Rokok Tanpa Asap, Juru Selamat HM Sampoerna

HM Sampoerna baru mulai ekspor produk rokok tanpa asapnya. Akankah produk ini jadi penyelamat kinerja keuangannya yang lagi tertekan cukai?

Rokok Tanpa Asap, Juru Selamat HM Sampoerna

Mikir Duit - PT HM Sampoerna Tbk. alias HMSP merilis produk rokok tanpa asapnya alias IQOS bernama HEETS. Sejauh ini, produk rokok tanpa asap itu telah masuk pasar ekspor. Kira-kira, apakah produk rokok tanpa asap itu akan menjadi juru selamat kinerja saham HMSP yang tertekan kenaikan cukai rokok?

Philip Morris International melalui HMSP pun sudah berinvestasi di Indonesia untuk membangun pabrik HEETS dengan nilai investasi sekitar 186 juta dolar AS atau setara Rp2,88 triliun.

Fasilitas produksi itu disebut mulai beroperasi sejak kuartal IV/2022. Produk HEETS yang diproduksi di Indonesia akan dipasarkan untuk ekspor di Asia Pasifik dan juga domestik.

Pabrik rokok tanpa asap ini menjadi yang pertama di Asia Tenggara dan ketujuh dunia. Produk rokok tanpa asap ini juga menjadi solusi untuk para pecandu rokok yang ingin merokok tanpa khawatir menyebabkan bahaya ke kerabat terdekatnya.

Soalnya, asap rokok konvensional sangat berbahaya hingga menyebabkan penyakit bagi para penderita perokok pasif baik tangan kedua (langsung meghirup asap) atau tangan ketiga menghirup bekas asap.

Juru Selamat Kinerja HMSP?

Kinerja keuangan HMSP dari segi laba bersih per kuartal III/2022 tengah mencatatkan penurunan sebesar 11,74 persen menjadi Rp4,9 triliun dibandingkan dengan Rp5,55 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.

Penurunan laba bersih itu disebabkan oleh HMSP yang mensubsidi beban cukai yang dikenakan ke konsumen. Soalnya, kenaikan cukai yang melebihi inflasi hingga selisih cukai antar golongan yang meningkat membuat konsumen rokok beralih ke produk dengan cukai yang lebih rendah.

Hasilnya, meski laba bersih HMSP turun, tapi perseroan masih mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 15 persen menjadi Rp83 triliun. Kontributor terbesar untuk penjualan HMSP berasal dari produk sigaret kretek mesin senilai Rp55 triliun, sedangkan produk yang mencatatkan kenaikan penjualan tertinggi berasal dari sigaret putih tangan sebesar 85 persen menjadi Rp603 miliar..

Lalu, HMSP juga baru meluncurkan produk sigaret kelembab kemenyan pada Maret 2022 dengan merek Marlboro Crafted Authentic. Hasilnya, sampai kuartal III/2022, produk itu sudah mencatatkan penjualan senilai Rp340 miliar.

Di sisi lain, produk ekspor HMSP masih memiliki porsi kecil dalam memberikan kontribusi ke pendapatan. Sampai kuartal III/2022, produk ekspor HMSP mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 41 persen menjadi Rp159 miliar.

Adapun, produk rokok tanpa asap HMSP belum mencatatkan kontribusi pendapatan di kuartal III/2022. Kita bisa melihat seberapa besar pengaruhnya di kuartal IV/2022, lalu melihat potensi setahunnya di kuartal IV/2023.

Permasalahannya adalah sejauh ini inovasi dari HMSP masih berkutat di produk rokok. Di mana pemerintah sudah menetapkan tren kenaikan cukai yang akan terus naik. Artinya, tingkat beban penjualan HMSP juga akan terus naik.

Meski, untuk produk IQOS, tingkat cukainya disebut 17 persen lebih rendah dari sigaret putih mesin tier-1 milik HMSP. Namun, efeknya ke pengurangan beban cukai serta pengaruhnya ke daya beli produk juga tidak akan mengerek signifikan.

GGRM Lebih Menarik?

Jika melihat struktur perusahaan, PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) sebenarnya lebih menarik dibandingkan dengan HMSP yang terlalu fokus di produk rokok. GGRM memiliki beberapa lini usaha lainnya, seperti jasa transportasi tidak terjadwal, jasa hiburan alias event organizer, industri peralatan perlindungan keselamatan, konstruksi, dan jasa wisata.

GGRM pun lagi terlibat dalam pembangunan bandara hingga jalan tol di sekitar Kediri. Meski memang belum terlihat hasilnya, tapi jika langkah GGRM itu sukses, mereka bisa mengurangi dampak beban penurunan daya beli akibat kenaikan cukai rokok.

Walaupun, langkah ekspansi GGRM itu juga mengandung pertanyaan, apakah pembangunan infrastruktur di Kediri itu bisa mendatangkan keuntungan bagi perusahaan?

Kinerja keuangan GGRM per kuartal III/2022 juga bisa dibilang lebih buruk daripada HMSP. GGRM mencatatkan kenaikan pendapatan hanya 2 persen menjadi Rp93,91 triliun. Lalu, laba bersihnya susut 63,77 persen menjadi Rp1,49 triliun.

Kesimpulan

Sebenarnya, emiten rokok ini adalah industri sunset atau yang sulit untuk tumbuh tinggi ke depannya. Jadi, investasi di saham rokok sangat tidak direkomendasikan, meski secara valuasi sudah diskon besar-besaran. Soalnya, valuasi saham rokok diskon karena adanya penurunan kinerja yang cukup signifikan akibat kenaikan cukai rokok tersebut.

Bahkan, masuk ke saham rokok tier yang lebih rendah seperti PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) juga bukan langkah bijak. Meski, WIIM mendapatkan keuntungan dari kenaikan cukai rokok yang lebih besar di tier-1, tapi tetap saja ada efek daya beli yang berpotensi melambat di industri rokok.

Kecuali, kamu mau berjudi kalau saham rokok ini bisa kembali ke masa jayanya dan masuk di posisi rendah saat ini. Namun, TIDAK DIREKOMENDASIKAN ya.


Disclaimer: Artikel ini tidak mengajak kamu membeli atau menjual salah satu saham. Artikel ini hanya memberikan informasi yang bisa jadi pertimbanganmu untuk membeli atau menjual sebuah saham. Investasi saham memiliki risiko yang harus ditanggung oleh diri sendiri.