Hati-hati, Jebakan Betmen Kinerja Cemerlang Saham Rokok

Kinerja saham rokok bisa dibilang oke banget pada kuartal I/2023. Namun, hati-hati jangan keburu beli dan berharap turnaround story ya.

Hati-hati, Jebakan Betmen Kinerja Cemerlang Saham Rokok

Mikir Duit – Kinerja keuangan saham rokok besar mencatatkan kenaikan pada kuartal I/2023. Apakah ini jadi tanda saham rokok bisa mencatatkan turn around story, lalu apa yang mengerek kinerja keuangan mereka sesungguhnya? kita ulas selengkapnya di sini.

PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) kompak mencatakan pertumbuhan laba bersih, terutama WIIM dan GGRM yang cukup signifikan. Padahal, cukai rokok yang jadi momok menakutkan saham sektor ini terus mengintai, lalu apa yang mengerek kinerja keuangan mereka, apakah inovasi bisnis baru sudah mampu mengerek kinerja keuangannya?

Kinerja Keuangan Saham HMSP

Seperti yang sudah tertulis di rekap data kinerja keuangan emiten Q1/2023 pertumbuhan laba bersih HMSP didorong oleh non-operasionalnya, yakni adanya kenaikan penghasilan keuangan dan pendapatan lain-lain.

Soalnya, kenaikan laba bersih HMSP di kuartal I/2023 sebesar 12,79 persen menjadi Rp2,16 triliun. Namun, pertumbuhan pendapatannya hanya tumbuh tipis 3,07 persen menjadi Rp26,96 triliun.

Lalu, apa yang mendorong kinerja HMSP?

Pertama, pertumbuhan beban pokok pendapatan yang mampu dijaga di bawah pertumbuhan pendapatan. Beban pokok pendapatan HMSP pada kuartal I/2023 hanya tumbuh 0,91 persen menjadi Rp22,1 triliun.

Kedua, penghasilan keuangan dari pembayaran pinjaman entitas terafilias naik 55 persen menjadi Rp148 miliar.

Ketiga, Pendapatan lain-lain yang tidak ada detailnya dari mana naik 81 persen menjadi Rp60 miliar.

Keempat, pendapatan dari bagi hasil laba bersih entitas asosiasi senilai Rp2 miliar. Jadi, HMSP memiliki perusahaan patungan dengan Vintaba-Philip Morris Ltd. di Vietnam. HMSP memiliki 49 persen saham di perusahaan rokok asal Vietnam tersebut.

BACA JUGA: Rokok Tanpa Asap Bisa Jadi Juru Selamat HMSP?

Kinerja Keuangan GGRM

Kinerja keuangan GGRM juga secara mengejutkan mencatatkan pertumbuhan positif. Laba bersih GGRM kuartal I/2023 mencatatkan kenaikan hingga 82,32 persen menjadi Rp1,96 triiliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Namun, kenaikan laba bersih GGRM itu tidak didorong oleh pertumbuhan bisnis operasional yang signifikan. Soalnya, pendapatan GGRM hanya tumbuh 1,5 persen menjadi Rp29,73 triliun. Lalu, apa saja yang mendorong kinerja keuangan GGRM?

Pertama, penurunan beban pokok pendapatan GGRM sebesar 2,47 persen menjadi Rp25,37 triliun. Penurunan beban pokok pendapatan terjadi di seluruh lini dari bahan baku produksi, biaya pekerja, hingga persediaan.

Kedua, penurunan beban usaha sebesar 3,66 persen menjadi Rp1,83 triliun. Penurunan hampir terjadi di semua lini, kecuali bagian biaya kompensasi karyawan terkait penjualan.

Ketiga, pendapatan lainnya tumbuh 41,25 persen menjadi Rp312 miliar. Namun, tidak ada penjelasan lebih detail dari mana asal pendapatan lainnya dari GGRM tersebut.

Kinerja Keuangan WIIM

Berbeda dengan GGRM dan HMSP, Kinerja keuangan WIIM cukup mencolok juga diiringi dengan operasional bisnis yang signifikan. Laba bersih WIIM tumbuh 194 persen menjadi Rp110 miliar. Kenaikan laba bersih itu juga didorong kenaikan pendapatan sebesar 54,58 persen menjadi Rp1,17 triliun.

Namun, pertumbuhan pendapatan WIIM tetap di bawah pertumbuhan pendapatannya, lalu apa yang jadi pendorong utamanya?

Pertama, seluruh beban WIIM naik tidak setinggi pendapatan. Beban pokok pendapatan hanya tumbuh 48 persen, beban penjualan tumbuh 42 persen, dan beban umum hanya tumbuh 7 persen.

Kedua, adanya kenaikan pendapatan bunga sebesar 81,48 persen menjadi Rp4,23 miliar.

Ketiga, adanya penjualan aset tetap yang tumbuh 31,29 persen menjadi Rp1,46 miliar. Penjualan aset tetap ini berupa bangunan dan mesin.

Kesimpulan

Melihat dari kinerja ketiga emiten rokok ini, dua diantaranya, yakni GGRM dan HMSP bisa mencatatkan kinerja positif karena dorongan pendapatan dari luar operasional bisnisnya, serta efisiensi beban pokok pendapatan yang lebih rendah untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

Terutama GGRM, perusahaan rokok asal Kediri itu mencatatkan penurunan semua bebannya dari operasional hingga umum secara signifikan. Hal itu yang membantu perseroan mencatatkan laba bersih fantastis, meski pendapatan hanya tumbuh 1,57 persen.

Berbeda dari HMSP dan GGRM, skala bisnis WIIM memang terkena efek kenaikan cukai rokok paling rendah. Hal itu membuat penjualannya masih bisa tumbuh secara agresif. Meski, ada beberapa catatan, WIIM juga mencatatkan kenaikan penjualan aset tetap yang nilainya bakal fluktuatif di kemudian hari.

Namun, kami menilai kinerja keuangan WIIM akan tetap bertumbuh meski penjualan aset tetap menyusut. Pasalnya, WIIM masih kena beban selisih kurs senilai Rp555 juta di kuartal I/2023. Jika rupiah terus menguat, bukan tidak mungkin WIIM bisa menjaga momentum pertumbuhan kinerja keuangannya.

Meski, tetap saja untuk jangka panjang bisnis rokok terutama skala besar seperti GGRM dan HMSP masih berada di momen sunset. Bahkan, inovasi dan diversifikasi bisnis keduanya belum terlihat menghasilkan dalam jangka dekat.

Mungkin, hanya WIIM yang masih bisa bertumbuh karena skala bisnisnya yang paling rendah terkena efek cukai rokok. Namun, lama kelamaan, bisnis WIIM juga berpotensi melambat jika mereka tidak segera melakukan inovasi sumber pendapatan di luar rokok.

Kamu, masih ada yang hold saham rokok ini? sudah rela melepasnya atau masih berharap bisa naik lagi?