Bakal Ada Auto Rejection di Waran, Bikin Tidak Menarik?

BEI mau menerapkan auto rejection dalam transaksi waran. Bikin jadi nggak menarik nggak sih? sebelum itu baca dulu update dan fakta tentang waran di sini

Bakal Ada Auto Rejection di Waran, Bikin Tidak Menarik?

Mikirduit – Waran menjadi salah satu produk turunan saham yang juga jadi makanan para trader untuk mendapatkan cuan berlipat ganda. Namun, BEI berencana menerapkan kebijakan auto rejection dalam transaksi waran, padahal sebelumnya tidak ada pembatasan jadi sangat volatil. Memang se-volatil apa pergerakan harga waran itu ya? dan apa sebenarnya mahluk bernama waran ini.

Waran ini bisa diibaratkan voucher untuk eksekusi saham di harga dan waktu yang telah ditentukan. Jadi, bagi yang memiliki waran, berarti punya kesempatan untuk melakukan pembelian saham baru tersebut. Tapi tidak wajib dieksekusi. Jika pemilik waran tidak eksekusi saat tenggat waktu yang ditentukan, waran akan hilang alias hangus begitu saja.

Namun, pemilik waran bukan berarti menjadi pemegang saham ya. Jadi, pemilik waran tidak berhak atas dividen hingga warannya diekskusi jadi saham biasa. INGAT, waran ini adalah voucher untuk beli saham di harga yang sudah ditentukan.

Perkembangannya, waran menjadi salah satu instrumen yang juga ditradingkan untuk bisa mendulang cuan dari kenaikan dan penurunan harga saham. Apalagi, sebelum BEI coba atur transaksi waran dengan auto rejection, pergerakan waran sangat liar sekali. Jadi, bisa saja untung besar atau rugi besar dalam konteks trading.

Ada beberapa cara mendapatkan waran, seperti investor bisa mendapatkan waran secara gratis jika beli saham IPO atau yang melakukan rights issue dengan pemanis waran tersebut. Namun, yang tidak ikut IPO atau rights issue juga bisa mendapatkan waran dengan beli di pasar sekunder.

Apa yang Membuat Harga Waran Naik dan Turun

Secara logika, harga waran bisa naik dan turun sesuai dengan pergerakan harga saham utamanya serta harga eksekusi waran menjadi saham.

JIKA, harga saham naik melebihi harga eksekusi waran, seharusnya harga waran di pasar sekunder juga naik sebesar selisih antara harga saham dengan harga eksekusi. Kenapa? ya karena berarti membeli waran akan lebih murah dibandingkan beli saham saat itu.

JIKA, harga saham turun di bawah harga eksekusi waran, seharusnya harga waran di pasar sekunder turun karena harga eksekusi waran menjadi lebih mahal.

Namun, terkadang banyak anomali dalam perdagangan waran di Indonesia.

Pesta Cuan Waran 2021

Transaksi waran sempat menjadi primadona di 2021. Pasalnya, beberapa trader merasakan nikmat cuan dari trading waran, meski sebagian merasakan pahitnya. Adapun, tren trading waran makin pesat setelah ada fitur e-IPO di mana investor ritel menjadi punya peluang lebih besar mendapatkan IPO serta bonus warannya.

Kelebihan waran memang dari tidak adanya auto rejection seperti saham biasa sehingga potensi volatilitasnya lebih tinggi.

Dalam catatan CNBN Indonesia pada 4 Maret 2021, ada sekitar 11 waran yang mencatatkan kenaikan di atas 35 persen.

Misalnya, pada periode itu saham DWGL memang auto rejection atas 35 persen. Namun, saham DWGL-W melejit lebih tinggi hingga 382,14 persen dalam sehari.

Bahkan, anomali terjadi ketika saham SOTS koreksi 3,14 persen, tapi warannya malah sempat melejit hingga 350 persen.

Dalam periode 4 Maret 2021 itu, ada sekitar 9 dari 11 waran yang meroket, meski harga sahamnya turun. Ini melawan logika teori kenaikan dan penurunan harga saham kan?

Ya, memang harga naik-turun karena ada permintaan lebih tinggi daripada penawaran. Masalahnya, kalau harga saham turun, apa daya tarik warannya hingga bisa melejit seperti itu? namun volatilitas itu yang justru membuat banyak trader tertarik bermain di waran, meski risiko tinggi.

Jika transaksi waran dikenakan auto rejection seperti saham, apalagi jumlah persentasenya sama. Mungkin transaksi waran tidak akan semenarik sebelumnya ya.

Ketika FREN-W Lebih Mahal Daripada Saham FREN

Ada salah satu kejadian unik ketika harga waran FREN melampaui harga saham FREN. Hal ini terjadi pada 2012, waktu itu FREN baru saja melaksanakan tiga aksi korporasi besar, yakni reverse stock split dengan rasio 20:1 dan rights issue yang disertai bonus waran, dan private placement.

Kejutan terjadi pada 16 Februari 2012, harga FREN-W sempat melejit tembus Rp600 per waran dibandingkan dengan Rp15 per waran pada hari sebelumnya. Sampai akhirnya, harga waran FREN di pasar sekunder waktu itu ditutup pada level Rp400 per waran. Angka ini jauh lebih besar daripada harga sahamnya yang ditutup di level Rp300 per saham.

Kok bisa? dikutip dari Kontan.co.id. kenaikan FREN-W itu ternyata disebabkan ada sekuritas yang belum menyesuaikan harga waran setelah FREN melakukan reverse stock split.

Simulasinya, ada investor punya 400 waran FREN sebelum reverse stocksplit. Namun, setelah reverse stock split berarti jumlah warannya hanya tersisa 20 unit. Namun, investor ini berpikir masih punya 400 waran dan menjualnya di harga setelah reverse stocksplit.

Akhirnya, transaksi gagal karena jumlah waran yang tersisa hanya 20 unit. Di sini, banyak penjualan yang gagal sehingga membuat permintaan seolah-olah tinggi. Sehingga harga warannya melejit tajam.

Di sisi lain, saham FREN-W ini memang salah satu waran legendaris. Soalnya, selain disuspensi akibat ada kesalahan teknis sebelumnya, FREN-W juga sempat disuspensi pada 2014 oleh BEI.

Deretan Waran Jatuh Tempo 2023

Menurut data KSEI, ada sekitar 11 waran yang bakal jatuh tempo di sisa tahun ini. Namun, kalau melihat list waran tersebut, hanya 2 waran dari total 11 waran yang harga exercise-nya masih di bawah harga saham utamanya. Bahkan, 5 dari 11 waran tersebut harga sahamnya sudah turun ke Rp50 bahkan di bawahnya.

exercise price harga waran harga saham tanggal jatuh tempo
ALDO 1.000 50 670 14 Desember 2023
BSBK 125 2 50 7 November 2023
ENZO 200 3 50 14 September 2023
ESIP 120 3 50 14 September 2023
JAYA 123 17 136 10 November 2023
PLAN 130 2 28 15 September 2023
POLA 168 5 50 16 November 2023
SOSS 340 190 555 6 November 2023
SOTS 600 35 278 7 Desember 2023
WIFI 690 8 195 29 Desember 2023
WIRG 188 9 144 6 Oktober 2023

Kenapa harga saham yang bagikan waran pergerakannya suram jelang hari eksekusi?

Sebenarnya, kami sudah membahasnya dalam tulisan berjudul Analisis Saham IPO yang Cuan dari Waran dan Penjamin Emisi

Menurut salah satu publikasi dari Universitas Airlangga menyebutkan, ada dua teori alasan emiten menerbitkan waran saat IPO.

Pertama, Teori pendanaan bertahap dari Schultz (1993) menyatakan kalau penerbitan waran saat IPO itu dilakukan karena emiten berniat menghimpun dana secara bertahap. Tahap awal saat IPO dan tahap kedua saat eksekusi waran.

Dengan melakukan pendanaan secara bertahap, emiten bisa mengukur penggunaan dananya apakah masih cocok untuk proyek awal atau tidak. Biasanya, penerbitan waran dilakukan untuk investasi di proyek yang berisiko tinggi dan diragukan keberhasilannya.

Kedua, Teori signaling dari Chemmanur dan Fulghieri yang menjelaskan penerbitan waran saat IPO menjadi isyarat tentang prospek perusahaan kepada investor. Kecenderungannya, emiten dengan prospek risiko dan arus kas yang tinggi cenderung memilih IPO dengan waran.

Dari studi Universitas Airlangga itu, mereka melakukan riset untuk saham IPO dari 2010 hingga 2013. Hasilnya, publikasi itu menilai salah satu alasan emiten di BEI IPO pada 2010-2013 dengan waran bertujuan untuk menggunakan pendanaan bertahap daripada memberikan sinyal risiko.

Kesimpulan

Penetapan auto rejection dalam transaksi waran akan membuat waran menjadi tidak menarik. Pasalnya, salah satu yang membuat waran menarik adalah nominal beli yang kecil dan risiko keuntungan yang besar, meski dalam kasus ini lebih cenderung untuk spekulasi.

Namun, sisi positifnya, kebijakan auto rejection ini akan membuat pihak yang bertransaksi waran berpikir dua kali apakah layak atau nggak untuk dibeli.

Kalau kamu setuju nggak dengan keputusan BEI ingin menerapkan auto rejection dalam transaksi waran?

Referensi