Saham Consumer Goods Meroket Disokong Pemilu 2024?

Dulu, kita selalu dengar kalau saham consumer goods ini paling punya daya tahan terhadap krisis. Namun, kini kita melihat saham consumer goods bak saham tak berdaya dengan kondisi ekonomi. Lalu, kapan bangkit?

Saham Consumer Goods Meroket Disokong Pemilu 2024?

Mikirduit – Saham consumer goods tampaknya masih belum bertaji. Sepanjang 2023 hingga 5 Oktober 2023, hanya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang mencatatkan kenaikan hingga 16 persen. Sisanya, hanya naik di bawah 10 persen, serta beberapa malah negatif hingga 20 persen. Kira-kira kapan waktunya saham consumer goods ini bangkit? Apakah sentimen pemilu bisa menggairahkan kembali saham consumer goods?

Pergerakan harga saham consumer goods yang cenderung mixed ini disebabkan oleh katalis atau sentimen positif dan negatifnya cukup seimbang dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Salah satu tantangan dari saham consumer goods adalah tingkat inflasi yang menandakan tingkat daya beli masyarakat. Sayangnya, kenaikan inflasi tidak selalu berimplikasi positif terhadap kinerja bisnis saham consumer goods. Apalagi, jika kenaikan inflasi disebabkan oleh kenaikan harga komoditas dan bahan bakar.

Dalam riset Indopremier tentang saham konsumer, daya beli masyarakat menengah ke bawah akan cukup tertantang di akhir tahun ini. Penyebabnya, beberapa harga kebutuhan pokok naik, seperti harga beras naik 17 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Lalu, harga BBM non-subsidi juga kembali melanjutkan tren kenaikan dua bulan berturut-turut di Oktober 2023.

Hal itu berdampak terhadap daya beli produk consumer goods yang lanjut melambat di kuartal ketiga hingga akhir tahun ini. Dengan tingkat kenaikan harga kebutuhan pokok, masyarakat juga tidak akan fokus untuk memenuhi kebutuhan suplemen kesehatan. Artinya, sampai akhir tahun, emiten consumer goods di bidang suplemen kesehatan seperti SIDO maupun KLBF berpotensi menghadapi perlambatan pendapatan.

Pemerintah sudah mulai membagikan bantuan sosial pada  September 2023 dalam bentuk 10 kg beras untuk 21 juta rumah tangga hingga Nobember 2023 nanti. Harapannya, bansos itu mampu menjaga daya beli segmen menengah ke bawah.

Harapan Pemilu untuk Saham Consumer Goods

Bukan sekadar bansos, ada beberapa sentimen yang mungkin bisa menjadi penyelamat kinerja keuangan saham-saham consumer goods di sisa tahun ini.

Analis Indopremier Sekuritas Lukito Supriadi menuliskan, dua sentimen yang berpotensi memperkuat kinerja keuangan saham consumer goods adalah pemilu dan harga bahan baku yang lebih murah.

Untuk pemilu, Lukito mencatat secara historis pengeluaran konsumsi menunjukkan kenaikan jelang pemilihan presiden. Dengan modal yang digelontorkan untuk kampanye pemilu diperkirakan sekitar Rp100 triliun pada kuartal IV/2023, bisa meningkatkan konsumsi di akhir 2023.

“Namun, tidak semua saham consumer goods mendapatkan berkah dari pemilu. Dari catatan riset Indopremier, hanya ICBP dan MYOR yang mencatatkan kenaikan penjualan saat ada pemilu,” tulisnya dalam riset tersebut.

Adapun, setelah kami analisis, saham yang punya korelasi kuat terhadap pemilu hanya ICBP. Adapun, MYOR mencatatkan anomali di 2019, di mana kinerja keuangannya melambat karena daya beli menurun, Lalu, harga sahamnya juga malah terjun bebas sebesar 21 persen pada periode pemilu. Meski, setahun sebelumnya sempat naik 20 persen.

Keterangan: Dari grafik terlihat ada kenaikan yang tidak biasa dalam penjualan ICBP setiap setahun jelang pemilu dan tahun pemilu. Adapun, lonjakan pendapatan ICBP di 2021 karena telah dikonsolidasi dengan penjualan Pinehill.

Berbeda dengan ICBP yang mencatatkan kenaikan dari segi penjualan maupun harga saham dalam periode setahun sebelum pemilu, hingga setelah pemilu. Tren kinerja keuangan ICBP dalam periode 2 tahun sampai pemilu selalu mencatatkan kenaikan signifikan. Bahkan, saat MYOR mencatatkan penurunan kinerja, ICBP malah terus melaju.

Seperti, pada 2013, ICBP mencatatkan kenaikan penjualan 14 persen, lebih tinggi ketimbang 2012 sebesar 10 persen. Tren naik berlanjut ke 2014 yang mencatatkan kenaikan 16,41 persen.

Begitu juga ketika 2018, pendapatan ICBP naik 7,3 persen lebih tinggi dibandingkan dengan 2017 sebesar 3,2 persen. Lalu, pendapatan ICBP pada 2019 juga lanjut naik lebih tinggi lagi sebesar 9,18 persen.

Begitu juga dari sisi harga saham. ICBP memiliki pola menguat setahun sebelum pemilu dan mulai melandai, meski tetap positif saat masuk pemilu.

Adu kinerja harga saham ICBP dengan MYOR.
Adu kinerja harga saham ICBP dengan MYOR. Terlihat ICBP menjadi saham yang paling merespons adanya pemilu pada 2014 dan 2019 dibandingkan dengan MYOR.

Seperti, sepanjang 2013 harga saham ICBP naik 30,77 persen. Lalu, selanjutnya pada 2014 juga naik 28,43 persen. Begitu juga saat periode 2018, ICBP naik 19,43 persen, meski saat 2019 hanya naik 6,19 persen.

Sebagai catatan, sepanjang 2023 hingga 5 Oktober ini, saham ICBP sudah naik sebesar 15,79 persen.

BACA JUGA: Saham Media Jelang Pemilu? Bisa Multibagger?

Berkah Harga Bahan Baku yang Mulai Murah

Di sisi lain, saham consumer goods pasca pandemi Covid-19 mengalami masalah dari tingginya harga bahan baku. Hal itu disebabkan ketika konsumsi masyarakat kembali normal, tapi produksi masih belum tumbuh signifikan.

Dalam diskusi Indopremier dengan MYOR, ada potensi margin keuntungannya meningkat karena harga bahan baku lebih murah. Harga gandum domestik turun 2 persen pada September 2023 dan sepanjang 2023 telah turun hingga 12 persen. Meski, dari sisi harga gula masih mencatatkan kenaikan.

Dengan kondisi harga gula tinggi, tapi harga terigu dan CPO yang mulai melandai, saham ICBP menjadi lebih diuntungkan pada semester II/2023. Alasannya, tingkat kebutuhan bahan baku gula untuk produk ICBP lebih rendah dibandingkan dengan MYOR.

BACA JUGA: Kira-kira, Gimana Nasib Saham CPO di Periode Elnino Ini? Cek Updatenya di Sini

Prospek Saham Consumer Goods

Lukito tidak mengubah rekomendasinya untuk saham sektor consumer goods, yakni Netral. Sebuah pandangan yang tidak rekomendasi bakal naik atau bagus dibeli maupun dijual. Meski, secara rinci sektoral, Indopremier memasang rekomendasi beli kepada 5 saham consumer goods dari total 6. Hanya SIDO yang direkomendasikan HOLD oleh Indopremier dengan target price Rp650 per saham atau 9 persen dari harga 5 Oktober 2023.

Adapun, jika melihat list 6 saham consumer goods yang dicover Indopremier, INDF menjadi saham consumer goods yang diberikan target price agresif, yakni Rp10.400 per saham. Padahal, per 5 Oktober 2023, harga sahamnya berada di level Rp6.925 per saham, artinya ada peluang kenaikan hingga 50,18 persen dalam 1-2 tahun ke depan.

Saham terbesar kedua yang diekspektasikan naik adalah MYOR dengan target harga Rp3.600 per saham. Jika dihitung dengan harga perdagangan 5 Oktober 2023, ada peluang saham MYOR naik hingga 36 persen.

Berikut ini target price saham consumer goods dari riset Indopremier dan BRI Danareksa.
Berikut ini target price saham consumer goods dari riset Indopremier dan BRI Danareksa.

Saham dengan potensi kenaikan hingga target price terbesar ketiga adalah UNVR, yang diberikan target price Rp4.900 per saham. Jika dihitung dengan harga saham 5 Oktober 2023, ada ruang kenaikan hingga 35 persen.

Sementara itu, ICBP dan KLBF diberikan target price masing-masing Rp13.100 per saham dan Rp2.080 per saham yang berarti keduanya punya ruang kenaikan 13 persen dari posisi 5 Oktober 2023.

Berbeda dengan Indopremier, BRI Danareksa justru masih pasang Overweight yang berarti peringkat beli untuk saham sektor consumer goods.

Analis BRI Danareksa Natalia Sutanto menuliskan pihaknya memperkirakan kinerja saham consumer goods masih tetap melambat. Namun, secara keseleruhan akan lebih baik dibandingkan semester I/2023. Hal itu terlihat dari penjualan pada Juli dan Agustus 2023 yang mulai positif. Meski, pertumbuhan Agustus 2023 secara year on year hanya tumbuh di bawah 10 persen atau lebih lambat dibandingkan dengan Juli 2023 akibat basis Agustus 2022 yang tinggi.

Beberapa ekspektasi kinerja saham consumer goods versi BRI Danareksa:

  • MYOR: diperkirakan bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan pada tiga bulan kuartal III/2023 sekitar 8 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Gross profit margin tetap stabil di 26 persen yang akan mendukung pertumbuhan laba bersih hingga 80 persen untuk 9 bulan di 2023.
  • ICBP: diperkirakan mulai mencatatkan kenaikan laba bersih positif hingga 112 persen yang didorong oleh keuntungan selisih kurs dan juga margin yang lebih tinggi.
  • UNVR: situasinya belum membaik. Meski, UNVR bisa menjaga gross profit margin di 50,3 persen yang didukung harga CPO yang lebih murah. Namun, UNVR harus siap masih mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 8 persen secara year on year untuk 9 bulan di 2023.
  • KLBF diestimasikan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 7 persen untuk 3 bulan di kuartal III/2023. Gross profit margin KLBF akan didorong oleh konsolidasi bisnis obat antara perseroan dengan Sanifi. Namun, Natalia memperkirakan laba bersih KLBF di kuartal III/2023 masih cenderung flat.

Dari segi target price, BRI Danareksa pasang target hampir mirip, meski lebih konservatif atau rendah dibandingkan dengan Indopremier. Hanya di KLBF, BRI Danareksa lebih optimistis dengan pasang target price di Rp2.100 per saham.

Kesimpulan

Dalam 2 tahun terakhir, harga saham consumer goods memang tidak kemana-mana. Paling, hanya ICBP dan MYOR yang dalam setahun terakhir mampu mencatatkan kenaikan harga saham hingga di atas 30 persen.

Jika dilihat secara valuasi price to earning ratio, INDF menjadi saham consumer goods yang paling murah. Alasannya, secara price to earning ratio 12 bulan terakhir hanya sebesar 6,74 kali. Angka itu menjadi yang terkecil secara sektoral maupun rata-rata 5 tahunnya yang sebesar 10,53 kali.

Valuasi saham consumer goods per 5 Oktober 2023.
Valuasi saham consumer goods per 5 Oktober 2023. Keterangan: PE TTM atau 12 bulan terakhir (misalnya kuartal II/2023 berarti akan dihitung hingga kuartal II/2022) digunakan untuk melihat gambaran valuasinya saat ini, sedangkan PE Annualised dengan men-12 bulankan laba bersih emiten ke depan jadi full year 2023 untuk melihat estimasi valuasi di akhir tahun.

Dengan melihat hasil riset Indopremier dan BRI Danareksa, kami menilai paling memungkinkan, INDF mengejar target price dari BRI Danareksa di Rp8.000 per saham. Alasannya, angka itu pernah dicapai dalam 5 tahun terakhir, yakni pada 2019. Di mana, saat itu juga terjadi pemilu. Untuk menuju Rp10.400 per saham [target price Indopremier], masih perlu wait and see hingga suku bunga bank sentral turun untuk kembali menggairahkan perekonomian.

Saham consumer goods yang termurah kedua justru adalah ICBP, yang kenaikan harga sahamnya sudah cukup tinggi. Namun, apakah ICBP mungkin bisa ke Rp13.000 per saham? kami rasa paling bisa ke Rp12.500 per saham. Kecuali, di kuartal kedua atau ketiga tahun depan sudah ada kebijakan penurunan suku bunga. Itu akan menjadi cerita baru bagi saham-saham consumer goods.

Sisanya, saham-saham consumer goods masih bisa dianggap murah jika dibandingkan dengan rata-rata historis 5 tahunnya.

Nah, dari pemaparan ini, apa nih saham consumer goods yang kamu jagokan untuk bisa mencapai target pricenya?

Mau dapat guideline saham dividen 2024?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Referensi

  • Indopremier, 3 Oktober 2023, ICBP and MYOR stands to be the winner for 3Q23
  • BRI Danareksa, 19 September 2023, Consumer: being selective in 4Q23 on a mixed outlook