Jika Harga Komoditas Turun, Begini Nasib Saham Batu bara

Saham batu bara lagi penuh euforia dividen yield selangit nih. Namun, harga batu bara dunianya turun terus, mau tau seberapa dalam efeknya ke kinerja keuangan mereka? cek di sini

Jika Harga Komoditas Turun, Begini Nasib Saham Batu bara

Mikir Duit – Saham sektor batu bara boleh beruntung sepanjang 2022 karena harga batu bara melejit drastis akibat perang Rusia - Ukraina. Namun, euforia itu berpotensi berakhir di 2023 dan seterusnya. Lalu, seberapa parah efek penurunan harga batu bara kepada kinerja keuangan saham batu bara? kita akan analisis dengan ambil studi kasus periode 2010 - 2016 di sini ya.

Batu bara sering disebut sebagai emas hitam. Alasannya, batu bara adalah salah satu sumber energi paling murah di dunia sehingga tingkat permintaannya sangat tinggi. Namun, kelemahan energi dari batu bara adalah terkait dampaknya terhadap lingkungan yang buruk. Untuk itu, banyak kampanye yang meminta batu bara tidak lagi digunakan yang membuat saham batu bara dinilai masuk periode sunset atau jadi saham semenjana.

Sayangnya, hal itu tertunda setelah pandemi Covid-19 terjadi. Pasalnya, gara-gara pandemi Covid-19, ekonomi banyak negara mengalami banyak masalah sehingga mau tidak mau mereka tetap menggunakan batu bara sebagai energi paling murah. Ditambah, perang Rusia-Ukraina sempat membuat Eropa kehabisan gas yang membuat mereka kembali buka pembangkit listrik tenaga batu baranya. Kondisi itu yang membuat saham sektor batu bara menjadi primadona pada medio 2022.

Masalahnya adalah setelah itu, kenaikan harga batu bara yang terlalu tinggi mulai melandai di awal 2023. Dengan begitu, muncul ekspektasi pertumbuhan pendapatan emiten batu bara tidak akan setinggi 2022. Kalau begitu, kira-kira sejauh apa efek penurunan harga batu bara terhadap kinerja emiten batu bara?

BACA JUGA: Prospek Saham ABMM si Tukang Bantuin Ngeruk Batu bara dengan Cuan Selangit

Studi Kasus Pasang Surut Harga Batu Bara 2010-2016

Harga batu bara dunia, terutama newcastle coal price yang menjadi acuan harga jual batu bara di Asia Pasifik mencatatkan pasang surut pada medio 2010-2017. Pada 2010, harga batu bara sempat bangkit ke 100 dolar AS per ton, setelah naik turun di kisaran 70 dolar AS sampai 80 dolar AS per ton pada 2009-2010. Harga batu bara makin melejit pada 2011 setelah tembus 130 dolar AS per ton.

Namun, setelah itu, harga batu bara perlahan mulai turun ke 90 dolar AS per ton hingga menyentuh level terendahnya di sekitar 40-an dolar AS per ton pada 2015. Sampai akhirnya, harga batu bara mulai bangkit lagi pada 2016-2017 dan sesaat kembali tembus 100 dolar AS per ton. Dengan fluktuasi harga batu bara itu, bagaimana efeknya ke kinerja keuangan saham batu bara?

Kami menggunakan sample saham batu bara besar yang sudah IPO sebelum periode 2010, yakni PT Bukti Asam Tbk. (PTBA), PT Indika Energy Tbk. (INDY), PT Indotambang Raya Megah Tbk. (ITMG), PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).

Hasilnya, kinerja keuangan saham batu bara bakal mulai tertekan ketika harga batu bara berada di bawah 80 dolar AS per ton. Ketika harga batu bara berada di level itu pada periode 2013-2016, INDY dan BYAN kompak mencatatkan rugi bersih. Sementara itu, ITMG dan ADRO juga mencatatkan penurunan laba bersih yang signifikan. Sementara, kinerja PTBA cenderung paling stabil dibandingkan keempat saham batu bara lainnya saat terjadi penurunan harga komoditas tersebut.

Jika dilihat penurunan laba bersih hingga mengalami rugi itu mengindikasi harga keekonomian batu bara perusahaan di Indonesia itu ada di kisaran 70-80 dolar AS per ton. Ketika harga jual di bawah itu, maka kinerjanya tertekan.

Penurunan Kinerja Saham Batu bara Ketika Harga Komoditas Anjlok

Jika dilihat, efek dari penurunan harga batu bara terhadap kinerja emitennya cenderung bertahap. Penurunan kinerja keuangan saham batu bara mulai terlihat pada 2012 ketika harga komoditasnya masih di kisaran 86 dolar AS per ton. Penurunan harga batu bara dari 130-an dolar AS menjadi sekitar 86 dolar AS per ton langsung menghantam laba bersih saham sektor tersebut hingga turun 40 persen secara tahunan.

Kinerja saham batu bara periode 2009-2017 ketika harga komoditasnya mengalami pasang surut. Satuan angka di sana dalam miliar rupiah, beberapa emiten yang menggunakan dolar AS sudah dikonversi secara otomatis oleh sistem. Catatan blok merah artinya emiten mencatatkan kerugian.

Meski laba bersih turun, beberapa emiten masih mencatatkan kenaikan pendapatan. Hal itu bisa dipicu oleh kenaika volume penjualan sehingga dari segi tingkat pendapatan naik, tapi harga jual yang rendah membuat beban juga tinggi sehingga mengalami penurunan laba bersih.

Tren penurunan kinerja keuangan saham batu bara mulai terhenti pada 2016 ketika rata-rata harga batu bara naik ke 70 dolar AS per ton. Hal itu cukup wajar, kenaikan kinerja keuangan itu dipicu karena basis pertumbuhan pada 2016 sangat rendah ketika harga batu bara berada di level terburuknya.

Kesimpulan

Kinerja emiten batu bara pada 2023 menurut kami sangat menantang. Namun, seberapa besar efek penurunan kinerja keuangan akan tergantung seberapa tinggi rata-rata harga jual dari masing-masing emiten. Semakin tinggi, artinya potensi perlambatan hingga penurunan kinerja akan semakin besar.

Saat ini, harga batu bara berada di kisara 190 dolar AS per ton.Secara hitungan margin, emiten batu bara masih dapat untung yang lumayan besar. Masalahnya, jika rata-rata harga jual batu bara mereka di 2022 itu tembus 250 - 300 dolar AS per ton, berarti basis pertumbuhan di tahun lalu sangat tinggi. Efeknya, adanya perlambatan kinerja keuangan di 2023.

Dalam posisi ini, PTBA berpotensi menjadi emiten yang paling stabil karena kontribusinya menjual batu bara ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang harganya lebih rendah dari pasaran. Artinya, ketika harga batu bara berada di 190 dolar AS pun, kinerja PTBA tidak akan terganggu signifikan.

Namun, kita perlu pantau, jika harga batu bara turun ke bawah 100 dolar AS per ton, ini menjadi alamat kinerja keuangan saham batu bara bakal carut marut. Dividen jumbo dengan yield tinggi sepanjang awal 2023 bisa jadi pesta terakhir seperti yang sudah ditulis dalam 23 Digest edisi Februari ini.

Siapa yang masih punya barang saham batu bara? sudah dijual atau mau hold lebih lama lagi?