P2P Lending Pertama yang IPO di BEI, Gimana Prospeknya?

Akseleran akan menjadi P2P lending pertama yang melantai di BEI. Kira-kira gimana prospeknya ya? akankah bisa meroket atau seperti GOTO dan BUKA?

P2P Lending Pertama yang IPO di BEI, Gimana Prospeknya?

Mikir Duit – Akseleran memang bukan unicorn seperti PT Bukalapak Tbk.(BUKA) maupun PT GoTo Group Tbk. (GOTO). Namun, platform peer to peer lending (p2p lending) ini bisa dibilang calon emiten pertama dari segmen fintech p2p lending di BEI. Kira-kira, gimana prospeknya ya?

Daftar Isi Konten

Mengenal Bisnis P2P Lending

Bisnis P2P lending muncul di tengah tren teknologi yang booming sekitar 2015 atau 2016-an. Waktu itu, P2P lending masih barang aneh dan dianggap bisa mendisupsi perbankan konvensional. Meski, banyak kabar dari China banyak P2P lending berguguran terjebak kredit bermasalah yang tinggi saat periode tersebut.

Wajar P2P lending dianggap disruptor bisnis bank. Soalnya, model bisnis ini juga menghimpun dana dan menyalurkannya lagi ke masyarakat tanpa melalui perantara alias bank. Hasilnya, pemberi dana bisa mendapatkan keuntungan lebih optimal dan peminjam dana bisa memproses lebih cepat.

Sayangnya, bisnis P2P lending ini kurang mulus perkembangannya, setelah banyak bisnis P2P lending di sektor  agribisnis berguguran. Terakhir, Tani Fund menyerah untuk mengembalikan dananya ke masyarakat. Selain Tani Fund, banyak lagi P2P Lending sektor agribisnis yang berguguran dan berakhir merugikan nasabahnya.

Secara model bisnis, ada beberapa jenis P2P lending di Indonesia, yakni P2P lending pertanian yang nasibnya suram tadi, P2P lending modal kerja untuk bisnis dengan skema invoice sebagai jaminannya, dan P2P lending pinjaman konsumsi yang biasanya uang di sana akan disalurkan untuk belanja pinjaman online.

Dari ketiga jenis P2P lending itu, sebenarnya yang paling rendah risiko adalah P2P lending modal kerja atau invoice financing.

Prospek Saham Akseleran

Akseleran menjadi P2P Lending pertama yang memutuskan IPO di BEI. Akseleran bakal melepas 29 persen saham baru dengan harga penawaran Rp100 sampai Rp120 per saham. Dari situ, Akseleran bakal dapat dana segar sekitar Rp358,61 miliar.

Menariknya, sekitar 10 persenan dana IPO itu akan digunakan untuk akuisisi perusahaan pembiayaan PT Pratama Finance. Setelah mengakuisisi Pratama Finance, Akseleran akan menggunakan dana IPO senilai Rp200 miliar untuk menyetorkan modal ke perusahaan pembiayaan tersebut. Lalu, sisanya akan digunakan untuk modal kerja.

Akseleran berasalan aksi akuisisi  Pratama Finance sebagai salah satu langkah ekspansi bisnis dengan cara anorganik. Dengan memiliki anak usaha di bidang pembiayaan yang sudah terdaftar OJK, Akseleran bisa meningkatkan penyaluran pembiayaan menjadi lebih besar lagi daripada sekadar menjadi perusahaan P2P lending.

Namun, yang menjadi sorotan adalah posisi bottom line akseleran masih mengalami rugi. Akseleran mencatatkan kerugian senilai Rp22,53 miliar pada periode 2022. Memang, angka kerugian terus menyusut sejak 2020, tapi apakah dengan ekspansi pembiayaan kredit rugi bersihnya bisa tergerus dan berbalik untung?

Kalau sekilas melihat posisi rasio pembiayaan bermasalah Akseleran masih aman. Ditambah, perusahaan pembiayaan yang diakuisisi bakal disuntik dana Rp200 miliar. Artinya, Akseleran tidak akan mengeluarkan biaya terlalu banyak lagi ke depannya setelah IPO.

Ditambah, dengan peluang bisa menggenjot pertumbuhan pembiayaan, berarti Akseleran berpeluang bisa menebalkan keuntungannya dan berbalik arah dari rugi menjadi laba.

Namun, itu dari gambaran secara fundamental keuangan. Bagaimana prospek harga sahamnya?

Seperti kebanyakan perusahaan rintisan yang IPO di BEI. Tujuan mereka adalah agar investor lama bisa exit. Hal itu terlihat bagaimana nasib GOTO dan BUKA yang carut marut. Berbeda dengan PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) yang punya platform Blibli.com. Saham Blibli.com cenderung stabil karena hanya dimiliki oleh 1 pihak mayoritas.

BACA JUGA: Rahasia Saham BELI masih Kokoh dan Tidak Sekacau BUKA dan GOTO

Siapa Pemilik Akseleran?

Jika kita rinci 6 pemegang saham terbesar Akseleran, berarti kelima pihak itu antara lain:

  • Inklusi Keuangan Ltd. 14,44 persen
  • Beenext Pte. Ltd 14,32 persen
  • Vulcan SEA LLC 9,91 persen
  • Mikhail Ramses Asitua Tambunan 7,28 persen (pendiri)
  • Christopher Joutua 7,28 persen (pendiri)
  • PT Central Capital Ventura 6,47 persen

Sebenarnya, kalau melihat rincian investor dari Akseleran ini harusnya membuat P2P lending ini makin menarik.

Seperti, Inklusi Keuangan Ltd. itu adalah konsorsium investor yang fokus untuk mempromosikan inklusi keuangan di indonesia sejak 2016. Pihak-pihak yang ada di dalam Inkluasi Keuangan Limited antara lain:

  • MDI Ventures, perusahaan modal ventura yang juga anak usaha PT Telkom (Persero) Tbk. (TLKM)
  • KfW, Bank pembangunan dari Jerman yang memberikan pinjaman dan hibah kepada negara-negara berkembang
  • DFID, Departemen Pembangunan Internasional Inggris, yang memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang
  • CDC, lembaga keuangan pembangunan INggris, yang berinvestasi pada bisnis di negara-negara berkembang
  • Rockefeller Foundation, organisasi filantropi yang mendukung inisiatif untuk meningkatkan kehidupan penduduk di negara berkembang.

Inklusi Digital ini sendiri mengklaim sebagai perusahaan sosial dan fokus untuk memberikan layanan keuangan bagi individu dan bisnis berpenghasilan rendah.

Lalu, investor terbesar ketiga adalah Vulcan SEA LLC. Institusi itu merupakan konsorsium dari Vulcan Capital yang merupakan private equity di Asia Tenggara, Sea Group sebagai perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara yang membawahi Garena, Shopee, dan Seabank, Softbank Vision Fund, GIC (SWF milik pemerintah Singapura), dan Warburg Pincus yang merupakan salah satu private equity.

Sisanya, Beenext adalah modal ventura yang sering investasi di Asia Tenggara, sedangkan Central Capital Ventura adalan modal ventura yang dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).

Kesimpulan dengan melihat pemegang saham, harusnya secara bisnis Akseleran bisa mendapatkan akses ke ekosistem investor tersebut, seperti pendanaan bisa berkolaborasi dengan BBCA hingga terhubung dengan pembiayaan merchant UMKM dari Shopee.

Namun, yang tidak kita ketahui, siapa saja investor yang mau take profit setelah Akseleran IPO? itu yang akan menjadi pemberat harga saham Akseleran ke depannya.

Apalagi, secara valuasi, kami menilai harga penawaran Rp100 - Rp120 per saham masih cukup mahal.

BACA JUGA: Update Kinerja Saham IPO Sepanjang 2023 (Update data 3 Juli 2023)

Kesimpulan

Bisnis P2P lending secara pendanaan ritel lagi agak menantang setelah adanya pengenaan pajak yang membuatnya menjadi salah satu investasi yang kurang menarik. Namun, kini bisnis P2P lending tidak hanya mengandalkan pendanaan dari masyarakat ritel, tapi juga perbankan.

Secara model bisnis Akseleran ini udah oke banget seharusnya karena setelah mengakuisisi Pratama Finance, berarti Akseleran bisa ekspansi di bisnis pembiayaan anjak piutang lebih besar, salah satu segmen pembiayaan rendah risiko. Hanya saja, faktor perusahaan rintisan yang dimiliki oleh banyak investor ini bisa menjadi risiko terbesar saham Akseleran. Soalnya, setelah IPO, para investor tahap awal ini pasti akan berbondong-bondong keluar.

Meski, dari segi perencanaan Akseleran untuk ekspansi. Sayangnya, langkah ekspansi yang dilakukan dengan cara IPO menandakan Akseleran tidak mendapatkan modal lebih banyak lagi dari investor barunya. Apalagi, market teknologi sedang winter tech di mana banyak investor lebih pilih simpan di aset yang lebih aman seperti obligasi negara dan emas. Pasalnya, posisi suku bunga saat ini terlalu tinggi yang bisa berefek kepada pertumbuhan ekonomi secara global.

Jadi, menurut kami, jika tidak ingin ambil risiko lebih baik pilih saham yang lain. Namun, jika ingin coba-coba dan jual hari pertama sih bebas ya, tinggal persiapkan risikonya.