Saham Big Bank Koreksi, Mana yang Sudah Murah?

Sudah sepekan terakhir, harga saham big bank seperti BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI terus terkoreksi. Kira-kira kenapa bisa terkoreksi dan ada yang sudah menarik untuk dibeli nggak ya?

Saham Big Bank Koreksi, Mana yang Sudah Murah?

Mikirduit – IHSG sudah turun sekitar 2 persen dalam sepekan terakhir. Investor asing mencatatkan net sell tembus Rp4,97 triliun. Saham big bank yang sempat euforia ke level all time high-nya kompak tumbang. Pertanyaannya, apa saham big bank yang paling menarik diserok saat ada momen koreksi market yang cukup signifikan ini? 

Saham big bank sudah turun lumayan dalam sepekan terakhir. BBRI paling parah sebesar 10,8 persen, dilanjutkan BBNI sebesar 8,44 persen, BMRI sebesar 5,23 persen, dan BBCA sebesar 3,97 persen. Keempat saham big bank ini juga jadi sasaran aksi jual bersih asing dalam sepekan terakhir. BMRI paling besar senilai Rp1,3 triliun, BBRI senilai Rp1,1 triliun, BBCA senilai Rp870 miliar, dan BBNI senilai Rp429 miliar.

Pertanyaannya, kenapa bisa pasar saham Indonesia bergejolak signifikan, termasuk menggoyahkan saham big bank yang lagi asik all time high kemarin? Setidaknya ada tiga alasan kemungkinan pasar saham Indonesia ditinggal investor asing sementara.

  • Pertama, penurunan pasar saham Indonesia dimulai saat sidang gugatan hasil pilpres di MK dimulai. Di sini, ada indikasi sidang gugatan membuat kondisi ekonomi Indonesia memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Sehingga, investor asing pilih ambil untung terlebih dulu dan melakukan wait and see.
  • Kedua, beberapa berita di Bloomberg mengungkapkan beberapa analis global mengkhawatirkan janji kebijakan Prabowo sebagai presiden Indonesia terpilih dalam pilpres. Pasalnya, jika kebijakan itu menggunakan APBN bisa membuat defisit transaksi berjalan. Apalagi, surplus neraca dagang Indonesia kian menciut sejak periode booming komoditas sejak akhir 2021 mulai berakhir.
  • Ketiga, kebijakan BEI terkait full call auction di papan notasi khusus membuat investor asing mencari peluang lebih baik. Kabarnya, investor asing lebih suka saham bisa ke Rp1 secara transparan, tidak dengan bid offer yang disembunyikan dan menjadi terlihat tidak transparan.

Dengan kondisi begitu, siapa saham big bank yang sudah menarik untuk diborong?

Saham BBNI

Saham BBNI selalu dianggap yang paling murah diantara para saham big caps. Alasannya, price to book value-nya paling rendah, yakni 1,35 kali. Meski, jika dibandingkan dengan PBV rata-rata 5 tahunnya masih cukup mahal. Sebagai catatan, PBV rata-rata 5 tahun BBNI ada di 1,14 kali. 

Kami sendiri memiliki jawaban kenapa valuasi BBNI terlihat yang paling rendah dibandingkan dengan saham big bank lainnya. Hal itu disebabkan gap selisih skala bisnis yang lumayan antara BBNI dengan BMRI, BBRI, dan BBCA. 

Jika dilihat dari total aset, BBNI paling kecil senilai Rp1.086 triliun. Lalu, posisi ketiga ada BBCA senilai Rp1.408 triliun. Selisih antara BBNI dan BBCA sudah mencapai Rp400 triliun. 

Untuk itu, wajar BBNI dipatok harga lebih rendah dibandingkan big bank lainnya. Namun, apakah saat ini posisi terbaik beli saham BBNI? 

Jika dilihat rata-rata historisnya, posisi PBV saat ini di 1,35 kali sudah mulai menarik untuk cicil masuk. Level PBV saat ini sudah berada di bawah PBV standard deviasi plus 1 5 tahunnya di 1,37 kali. 

Biasanya, jika kondisi kinerja keuangan BBNI dalam kondisi normal, level wajarnya ada di PBV standard deviasi plus 1 tersebut. Kecuali ada market crash seperti 2020 atau ada penurunan kinerja keuangan akibat tingginya rasio kredit bermasalah. 

Memang bagaimana prospek kinerja BBNI? 

Konsensus analis memproyeksikan kinerja laba bersih BBNI di 2024 masih bisa tumbuh 13,42 persen. 

Meski, jika dilihat BBNI masih berpotensi tertekan posisi suku bunga tinggi yang membuat laju pertumbuhan kredit moderat di 2023. Untungnya, BBNI masih bisa menurunkan pencadangan untuk antisipasi kredit bermasalah sehingga laba bersih bisa tumbuh 14,2 persen. 

Kami pun sepakat dengan konsensus analis kalau BBNI masih bisa melanjutkan tren pertumbuhan laba bersih. Alasannya, NPL Coverage BBNI masih cukup tebal di atas 300-an persen. 

Jika BBNI tidak mengalami kredit bermasalah yang cukup besar di 2024, seharusnya ruang pertumbuhan laba bersihnya terbuka lebar. Jadi, posisi harga saat ini (3 April 2024) sudah menarik untuk masuk. Harga saham BBNI akan tetap menarik dibeli jika masih berada di bawah Rp5.514 per saham.

5 Saham Dividen Lawas yang Dikirim BEI ke Papan Notasi Khusus
Kelima saham dividen ini memiliki tingkat dividend yield terbesar diantara emiten yang nyangsang ke papan notasi khusus. Siapa saja mereka, gimana prospek ke depannya?

Saham BBCA

Jika melanjutkan bahasan kenapa BBNI menjadi saham big bank paling murah, pasti akan bertanya-tanya lalu kenapa BBCA dengan aset terbesar ketiga malah jadi saham big bank paling mahal?

Jawabannya adalah skala bisnis BBCA sudah setara bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan BMRI, jika dengan BBRI berbeda segmen. Aset BMRI terlihat besar karena ada kepemilikan saham di BRIS, sebagai bank syariah terbesar di Indonesia. 

Namun, secara market share, BBCA menjadi bank transaksi terbesar di Indonesia. Bahkan, lebih besar dari BMRI. Apalagi, secara pertumbuhan bisnis dan antisipasi risiko kredit bermasalah, bisa dibilang BBCA lebih bagus dibandingkan dengan dua bank BUMN lainnya. 

Hal itu yang membuat BBCA sangat layak dihargai mahal. Pertanyaannya, apakah harga saham BBCA saat ini sudah layak untuk diserok? 

Menurut kami, saham BBCA sudah menarik diserok karena valuasi PBV-nya sudah berada di bawah standard deviasi plus 1. Meski, jika ingin masuk di harga saat ini (3 April 2024) harus diatur alokasinya karena siapa tau dikasih harga murah. Selama harga saham BBCA di bawah Rp9.800 per saham, itu posisi beli yang cukup menarik. 

Meski, pertumbuhan laba bersih BBCA di 2024 diperkirakan tumbuh lebih lambat sebesar 7,68 persen dibandingkan dengan 2023 yang tumbuh 19,4 persen. 

Perkiraan konsensus analis ini juga senada dengan analisis kami yang memperkirakan BBCA bisa menaikkan pencadangan di 2024. Tujuan menaikkan pencadangan untuk antisipasi risiko agar NPL coverage bisa terjaga di atas 200 persen. Efeknya, pertumbuhan laba bersih menjadi lebih lambat.

Saham BBRI

Salah satu saham big bank yang paling menarik adalah BBRI. Pasalnya, saham ini menjadi big bank dengan penurunan harga paling dalam. Secara valuasi PBV yang sebesar 2,71 kali juga sudah semakin dekat dengan rata-rata PBV 5 tahunnya. 

Saham BBRI akan menarik diborong selama berada di bawah Rp5.800 per saham. Lalu, mulai sangat menarik untuk all in jika menyentuh Rp5.200 per saham. 

Syaratnya adalah jika saham ini tidak mengalami kenaikan rasio kredit bermasalah gross yang signifikan. Pasalnya, BBRI akan menjadi salah satu bank terdampak dari usainya relaksasi restrukturisasi kredit UMKM Covid-19. Berakhirnya relaksasi itu diperkirakan bisa meningkatkan NPL gross BBRI sehingga perseroan harus melakukan pencadangan lebih besar lagi yang bisa menggerus pertumbuhan laba bersih. 

Meski begitu, kami menilai efek kenaikan pencadangan BBRI tidak berdampak signifikan ke laba bersih. Apalagi, perseroan juga sudah mulai cicil menaikkan pencadangan sejak akhir 2023. Analis memproyeksikan pertumbuhan laba bersih BBRI di 2024 bisa tumbuh 13,54 persen.

Waktu Terbaik Taking Profit Saham Big Bank
Ada pertanyaan menarik, kalau pegang saham big bank di harga bawah, kapan waktu taking profitnya?

Bagaimana dengan Saham BMRI?

Saham BMRI menjadi big bank yang kini posisinya paling mahal. Meski, secara nominal perbandingan PBV, BBCA masih termahal, tapi secara historis 5 tahun terakhir, BMRI menjadi saham big bank yang historical PBV-nya masih di atas standard deviasi plus 1. 

Kami menilai harga saham BMRI akan mulai menarik jika berada di bawah Rp6.100 per saham. 

Bagaimana peluang penurunan harga ke sana? menurut kami cukup besar hingga jelang FOMC 1 Mei 2024 nanti. 

Alasannya, BMRI sudah menjadi saham big bank paling mahal. Apalagi, BMRI juga jadi saham big bank yang paling banyak dijual asing. Proyeksi laba bersih BMRI di 2024 diperkirakan hanya naik sebesar 6 persen menjadi Rp58,36 triliun. 

Perkiraan ini agak berlawan dengan proyeksi kami, yang menilai BMRI bisa mencatatkan laba bersih lebih tinggi lagi karena posisi NPL Covarage-nya masih di  atas 300 persen. Namun, bisa jadi ada perkiraan BMRI mencatatkan kenaikan NPL gross signifikan di konsumer dan UMKM sehingga berpotensi membuat pencadangan butuh dinaikkan, serta risiko kenaikan beban bunga tinggi yang membuat kenaikan laba bersih menjadi lebih terbatas.

Kesimpulan

Jadi, saham big bank apa yang menarik dibeli dalam kondisi penurunan ini? kami masih menilai saham big bank yang sudah menarik banget itu BBRI, tapi masih ada risiko fluktuasi ke depannya. Lalu, saham big bank yang menarik kedua adalah BBCA, yang pastinya punya fluktuasi lebih rendah dari BBRI. 

Kalau menurutmu, saham big bank mana yang posisi harganya sudah lebih menarik nih?

Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?

Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini