024. Penurunan ini menahan laju kenaikan saham HMSP setelah mencatatkan kinerja 2023 yang cukup menarik dari segi margin keuntungannya. 

Kami menilai saham HMSP menarik untuk jangka menengah pendek, setidaknya sampai cum-dividen. Dengan laba bersih sekitar Rp70 per saham, jika HMSP membagikan 90 persen dari laba bersih (di bawah rata-rata 100 persen setiap tahunnya), berarti tingkat dividen per saham sekitar Rp63 atau memiliki yield sekitar 7,45 persen jika dihitung dengan harga saham per 16 April 2024. Bahkan, jika mengikuti tren historis dividend payout ratio 100 persen dari laba bersih, tingkat dividen yield tembus 8 persen. 

Level tingkat dividen yield sekitar 7-8 persen ini menjadi level tertinggi HMSP sejak 2011, serta ini menjadi kenaikan dividen pertama kalinya bagi HMSP sejak 4 tahun terakhir. 

Kami sendiri mengasumsikan harga wajar HMSP dengan prospek pertumbuhan, terutama untuk bisnis IQOS-nya, itu berada di skitar Rp2.063 per saham.

Meski begitu, HMSP masih akan rentan oleh berbagai isu kebijakan pemerintah terkait kenaikan cukai rokok. Kecuali, pemerintahan baru bisa lebih lunak dalam menaikkan cukai rokok tersebut.

Laba Saham HMSP Naik 28 Persen, Tanda Siap Bangkit?
Saham HMSP membuat secercah harapan bagi para holdernya. Laba bersih mulai naik, apakah ini pertanda saham tersebut siap meroket lagi?

Saham ICBP

Saham PT Indofood CBP Tbk. (ICBP) sudah mencatatkan penurunan sebesar 3,05 persen sepanjang 2024. Harga saham ICBP terlihat murah jika dilihat dengan proyeksi pertumbuhan kinerja perseroan di 2024 dan 2025. 

Konsensus analis memproyeksikan kinerja laba bersih ICBP di 2024 bisa tumbuh hingga 39,55 persen menjadi Rp9,75 triliun. Beberapa asumsi kenaikan pendapatan ICBP ini ada di posisi non-bisnis operasional. Pasalnya, dari segi pendapatan hanya diproyeksikan naik sebesar 7,86 persen menjadi Rp73,25 triliun. 

Tren pertumbuhan kinerja laba bersih ICBP di 2025 juga diperkirakan lanjut naik 9,02 persen menjadi Rp10,63 triliun. 

Dengan asumsi laba bersih per saham 2024 di level Rp847. Kami proyeksikan harga wajar ICBP paling konservatif ada di harga Rp12.688 per saham. 

Potensi dividen ICBP juga bakal makin menarik. Dengan asumsi dividend payout ratio rata-rata ICBP di 40 persen dari laba bersih. Berarti, perseroan akan mencatatkan dividen per saham terbesar sepanjang masa sejak IPO di level Rp338 per saham dan Rp366 per saham pada 2024 dan 2025. Jika membeli di harga 16 April 2024 di harga Rp10.325 per saham, tingkat dividen sekitar 3,2 persen sampai 3,5 persen. 

Meski begitu, bukan berarti saham ICBP bakal langsung bangkit ke sana. Kami tetap melilhat ada beberapa potensi tekanan di saham ICBP yang bisa membuatnya turun ke bawah Rp10.000 per saham. 

Salah satu risiko terbesar jika cukai minuman berpemanis dan plastik diterapkan. Sejauh ini, wacana kedua cukai itu diterapkan masih abu-abu setelah banyak penolakan dari pengusaha. Meski begitu, jika hal tersebut diimplementasikan ada potensi menggerus permintaan produk consumer goods seperti ICBP. Hanya saja seberapa besar risikonya belum bisa diukur karena detail kebijakannya belum ada.

Saham Consumer Goods Meroket Disokong Pemilu 2024?
Dulu, kita selalu dengar kalau saham consumer goods ini paling punya daya tahan terhadap krisis. Namun, kini kita melihat saham consumer goods bak saham tak berdaya dengan kondisi ekonomi. Lalu, kapan bangkit?

Saham ASII

Saham PT Astra International Tbk. (ASII) sudah turun sekitar 9,65 persen sepanjang 2024. Saham ASII mulai menarik sejak bertahan di level kisaran Rp5.000 per saham. Penurunan harga saham ASII terjadi setelah saham konglomerasi itu dibombardir beberapa sentimen negatif mulai dari recall beberapa produk Toyota dan Daihatsu hingga rencana salah satu investor besar dari sovereign wealth Norwegia berencana jual saham ASII karena terkait proyek tidak berkelanjutan terhadap lingkungan di Martabe, milik UNTR. 

Konsensus analis juga memproyeksikan kinerja ASII berpotensi terkonsolidasi terlebih dulu pada 2024. Laba bersih ASII diprediksi turun sebesar 9,46 persen menjadi Rp30,63 triliun. Lalu, laba bersih emiten itu kembali bangkit sebesar 2,89 persen menjadi Rp31,52 triliun pada 2025. 

Dengan menggunakan asumsi kinerja laba bersih ASII turun di 2024, kami memperkirakan harga wajar ASII ada di Rp6.025 per saham. Untuk itu, harga saat ini sudah murah, meski risikonya masih besar selama suku bunga tinggi. Pasalnya, dua motor kinerja bisnis ASII, yakni otomotif dan tambang membutuhkan kenaikan permintaan di pasar yang bisa terjadi setelah 3-6 bulan penurunan suku bunga. 

ASII pun masih memiliki beberapa rencana ekspansi, salah satunya masuk ke bisnis data center hingga pengembangan bank digital, yakni Bank Saqu dari hasil joint venture dengan mitranya asal Hong Kong. 

Dengan asumsi proyeksi kinerja di 2024 dan 2025 itu, rata-rata dividen ASII jika dibeli dengan harga per 16 Maret 2024 akan memberikan dividen yield sekitar 7 persen per tahun. Angka yield ini gabungan antara interim dan final.

Arah Saham ASII Selanjutnya Setelah Dikepung Mobil China
Kemana arah saham ASII selanjutnya setelah muncul BYD yang berencana penetrasi ke Indonesia. Simak ulasan lengkap daya tahan bisnis ASII di sini

Saham TLKM

Saham PT Telkom (Persero) Tbk. (TLKM) menjadi salah satu saham big caps yang turun paling dalam sepanjang 2023. Saham BUMN di sektor telekomunikasi itu mencatatkan penurunan sebesar 18,3 persen. 

Penurunan saham TLKM mulai terjadi saat kinerja pertumbuhan laba bersihnya dinilai tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, yakni sebesar 24 persen. Soalnya, sepanjang 2023, pertumbuhan laba bersih TLKM hanya sebesar 18 persen. 

Di luar itu, pertumbuhan bisnis TLKM juga cenderung stagnan, sedangkan laba bersih TLKM lebih didorong oleh sentimen non-operasional seperti kerugian penurunan investasi yang belum direalisasi menciut hanya menjadi Rp748 miliar dibandingkan dengan Rp6,43 triliun. 

Setelah tekanan akibat rilis kinerja keuangan, saham TLKM disebut makin terpuruk karena kehadiran Starlink, perusahaan internet berbasis satelit milik Elon Musk, di Indonesia. Starlink disebut bakal mengancam bisnis internet rumahan milik Indihome (TLKM) dan EXCL, serta ISAT. 

Meski begitu, kami menilai keberadaan Starlink tidak akan mengancam bisnis internet TLKM dan kawan-kawan. Meski, Elon Musk disebut mematok harga murah sekitar Rp750.000 per bulan, tapi itu belum ada detail kecepatan internetnya. Dengan harga segitu, kecepatan internet Starlink kemungkinan tidak begitu besar. Belu, lagi, ada biaya pembelian alat untuk proses jaringan internet yang cukup mahal hingga Rp7 jutaan. 

Dengan begitu, penurunan harga saham TLKM ini membuat saham tersebut menjadi sangat menarik. Apalagi, dari konsensus analis, saham TLKM diproyeksikan melanjutkan tren pertumbuhan kinerja keuangan hingga 2025. 

Laba bersih TLKM diperkirakan naik sebesar 7,48 persen menjadi Rp26,39 triliun di 2024, sedangkan laba bersih di 2025 naik sebesar 5,44 persen menjadi Rp27,83 triliun. 

Artinya, jika membeli saham TLKM dengan harga per 16 April 2024, berarti potensi dividen yield selama 3 tahun ke depan akan terus bertumbuh dari 6,06 persen, 6,52 persen, dan 6,87 persen. Proyeksi dividen yield itu menggunakan asumsi dividen payout ratio sebesar 80 persen dari laba bersih. 

Valuasi saham TLKM juga sudah cukup murah karena secara PE sudah berada di bawah standard deviasi -2. Kami memperkirakan harga wajar TLKM ada di level Rp4.012 per saham.

Adu Saham TLKM vs EXCL vs ISAT, Siapa yang Paling Oke?
Saham telekomunikasi seperti ISAT, EXCL, dan TLKM kompak turun, dengan karakter bisnis defensif seharusnya ini jadi peluang beli di harga bawah. Lalu, siapa yang terbaik?

Saham BBRI

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi salah satu saham big bank yang paling murah jika dibandingkan dengan 3 bank lainnya. Sepanjang 2024, harga saham BBRI sudah turun sebesar 4,41 persen. Masih kecil ya? 

Kami menilai khusus BBRI ada potensi tekanan harga saham lebih besar dibandingkan dengan tiga saham big bank lainnya. Pasalnya, BBRI akan menghadapi tekanan kenaikan rasio kredit bermasalah gross akibat selesainya relaksasi restrukturisasi kredit Covid-19 untuk UMKM, yang mana BBRI adalah bank kredit UMKM terbesar di Indonesia. 

Sebenarnya, perseroan sudah mengantisipasinya dengan menaikkan pencadangan di akhir 2023, tapi tampaknya masih banyak yang skeptis kinerja BBRI masih akan tertekan pada kuartal I/2024. Untuk itu, kami menilai penurunan saham BBRI jadi kesempatan untuk membeli saham tersebut. 

Per 16 April 2024, valuasi price to book value BBRI sekitar 2,63 kali. Posisi itu memang masih tinggi di atas rata-rata 5 tahunannya sekitar 2,55 kali. Namun, kami menilai posisi tinggi saat ini sudah cukup menarik untuk BBRI dengan prospek harga wajar sekitar Rp5.237 per saham. 

Jika beli BBRI di harga per 16 April 2024, berarti rata-rata tingkat dividen yield yang diterima (akumulasi interim dan final) pada 2025 dan 2026 adalah sekitar 6,17 persen dan 6,46 persen.

Mengulik Economic Moat Milik Saham BBRI
Saham BBRI menjadi salah satu emiten yang punya economic moat yang bagus. Jadi, gimana prospek saham BBRI ke depannya?

Kesimpulan

Dari kelima saham ini, kami menilai saham yang cocok untuk jangka panjang antara lain, BBRI dan TLKM, sedangkan HMSP cocok untuk jangka menengah pendek. Sementara itu, untuk ICBP akan lebih menarik jika masuk di kisaran harga Rp8.000 per Rp9.000 per saham. Untuk ASII, cocoknya investasi jangka menengah dengan rentang pembelian sektiar Rp5.000 dan jual sekitar Rp7.000 per saham. 

Nah, ada saham big bank yang jadi inceranmu gak nih? atau malah lebih suka ngejar harga saham komoditas yang lagi meroket?

Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?

Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini