Prospek Saham AKRA di Tengah Risiko Harga Minyak Meroket

Harga minyak sempat tersulut naik lagi sejak 5 Oktober 2023. Kira-kira, gimana nasib saham AKRA yang merupakan distributor BBM ya?

Prospek Saham AKRA di Tengah Risiko Harga Minyak Meroket

Mikirduit – Saham minyak dinilai punya prospek cerah selain ada emas dan juga batu bara yang juga ketiban berkah ketika komoditas minyak meroket dekati 100 dolar AS per barel. Untuk itu, kami melakukan screening saham terkait minyak yang cocok untuk dividen investing. Kira-kira apa saham tersebut?

Sebelumnya, kami sudah membandingkan dua saham kontraktor migas yang juga rutin bagi dividen, yakni ELSA dan RUIS. Perbandingan keduanya bisa kamu baca di konten ini: Harga Saham Minyak Naik, Pilih ELSA atau RUIS?

Nah, kali ini, kami akan berikan gambaran salah satu saham terkait minyak yang juga rutin bagi dividen. Saham itu adalah PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA). Selain AKRA dan juga ELSA serta RUIS, beberapa saham minyak lainnya pernah bagi dividen, tapi tidak rutin seperti, MEDC, WINS, SOCI, dan HITS. Untuk itu, kali ini, kami akan mengulik saham AKRA lebih dalam.

Kenapa Saham AKRA yang Jual BBM Malah Diuntungkan Saat Harga Minyak Dunia Naik?

AKRA bisa dibilang memiliki beberapa lini bisnis, yakni perdagangan dan distribusi termasuk BBM, pabrikan kimia, logistik, dan kawasan industri JIIPE. Namun, dari keseluruhan lini bisnis itu, 90 persen pendapatan AKRA didapatkan dari lini bisnis perdagangan dan distribusi.

Banyak pertanyaan yang muncul terkait AKRA, yakni emiten ini punya bisnis perdagangan dan distribusi BBM, tapi kenapa tidak tertekan saat harga minyak dunia naik. Malah, saham AKRA ikut naik seperti saham yang terkait aktivitas hulu migas lainnya.

Jawabannya adalah selain menjadi penjaja BBM dalam dua brand, yakni AKR dan BP-AKR, AKRA ini juga distributor BBM, dan pemain di logistik pengiriman BBM. Jadi, penyebab saham AKRA kebal dengan harga minyak di level tinggi antara lain.

BACA JUGA: Deklarasi Perang Israel, Prospek Saham Potensial di 2024

Pertama, manajamen AKRA mengklaim mereka melakukan strategi penggunaan formula harga MOPS langsung ke konsumen, pengelolaan transaksi mata uang asing yang ketat, dan tidak berspekulasi. Sebagai catatan, konsumen BBM dari AKRA bukan cuma ritel dari SPBU AKR dan BP-AKR, melainkan juga segmen industri mulai dari pembangkit listrik, perkebunan, industri umum, hingga pertambangan.

Kedua, jika ada kenaikan harga BBM akibat harga minyak yang melejit, terutama untuk produk Pertamax. AKRA akan diuntungkan karena selisih harga jual produk bensin non-subsidi akan semakin tipis. Sehingga, AKRA berpotensi meningkatkan transaksi pembelian bensin di SPBU BP-AKR.

Ketiga, AKRA memiliki ekosistem bisnis terintegrasi termasuk dalam distribusi BBM menggunakan armadanyanya sendiri. Hal itu membuat margin keuntungan bisa lebih optimal karena biaya operasional bisa disesuaikan.

Sementara itu, jika melihat kinerja keuangan AKRA pada periode kenaikan harga minyak, sebenarnya korelasi kenaikan harga minyak menguntungkan AKRA tidak terlalu relevan. Namun, pertumbuhan kinerja bisnis BBM AKRA bergantung terhadap geliat segmen industri yang jadi konsumennya, seperti ada pertambangan, industri umum, perkebunan, dan pembangkit listrik.

Sehingga, dengan naiknya volume transaksi BBM, AKRA bisa meningkatkan keuntungannya. Jadi, terkesan AKRA bisa bertahan meski harga minyak dunia lagi tinggi.

BACA JUGA: Jika Harga Minyak ke 100 dolar AS per Barrel, Apa Saham yang Untung dan Rugi?

Prospek Bisnis Distribusi dan Perdagangan BBM serta Kimia AKRA

Pertumbuhan segmen bahan bakar dan kimia AKRA diperkirakan akan tumbuh sekitar 6-8 persen sepanjang 2023. Angka itu lebih tinggi dari perkiraan BRI Danareksa yang memasang asumsi penjualan BBM sekitar 3 juta kilo liter dan 1,6 juta ton bahan kimia atau jika dihitung hanya tumbuh 5 persen.

Permintaan bahan bakar AKRA tetap bagus karena pengembangan sektor hilir serta pertambangan di Indonesia telah meningkatkan permintaan BBM untuk industri. Adapun, UOB Kayhian memperkirakan dari bisnis BBM ini, AKRA diperkirakan mampu menjaga margin per liter tetap tinggi sekitar Rp800-Rp900 per liter. Hal itu bisa didukung oleh jaringan logistik yang luas hingga bisa menjangkau kawasan Indonesia bagian timur.

Sementara itu, dari bisnis BBM ritel, AKRA mencatatkan kinerja sensasional di semester I/2023 setelah mencatatkan kenaikan penjualan hingga 236 persen. Hal itu didorong oleh selisih harga BBM dengan Pertamina yang semakin tipis membuat adanya kenaikan permintaan dari segem ritel.

AKRA berencana menambah sekitar 50 SPBU BP-AKRA pada akhir 2023 serta memiliki sekitar 350 outlet SPBU pada 2030. Estimasi AKRA ini menarik karena mengesampingkan pengembangan kendaraan listrik yang tidak menggunakan BBM. Dengan begitu, AKRA berasumsi permintaan BBM masih akan tinggi hingga 2023, yang berarti penetrasi kendaraan listrik akan masih cukup rendah.

Sementara itu, dari segmen kimia, AKRA juga melakukan jalinan kerja sama dengan Hebang, yang merupakan pelanggan pembeli tanah di JIIPE. Nantinya, AKRA akan mendirikan perusahaan patungan dengan Hebang untuk produksi sodium carbonate, ammonium chloride, glyphosate, dan produk lainnya. Dalam joint venture itu, AKRA akan menjadi pemegang saham minoritas sebesar 10 persen sebagai mitra lokal, serta distributor produk kimia produksi perusahaan patungan tersebut.

Meski, secara bisnis, pendapatan AKRA dari produk kimia berpotensi susut di tahun ini. Hal itu disebabkan beebrapa harga komoditas bahan kimia dasar mengalami penurunan, seperti harga rata-rata natrium hidroksida turun sebesar 36 persen sepanjang 2023.

BACA JUGA: Analisis Prospek Saham Kapal Setelah SMDR dan TMAS Meredup, Ternyata Deretan Kapal Tanker Migas yang Cerah Nih

Bisnis Kawasan Industri AKRA yang Lagi Disoroti

Sejak 2013, ketika proses kawasan industri JIIPE dibangun, AKRA mulai melakukan diversifikasi pendapatannya ke kawasan industri tersebut. Sampai semester I/2023, segmen kawasan industri menjadi sumber pendapatan ketiga terbesar AKRA setelah distribusi dan perdagangan BBM dan bahan kimia, serta Logistik. Pada periode itu, AKRA mencatatkan omzet dari JIIPE sekitar Rp613 miliar.

Beberapa riset pun akhirnya fokus memantau perkembangan bisnis AKRA yang lagi agresif ekspansi tersebut. Seperti dalam riset BRI Danareksa pada 18 September memperkirakan AKRA berpotensi mencatatkan melebihi target penjualan lahan kawasan industri yang awalnya diperkirakan 70-75 hektar, tapi kemungkinan bisa mencapai 77 hektar.

Adapun, sepanjang 2023, AKRA memang telah menandatangani beberapa perjanjian jual beli bersyarat seperti perjanjian AKRA dengan Sichuan Hebang Biotechnology (Hebang) untuk pembelian ahan seluas 67 hektar untuk pabrik manufaktur petrokimia di JIIPE.

Riset UOB Kayhian pada 7 September 2023 mencatat, jika transaksi AKRA dengan Hebang bisa rampung di akhir 2023, berarti total penjualan lahan JIIPE AKRA tembus 97 hektar atau lebih tinggi lagi dari target 70-75 hektar atau perkiraan BRI Danareksa sebesar 77 hektar. Jika tercapai tembus 97 hektar, berarti AKRA berpotensi mendapatkan pendapatan dari segmen tersebut sekitar Rp2,2 triliun. Jika mencapainya, berarti segmen kawasan industri mencatatkan kenaikan pendapatan hingga 91 persen menjadi Rp2,2 triliun.

Selain itu, AKRA juga sudah menjual lahan seluas 19,6 hektar di JIIPE kepada PT Hailiang Nova Material (Hailiang) untuk mendirikan pabrik Copper Foil. Serta, kesepakatan dengan AKRA untuk kerja sama penyediaan kebutuhan listrik, air, gas,pengolahan limbah, telekomunikasi, internet, dan infrastruktur lainnya yang berpotensi menjadi pendapatan berulang untuk perseroan.

Lalu, AKRA juga lagi bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan penjualan lahan di JIIPE dengan salah satu calon konsumen dari Amerika Serikat seluas 10 hektar. Senada dengan UOB Kayhian, Mirae Asset Sekuritas pun mempekrirakan dari total kesepakatan yang lagi dinegosiasikan itu, AKRA berpotensi mencatatkan penjualan lahan hingga 90-an hektar sepanjang 2023.

Keberadaan pabrik smelter tembaga Freeport disebut menjadi daya tarik JIIPE. Soalnya, pabrik ini juga menghasilkan sekitar 2 juta ton produk sampingan seperti asam sulfat, yang bisa digunakan untuk industri pupuk, kertas, kaca, sabun, deterjen, bahan pemutih, pestisida, hingga pabrik peleburan nikel.

Salah satunya, produsen kaca asal China Xinyi telah masuk ke JIIPE setelah membeli lahan sekitar 37,5 hektar untuk bangun fasilitas produksi kaca yang diperkirakan rampung pada semester II/2024. Ekspektasinya, jikapabrik sudah rampung, AKRA berpotensi mendapatkan pendapatan berulang dari kebutuhan beberapa fasilitas pendukung pabrik tersebut.

Kesimpulan

Menurut kami, keuntungan AKRA saat harga minyak naik adalah jika harga batu bara juga ikut naik. Dengan begitu, permintaan bahan bakar untuk sektor tersebut juga berpotensi naik. Lalu, di segmen ritel, AKRA juga bisa menipiskan jarak dengan harga jual produk Pertamina, meski tidak bisa sama atau dibawah. Sehingga bisa meningkatkan penjualan BBM untuk ritel.

Di sisi lain, secara kinerja bisnis dan keuangan, AKRA mulai mendiversifikasinya ke bisnis kawasan industri, di mana ke depannya perseroan bisa mendapatkan pendapatan berulang dari bisnis tersebut. Belum lagi, AKRA juga mulai berkolaborasi dengan mitra di kawasan industri untuk memperkuat bisnisnya, seperti dengan Hebang.

Harga saham AKRA sendiri sepanjang 2023 cenderung bergerak stagnan di sekitar Rp1.400-an per saham. Jika dilihat secara valuasi dengan price to book value, harga saham AKRA sudah cukup mahal dengan PBV 2,68 kali dibandingkan dengan rata-rata 5 tahunnya sebesar 1,64 kali.

Namun, dengan pertumbuhan laba bersih 2022 yang signifikan sebesar 118 persen menjadi Rp2,47 triliun. Lalu, pertumbuhan positif berpotensi berlanjut pada 2023 setelah sampai paruh pertama laba bersih tumbuh 7,85 persen menjadi Rp1,03 triliun. Jika beberapa kesepakatan besar rampung di akhir tahun, bukan tidak mungkin laba AKRA bisa naik lebih tinggi. Di mana, kalau kami ambil nilai tengah hasil 3 riset untuk saham AKRA memperkirakan laba bersih di 2023 bisa tumbuh hingga Rp2,7 triliun atau naik 8,91 persen dari lonjakan tinggi 2022.

Kami menilai posisi saham AKRA masih bisa cukup dijangkau jika melihat price to earning ratio 12 bulan terakhir per 10 Oktober 2023 sebesar 11,86 kali dibandingkan dengan 14,61 kali dari rata-rata historis 5 tahun terakhir.

Apalagi, AKRA menjadi salah satu saham yang rutin bagi dividen sejak 1995, meski sempat absen 5 tahun dari 1998-2002.

Untuk tahun buku 2023, AKRA sudah bagi dividen interim senilai Rp50 per saham yang yield-nya sekitar 7,52 persen.

Adapun, jika menggunakan asumsi target laba bersih 2023 AKRA senilai Rp2,7 triliun. Lalu, perkiraan dividen payout ratio sekitar 62 persen. Berarti, tingkat dividen final per saham AKRA yang dibagikan pada awal 2024 sekitar Rp34,22 per saham. Jika dihitung dengan harga penutupan saham AKRA per 10 Oktober 2023, tingkat yieldnya sekitar 2,34 persen.

Di sisi lain, 3 riset sekuritas yang menjadi acuan kami [cek di referensi] memasang rekomendasi BELI dan target harga yang masih punya potensi kenaikan lumayan. Mirae memasang target harga terendah untuk AKRA senilai Rp1.780 per saham, yang artinya ada potensi kenaikan sebesar 21,91 persen dari harga penutupan 10 oktober 2023. UOB menjadi penengah dengan menargetkan harga AKRA ke Rp1.840 per saham atau ada potensi kenaikan sebesar 26 persen, sedangkan BRI Danareksa paling tinggi senilai Rp2.000 per saham atau potensi kenaikan 36 persen.

Tertarik menyicipi masuk ke AKRA untuk jangka panjang?

Mau dapat guideline saham dividen 2024?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Referensi

  • Hasil Public Expose AKRA pada September 2022
  • BRI Danareksa, 27 September 2023, AKRA KTAs From Site Visit to JIIPE
  • BRI Danareksa, 18 September 2023, AKRA Potential Operational Beat in 2H23
  • Mirae Asset Sekuritas, 14 September 2023, AKRA To Become the Largest Integrated Downstream heavy Industries Estate in the Country
  • UOB Kayhian, 7 September 2023, AKRA 77Ha Land Sales to Drive Strong Earnings In 2H23