Memahami Risiko BREN dari Pasang-Surut Saham ARTO

Saham BREN jadi yang paling dibicarakan sepanjang 3 bulan terakhir. Setelah naik 700-an persen dalam 3 bulan terakhir, bagaimana prospek dan risiko saham ini?

Memahami Risiko BREN dari Pasang-Surut Saham ARTO

Mikirduit – Indeks saham Prajogo Pangestu jadi salah satu fenomena di 2023. Bayangkan, seluruh saham terkait dengan orang terkaya nomor satu secara individu di Indonesia itu semuanya kompak naik. Sampai muncul keraguan kuat terhadap fundamental saham yang bisa dikalahkan dengan aksi deretan saham taipan yang secara fundamental tidak ada yang spesial. Jadi, apakah lebih baik menanti saham-saham kejutan taipan?

Saham-saham terkait taipan menjadi obrolan setelah kurang lebih tiga tahun terakhir ada banyak saham terkait taipan yang meroket. Misalnya, di 2021 ada Bank Jago atau ARTO yang membuat nama Jerry Ng jadi salah satu deretan 10 besar orang terkaya di Indonesia. Ya, harga saham ARTO yang tadinya cuma sekitar ratusan perak per saham melejit hingga belasan ribu rupiah per saham. 

Masih di tahun yang sama, ada Otto Sugiri pemilik DCI Indonesia (DCII) yang juga masuk menjadi 20-an orang terkaya di Indonesia setelah sahamnya yang baru IPO meroket. Memasuki 2022, ada nama Low Tuck Kwong, investor naturalisasi asal Singapura pemilik perusahaan batu bara Bayan Resources (BYAN) yang sempat menjadi orang terkaya pertamadi Indonesia. Hingga 2023, ada nama Prajogo Pangestu yang muncul sebagai taipan dengan sahamnya yang meroket. 

Sampai beberapa sempat mengungkapkan keluh kesah seperti, BBCA dalam setahun terakhir cuma naik 2 persen, sedangkan BREN baru IPO di Oktober 2023 sudah naik sebesar 700-an persen.

Pertanyaannya, apakah beli saham taipan yang potensial naik itu pilihan terbaik? jawabannya tentu tidak, kita harus memahami kenapa saham-saham itu bisa naik. 

Kami melakukan riset di saham ARTO yang sempat melejit tinggi pada 2020 hingga 2021 sebelum anjlok di 2022. Hasilnya sama seperti kondisi BREN saat ini.

Komposisi Pemegang Saham ARTO Saat Periode Pasang Surutnya

Saham ARTO mulai bangkit sejak Patrick Walujo dan Jerry Ng akuisisi bank keluarga asal Jawa Barat bernama Artos pada akhir 2019. Dari situ, muncul kabar Bank Artos bakal dijadikan bank Gojek. Harga saham mulai naik. 

Sampai akhirnya, ARTO melakukan right issue pertama kali pada April 2020 dengan harga pelaksanaan Rp139 per saham. Saat itu, harga saham ARTO belum menarik. Toh, per Maret 2020 pemegang saham ritel cuma 837 pihak. Kala itu, harga saham ARTO mulai naik dari Rp300 per saham mendekati Rp1.000 per saham cenderung didorong oleh aksi perseroan terbatas dari pihak asing yang masih sebanyak 3 pihak. 

Setelah right issue, saham ARTO mulai dilirik oleh ritel. Per Juli 2020 saat harga saham ARTO di Rp1.500-an per saham, ada total 1.302 pihak ritel yang berstatus holder saham ritel.

Menariknya, saat Juli 2020 belum ada fund manager yang berminat ke sana. Hanya ada 9 perseroan terbatas lokal dan 15 perseroan terbatas asing, serta 1 perseroangan asing yang meramaikan saham ARTO. 

Lal, pada Januari 2021, saat harga saham ARTO di Rp6.000-an, isi saham ini mulai ramai. Ada sekitar 3.840 investor ritel di dalamnya. Lalu, ada 82 pihak perseroan terbatas lokal, serta mulai masuknya fund manager dari dana pensiun sebanyak 8 pihak. Ditambah ada 1 yayasan dan koperasi.

EMTK dan ARTO Masuk MSCI, Harapan untuk Nyangkuters?
Saham ARTO dan EMTK masuk MSCI, jadi harapan untuk para nyangkuters? atau peluang saham itu bisa naik lebih tinggi lagi? baca ulasan lengkapnya di sini.

Pemain asing yang masuk juga makin ramai, ada sekitar 51 pihak perseroan terbatas asing, dan 5 pihak perorangan asing. 

Sebulan kemudian, saham ARTO melakukan right issue jumbo dengan target dana Rp7 triliun di harga pelaksanaan Rp2.350 per saham. 

Hasilnya, pemilik saham ARTO makin ramai, per Mei 2021 saat harga saham ARTO di Rp12.000-an per saham, ada sekitar 11.955 pihak investor ritel, 171 pihak perseroan terbatas lokal, 21 pihak dana pensiun, 3 pihak yayasan. Pemain asing juga makin ramai, ada 27 perorangan, dan 131 perseroan terbatas asing. 

Sampai akhirnya, ketika saham ARTO mulai runtuh dari level tertingginya di Rp18.000-an per saham pada Agustus 2021, total investor ritel makin ramai sekitar 20.932 pihak. Perseroan terbatas sebanyak 219 pihak, dana pensiun sebanyak 22 pihak, serta yayasan sebanyak 5 pihak. Lalu, pihak asing ada sekitar 30 pihak dan perseroan terbatas sebanyak 195 pihak. 

Menariknya, setelah harga saham ARTO makin turun ke Rp10.000-an di Mei 2022. Jumlah investor ritel malah makin banyak sebesar 33.213 pihak. Padahal investor jenis lainnya seperti perseroan terbatas berkurang menjadi 192 pihak, dana pensiun menjadi 21 pihak, yayasan menjadi 2 pihak. Meski, asing juga masih terus masih dari segi perorangan sebesar 91 pihak dan perseroan terbatas sebanyak 385 pihak. 

Sampai November 2023, pemain ritel di ARTO ada sekitar 40.089 pihak, perseroan terbatas 239 pihak, dana pensiun 29 pihak, yayasan sebanyak 2 pihak, dan koperasi sebanyak 1 pihak.

Lalu, apa persamaannya dengan BREN saat ini?

Terkuak Alasan Saham BREN Meroket, Masih Berani Masuk?
Kenapa saham BREN terus melejit? kamu bertanya-tanya terkait hal tersebut? kami sudah menemukan jawaban dan prediksi kapan saham BREN akan turun. Cek di sini ya

Pergerakan Komposisi Pemegang Saham BREN

Dalam periode November 2023 dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ada beberapa fakta menarik terkait lonjakan saham BREN. 

Pertama, komposisi ritel di saham BREN memang naik 17 persen menjadi 28.700 pihak. Namun, jumlah lembar beredar turun 6,32 persen menjadi 323,36 juta lembar saham. 

Mayoritas, jumlah lembar saham ritel yang terjual diborong oleh pihak perseroan terbatas lokal yang jumlah pihak naik 15 persen dan total lembarnya juga bertambah 20 juta lembar atau 90 persen dari total lembar yang berkurang di pemegang saham ritel. 

Artinya, aksi taking profit ritel masih ditampung oleh investor institusi sehingga harga sahamnya masih terus naik hingga saat ini. Selain perseroan terbatas, asing juga menambah kepemilikan saham di BREN meski porsinya tidak banyak. 

Jika melihat fenomena di ARTO, saham BREN berpotensi koreksi jika jumlah ritel menjadi lebih banyak dibandingkan dengan saat ini. Bagaimana caranya ritel bisa megang lebih banyak? 

Pertama, jika ada aksi right issue, porsi investor ritel bisa bertambah jika ada pemegang saham dari perseroan terbatas yang tidak mengambil hak hingga malah menjual haknya di pasar. 

Kedua, jika dalam periode 8 bulan lock up berakhir hingga ada pemegang saham eksisting BREN sebelum IPO bisa mulai jualan. Dua pihak yang mendapatkan fasilitas lock up adalah BRPT dan Green Energy Era. Adapun, Green Energy Era menjaminkan 24,33 persen saham BREN ke Bangkok Bank dan tidak akan dieksekusi hingga periode lock up selesai. 

Ketiga, Dua pemegang saham minoritas BREN sebelum IPO, yakni Juputer Tiger Holdings dan Prime Hill Fund yang total pegang 9 persen saham BREN mulai jualan.

Jika ada kenaikan jumlah investor ritel akibat salah satu tiga poin ini, berarti menjadi tanda harga saham BREN mulai turun. 

Saham dengan PER Ratusan Kali Lebih Cuan Daripada Blue Chip?
Saham dengan PER ratusan kali bisa lebih cuan daripada blue chip? begini perhitungannya sehingga aman untuk investasi dan trading.

Kesimpulan

Dalam riset dari Universitas Prasetya Mulya berjudul Pengaruh Behavioral Factors Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Finansial Individu membahas salah satu poin perilaku investor terkait investor sentiment. 

Investor sentiment ini menggambarkan keyakinan dan perspektif investor tentang potensi keuntungan di masa depan tanpa mempertimbangkan fundamental utama asetnya. Perilaku investor itu dipengaruhi oleh perkembagan harga aset yang abnormal. Sehingga secara psikologis mereka terpengaruh untuk masuk tanpa mempertimbangkan risiko. 

Hal ini yang bisa memicu jumlah investor ritel dalam sebuah saham yang booming semakin banyak. Pasalnya, investor memburu porsi kecil yang tersedia untuk masuk ke saham tersebut sehingga harga terus naik. Namun, ketika pesta selesai, harga saham turun dan banyak investor ritel yang merugi. 

Lalu, bagaimana dengan prospek BREN dari sisi komposisi pemegang saham saat ini? jika dilihat jumlah pihak investor ritel memang naik, tapi jumlah lembar saham turun. Sehingga ada peluang harga saham bisa naik dalam jangka pendek. 

Namun, ini data lagging sebulan, kita tidak tahu bagaimana kondisi saat ini. Jika ingin merasakan cuan BREN, plannya adalah short term atau swing trading. Jika ada penurunan drastis, seperti balik ke Rp5.000 per saham, lebih baik tinggalkan saja saham ini. 

Intinya, ketika ada pergerakan harga saham yang irrasional, kita sebagai investor jangan ikut tidak irrasional. Namun, bisa bermain rasional dan pragmatis. Jika ingin masuk, berarti harus pantau ketat, tetapi jika khawatir dengan risiko ya tinggalkan saja. 

Kecuali kamu sudah pegang sejak IPO atau di harga bawah, tinggal tentukan mau taking profit kapan?

Kamu termasuk holder atau baru watchlist saham BREN setelah jadi saham terbesar di BEI nih?

Mau dapat guideline saham dividen 2024?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)

 Yuk langsung join Mikirdividen DISKON LANGSUNG Rp100.000 cuma sampai 31 Desember 2023 klik di sini ya

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini