Laporan Keuangan Q1/2023, Siapa Saham yang Paling Cuan?

Laporan Keuangan Q1 2023 sudah rilis. Kira-kira, saham apa yang paling cuan? pantau updatenya di artikel Mikirduit ini ya.

Laporan Keuangan Q1/2023, Siapa Saham yang Paling Cuan?

Mikir Duit – Laporan keuangan Q1 atau kuartal pertama di 2023 dirilis sekitar April sampai Mei. Kira-kira, emiten apa nih yang mencatatkan kinerja keuangan paling solid di kuartal pertama kali ini ya?

Dalam laporan update laporan keuangan Q1 emiten Mikirduit ini, kami menggunakan acuan dasar dari pertumbuhan laba bersih. Alasannya, laba bersih secara representatif menggambarkan sebesar apa keuntungan atau kerugia emiten. Namun, sesungguhnya laba bersih saja tidak cukup untuk menggambarkan seberapa menguntungkannya sebuah emiten.

Agar data yang disajikan tidak bias, kami akan memberikan keterangan lebih detail per emiten jika ada pertumbuhan laba bersih yang tidak wajar. Sehingga, kita bisa saling deteksi bersama, bagaimana kinerja emiten yang sesungguhnya.

💡
Update: 30 April 2023

Laporan Keuangan Q1 Emiten di BEI Tahun 2023

data disajikan dalam mata uang rupiah, emiten yang menggunakan dolar AS akan dikonversi dengan kurs acuan laporan keuangan masing-masing sehingga datanya tetap valid dan relevan

Saham Sektor Bisnis Laba Bersih Pertumbuhan %
EAST Perhotelan Rp8,06 miliar 29,47%
BRMS Tambang emas Rp32,13 miliar 11,06%
IPAC Jasa agen properti (Rp464 juta) -
ITIC rokok Rp4,14 miliar 9,45%
ISAP onderdil otomotif Rp326 juta -
DNAR bank Rp5 miliar 72%
MTDL penjualan IT Rp146 miliar -11,04%
PUDP Properti (Rp2,39 miliar)
AUTO onderdil otomotif Rp432 miliar 92,12%
DSNG perkebunan sawit Rp213,76 miliar 4,44%
NZIA properti Rp287,24 juta -87%
BBSS sewa gudang -Rp610,2 juta -
BBNI perbankan Rp5,22 triliun 31,76%
UNTR pertambangan Rp5,32 triliun 23,20%
AMAR perbankan Rp34,42 miliar -
BEST properti Rp109 miliar 723%
APII ekspor-impor logam Rp7,4 miliar 13,16%
RBMS properti dan kontraktor -Rp10,2 miliar -
CITY properti -Rp5,01 miliar -
ADCP properti Rp15,6 miliar -10,32%
ACST kontraktor -Rp29,8 miliar -
ASGR perdagangan peralatan kantor Rp25 miliar 58,70%
BUVA hotel dan resort -Rp154 miliar -
PNBS perbankan syariah Rp60,2 miliar 68,46%
PNBN perbankan Rp589 miliar -9,80%
SANF multifinance Rp32,14 miliar 36,34%
FIFA multifinance Rp944 miliar 25,79%
AALI perkebunan sawit Rp224 miliar -53,51%
BMRI perbankan Rp12,6 triliun 25%
AGRO perbankan Rp4,37 miliar -90,83%
BUKK manufaktur Rp172,28 miliar 71,28%
LPPF ritel fashion Rp101 miliar -30,17%
KKES pabrik kimia Rp3,16 miliar -18,10%
DSFI perikanan Rp5,01 miliar -28,79%
UNVR consumer goods Rp1,4 triliun -30,47%
CBPE properti Rp1,38 miliar -32,26%
AMAG asuransi Rp15,31 miliar -57,97%
KBLM produsen kabel Rp8,35 miliar -12,04%
BRAM manufaktur Rp65,19 miliar -56,96%
TOTO manufaktur Rp75,5 miliar -17,09%
ESTI manufaktur benang US$71.341 28,23%
BOLT onderdil otomotif Rp50,29 miliar 99,17%
TUGU asuransi Rp923,39 miliar 1350%
SNLK perhotelan -Rp1,18 miliar -
KDTN properti Rp1,21 miliar -51,93%
GMTD properti Rp26,85 miliar -
EDGE layanan digital Rp57,41 miliar 67,77%
TOTL konstruksi Rp29,68 miliar 8,65%
FASW pulp & paper -Rp83,21 miliar -
FPNI petrokimia Rp33,96 miliar -41,66%
WEHA transportasi Rp5,16 miliar 237,23%
BUAH perdagangan Rp9,22 miliar -18%
JARR Perkebunan Rp21,38 miliar -73,16%
CEKA Consumer Goods Rp70,99 miliar -27,54%
ARNA manufaktur keramik Rp145,3 miliar -14,81%
PAMG properti Rp279 juta -
MINA properti -Rp892 juta -%
HATM Transportasi logistik Rp24,69 miliar 15,13%
PORT Transportasi Rp23,9 miliar 572%
KICI produsen alat dapur -Rp234 juta
BFIN multifinance Rp508,81 miliar 28,49%
INCO tambang nikel US$98,15 juta 45,09%
ASDM asuransi Rp3,37 miliar 49,38%
CRAB produsen surimi Rp3,01 miliar 2,96%
HADE pembangkit listrik -Rp98,98 juta -
AMOR investasi Rp66,76 miliar -21,97%
BAUT manufaktur Rp4,3 miliar 350%
BRIS perbankan Rp1,45 triliun 47,64%
INTA sewa alat berat Rp6,95 miliar -
SILO rumah sakit Rp249 miliar 151,37%
LPKR Properti Rp1,13 triliun -
BEKS Perbankan -Rp28,65 miliar -
BIRD Transportasi Rp123,26 miliar 161%
GWSA properti Rp19,29 miliar -14%
ASJT asuransi Rp185 juta 99%
KKGI Tambang batu bara Rp211 miliar 97,81%
LPCK properti -Rp7,28 miliar -
LAJU Transportasi logistik Rp3,24 miliar 15,89%
HMSP rokok Rp2,16 triliun 12,79%
FREN telekomunikasi -Rp379,97 miliar -
OMRE properti -Rp32,16 miliar -
KARW infrastruktur Rp8,67 miliar 865%
DCII data center Rp121,42 miliar 90,20%
BNGA perbankan Rp1,58 triliun 32,40%
TCID kosmetik Rp4,58 miliar -
KMTR olahan karet Rp44,2 miliar -4,08%
CNKO tambang batu bara Rp9,62 miliar -
OILS produsen minyak kelapa Rp2,19 miliar -40,01%
OPMS penjual besi bekas -Rp1,64 miliar -
INTD penjual produk fotografi Rp1,36 miliar 97,73%
SOSS penyedia satpam Rp8,5 miliar 151%
HAIS transportasi Rp50,43 miliar 125,56%
AISA consumer goods Rp2,09 miliar -
SMRU tambang batu bara -Rp22,5 miliar -
KEJU consumer goods Rp29,77 miliar -25,30%
ARTA perhotelan Rp2,08 miliar -
GOTO teknologi -Rp3,86 triliun -
BBCA perbankan Rp11,52 triliun 42,97%
PDES pariwisata Rp2,34 miliar -
PANR pariwisata Rp15,88 miliar -
NIKL produsen timah US$1,24 juta -72,74%
WINS transportasi US$180.627 -
RALS ritel fashion Rp30,17 miliar 0,55%
NOBU perbankan Rp30,5 miliar 30,99%
MTWI asuransi Rp8,05 miliar -
DVLA farmasi Rp60,91 miliar -55,54%
PEGE keuangan -Rp11,6 miliar -
WINE minuman alkohol Rp11,48 miliar -
BIKE penjual sepeda Rp5,93 miliar 20,96%
MEDS alat kesehatan -Rp4,33 miliar -
JPFA pakan ternak -Rp241 miliar -
IFII industri kayu Rp19,88 miliar 58,16%
GEMA produksi furniture Rp1,58 miliar 43,31%
ELPI transportasi Rp42,37 miliar 59,20%
TPMA transportasi US$4,87 juta 155,66%
BBHI perbankan Rp80,49 miliar 7,31%
BBTN perbankan Rp800 miliar 3,41%
WEGE konstruksi Rp10,15 miliar -65,59%
WIRG metaverse Rp14,33 miliar 7,62%
TMAS transportasi Rp259 miliar -23,98%
PANS sekuritas Rp33,29 miliar -46,81%
PLIN properti Rp141,09 miliar 77,44%
TMPO media -Rp1,61 miliar -
PMJS penjual otomotif Rp62,14 miliar -30,84%
SHIP transportasi US$9,37 juta 78,50%
BTPN perbankan Rp805 miliar 7,10%
BBRI perbankan Rp15,5 triliun 27,40%
ULTJ consumer goods Rp355 miliar 21,73%
PNIN keuangan Rp257,37 miliar -18,40%
DRMA onderdil otomotif Rp216,05 miliar 86,38%
SIDO farmasi Rp300,27 miliar 1,77%
PGUN Perkebunan Rp8,23 miliar -26%
STAR tekstil Rp1,04 miliar -33,18%
PURI properti -Rp2,68 miliar -
MDKI Industri bahan baku Rp13,19 miliar 120,82%
MYOH jasa penambangan US$4,43 juta 133%
CARS otomotif Rp45,43 miliar 135%
PEHA Farmasi Rp4,7 miliar 15,91%
GOOD consumer goods Rp156,47 miliar 67,95%
NELY Transportasi Rp52,92 miliar 193,62%
TIFA Keuangan Rp15,32 miliar 18,96%
ARTO Perbankan Rp17,5 miliar -7,55%
BBRM Transportasi US$1,12 juta -
TRUS Keuangan Rp6,69 miliar 44,09%
RSGK rumah sakit Rp7,86 miliar -26,14%
NICK Sewa kantor -Rp87,18 miliar -
MLIA Industri kaca Rp139 miliar -45,46%
SKRN Jasa sewa crane Rp72,19 miliar 66,48%
BAJA Industri bahan baku Rp8,4 miliar -
PBID Produsen plastik Rp100,23 miliar -14,41%
IMJS Transportasi Rp75,98 miliar -0,58%
SMSM Onderdil Otomotif Rp221,58 miliar 17,97%
MASB Perbankan Rp67,04 miliar 11,33%
SAME Rumah sakit Rp1,74 miliar -71,57%
PTRO Kontraktor batu bara US$2,95 juta 41,34%
LMPI Peralatan rumah tangga -Rp5,23 miliar -
TAFS multifinance Rp165,15 miliar 47,82%
MTEL Menara telekomunikasi Rp501 miliar 9,05%
DWGL Pertambangan Rp33,71 miliar -28%
MYTX Tekstil Rp154 miliar -
BHAT Asuransi Rp1,53 miliar -75%
AHAP Asuransi Rp2,58 miliar -63%
POWR Pembangkit listrik US$33,73 juta 41,74%
PKPK Pertambangan -Rp1,83 miliar -
AMFG Industri kaca Rp210,51 miliar -6,50%
DMAS Kawasan industri Rp155,44 miliar -60,05%
CTBN Sewa alat pertambangan US$3,59 juta -
MOLI Etanol dan gas lainnya Rp4,83 miliar 19,31%
RIGS Energi Rp44,4 miliar 83,99%
MAYA Perbankan Rp35,51 miliar -21,62%
MPMX Otomotif Rp131,07 miliar -9,98%
PTSP Rumah makan -Rp3,41 miliar -
IMAS Otomotif Rp178,46 miliar 125,80%
WIIM Rokok Rp110,84 miliar 194,17%
JRPT Properti Rp189,97 miliar 7,91%
SOHO Farmasi Rp57,18 miliar -60,39%
BUKA Teknologi -Rp1 triliun -
GSMF Keuangan -Rp21,68 miliar -
BSMR Investasi Rp22,07 miliar -75,96%
PNGO perkebunan sawit Rp71,35 miliar 41,98%
MDLN Properti Rp196,4 miliar 284%
MLPT Teknologi Rp34,77 miliar -50,38%
GOOD Consumer goods Rp156,47 miliar 67,95%
GJTL Produsen Ban Rp265,69 miliar 270,30%
MGRO Perkebunan sawit -Rp70,11 miliar -
BSIM Perbankan Rp71,76 miliar -11,65%
BTPS perbankan Rp424,72 miliar 3,33%
PALM investasi Rp47,92 miliar -94,59%
TRIM sekuritas Rp18,51 miliar -15,93%
RODA properti -Rp16,59 miliar -
KUAS alat pengecatan Rp1,14 miliar -14,96%
ASLC Otomotif Rp858 juta -35,92%
UNIQ tambang minyak Rp3,01 miliar 65,78%
SMBR Semen Rp9,69 miliar 2,54%
SGRO Perkebunan Rp76,22 miliar -69,25%
BISI Pertanian Rp50,12 miliar -67,50%
TBLA Perkebunan Rp218,63 miliar 7,93%
MREI Reasuransi Rp28,45 miliar -41,41%
PSKT Perhotelan -Rp2,83 miliar -
MPOW Peralatan Power Plant Rp2,4 miliar 243%
CLEO Air mineral Rp60,58 miliar 32,38%
PBSA Kontraktor Rp17,52 miliar -55,60%
HERO ritel Rp152 miliar -
ELIT teknologi Rp3,85 miliar 32,22%
BOGA Otomotif Rp7,54 miliar -34,58%
MIDI ritel Rp117,5 miliar 31,83%
IIKP Budidaya ikan -Rp2,15 miliar -
INTP semen Rp371 miliar 103,43%
KLBF farmasi Rp855,71 miliar 2,49%
BDMN perbankan Rp818 miliar -4,87%
BJTM perbankan Rp305,21 miliar -32,71%
TRON teknologi Rp9 miliar 135,34%
EPMT peralatan medis Rp270,31 miliar 2,63%
GULA produsen gula Rp1,56 miliar -3,45%
SMCB semen Rp149,19 miliar -16,09%
SRTG investasi -Rp4,39 triliun -
IMPC perbankan Rp120,75 miliar 47,72%
SCCO kabel Rp104,4 miliar 21,15%
MTPS Infrastruktur -Rp2,74 miliar -
RISE Properti Rp1,53 miliar -12,33%
ASRI properti Rp30,11 miliar -77,99%
RDTX tekstil Rp62,57 miliar 7,23%
BNII bank Rp565,52 miliar 45,66%
ESSA Jual gas dan amonia US$3,11 juta -87,98%
LEAD Pengebor migas -US$1,38 juta -
ROTI Produksi roti Rp49,15 miliar -44,33%
SMMA Keuangan Rp294,85 miliar -26,81%
LAND Kontraktor -Rp2,44 miliar -
SFAN Jasa Rp14,94 miliar -
BIMA produsen alas kaki Rp1,68 miliar -
YULE sekuritas -Rp18,41 miliar -
MCOR perbankan Rp59,45 miliar 97,38%
JSPT pariwisata Rp37,88 miliar -
MAIN pakan ternak -Rp172,86 miliar -
BUDI produsen terigu Rp34,25 miliar 12,87%
FUTR Media Rp2,29 miliar 407%
SOTS Pariwisata -Rp3,26 miliar -
APEX Pengebor migas US$1,03 juta 37,50%
NICL tambang nikel Rp58,05 miliar 135,33%
ADMF Multifinance Rp417,03 miliar 36,92%
VINS Asuransi Rp2,67 miliar 293,64%
MBAP Tambang batu bara US$10,87 juta -75,60%
TAPG Perkebunan Rp294,7 miliar -66,26%
CMRY Produsen yoghurt Rp297,17 miliar 10,14%
ELSA Pengebor migas Rp114,91 miliar 53,35%
PNLF keuangan Rp360,85 miliar -7,72%
HDFA Multifinance Rp10,7 miliar 20,27%
WIFI Digital Rp20,06 miliar 770,84%
MAPI Ritel Rp404,55 miliar -30,62%
BNLI Bank Rp755,94 miliar 0,74%
PJAA Properti Rp44,98 miliar -
WSKT Konstruksi -Rp374,93 miliar -
CLPI Produsen tinta Rp12,41 miliar 58,60%
ENRG migas US$17,49 juta 70,12%
SDRA Bank Rp199,23 miliar -10,87%
TLKM Telekomunikasi Rp6,42 triliun 5%

Keterangan:
Laba bersih yang ditanda kurung artinya mengalami kerugian bersih. Perubahan % yang tidak ada angkanya berarti ada perbedaan posisi antara periode saat ini dan sebelumnya (terkait posisi laba atau rugi), serta jika kedua posisi mengalami kerugian yang sama.

Beberapa saham yang mencatatkan kinerja signifikan naik atau turun akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

Penjelasan Kinerja Saham HMSP

PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) memberikan kejutan dengan mencatatkan kenaikan pertumbuhan laba bersih kuartal I/2023 sebesar 12,7 persen menjadi Rp2,16 triliun. Padahal, emiten rokok itu di tengah tekanan kenaikan cukai rokok yang sudah ditetapkan pemerintah. Namun, jika melihat pertumbuhan pendapatannya yang cuma naik 3,07 persen menjadi Rp26,96 triliun, artinya pertumbuhan laba bersih itu bukan disokong oleh operasional bisnis perseroan.

Laba bersih HMSP bisa naik lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya karena adanya tambahan pendapatan di luar operasional, seperti pendapatan keuangan dari bunga pinjaman pihak berelasi senilai Rp114 miliar.Lalu, ada juga penghasilan lain-lain yang salah satunya adalah pendapatan sewa properti senilai Rp60 miliar.

Penjelasan Kinerja Saham BIRD

PT Blue Bird Tbk. (BIRD) mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan sebesar 161 persen. Kenaikan itu dipicu oleh pendapatan operasional perseroan yang  tumbuh 55,19 persen menjadi Rp1,04 triliun.

Persentase pertumbuhan laba bersih lebih tinggi daripada pendapatan karena kenaikan beban lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pendapatan. BIRD mencatat kenaikan beban sebesar 43 persen menjadi Rp719 miliar.

Kenaikan kinerja keuangan BIRD ini dipicu oleh mulai dibukanya pembatasan sosial sepanjang 2022. Hal itu memicu kenaikan mobilitas di masyarakat.

Penjelasan Kinerja Saham BRIS

PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 47 persen sepanjang kuartal I/2023. Pendorongnya antara lain, pertumbuhan pendapatan bagi hasil sebesar 12,35 persen menjadi Rp4,07 triliun, serta pendapatan komisi yang tumbuh 21 persen menjadi Rp985 miliar.

Penjelasan Kinerja Saham INCO

PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mencatatkan pertumbuhan laba bersih kuartal I/2023 sebesar 45 persen. Pendorong utamanya adalah pertumbuhan pendapatan yang naik hingga 28,49 persen menjadi 508,81 juta dolar AS. Selain itu, pendorong laba bersih INCO lainnya adalah pendapatan keuangan yang naik 900-an persen menjadi 7,5 juta dolar AS.

Secara keseluruhan, bisnis INCO paling stabil karena seluruh produksi nikelnya dijual ke dua pemegang sahamnya, yakni Vale Kanada dan Sumitomo Jepang.

Penjelasan Kinerja Saham UNTR

PT United Tractors Tbk. (UNTR) masih melanjutkan tren pertumbuhan laba bersih di atas 20 persen. Sampai kuartal I/2023, UNTR masih mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 23,2 persen menjadi Rp5,32 triliun.

Kenaikan itu ditopang oleh pendapatan UNTR yang naik 25 persen menjadi Rp34,88 triliun. Artinya, laba bersih UNTR masih didorong oleh operasional bisnisnya. Di sisi lain, bisnis UNTR yang menopang kinerja keuangannya masih terkait konstruksi dan penambangan batu bara, sedangkan pendapatan dari tambang emas masih melandai.

Penjelasan Kinerja Saham TUGU

PT Tugu Insurance Tbk. (TUGU) mencatatkan kinerja laba bersih yang sensasional sebesar 1.350 persen menjadi Rp923 miliar. Adapun, kenaikan laba bersih TUGU tidak hanya didukung pendapatan premi yang tumbuh 32,7 persen menjadi Rp743,44 miliar.

Namun, TUGU juga mencatatkan keuntungan dari pendapatan lainnya senilai Rp1,05 triliun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang rugi Rp8 miliar.

Sayangnya, belum jelas dari mana keuntungan lainnya TUGU itu, apakah dari hasil investasi dan sebagainya. Kita akan coba konfirmasi ke tim investor realtion TUGU untuk mendapatkan kejelasan terkait.

Penjelasan Kinerja Saham UNVR

PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) masih melanjutkan tren penurunan kinerja keuangannya di kuartal I/2023. Saham UNVR itu mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 2,15 persen menjadi Rp10,6 triliun.

Di sisi lain, laba bersihnya anjlok 30 persen karena adanya kenaikan di beberapa beban-nya. Seperti, beban pemasaran dan promosi yang naik 16 persen menjadi Rp2,3 triliun. Lalu, kenaikan beban umum da administrasi sebesar 57 persen menjadi Rp1,02 triliun.

Adapun, dengan adanya kenaikan beban itu, tapi UNVR masih belum mampu meningkatkan penjualannya, artinya aktivitas pemasaran dan promosi belum mampu mengerek penjualan lebih tinggi lagi. Alasannya, mungkin penetrasi beberapa produk baru UNVR masih butuh waktu.

Penjelasan Kinerja Saham BMRI

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 25 persen menjadi Rp12,6 triliun.

Hampir sama dengan tren bank lainnya, lonjakan laba bersih BMRI itu juga ada kontribusi penurunan biaya pencadangan untuk antisipasi risiko kredit bermasalah. Sepanjang kuartal I/2023, beban pencadangan sudah turun 9,02 persen menjadi Rp3,69 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya.

Penurunan pencadangan itu juga selaras dengan turunnya rasio kredit bermasalah gross BMRI menjadi 1,7 persen dibandingkan dengan sebelumnya sebesar 2,74 persen.

Di sisi lain, secara operasional penyaluran kredit dan penghimpunan dana, BMRI mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 12 persen.

Penjelasan Kinerja Saham BBNI

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan kenaikan laba bersih kuartal I/2023 yang cukup signifikan sebesar 31,8 persen, meski dari segi pendapatan bunga bersih hanya tumbuh 12,7 persen. Adapun, kenaikan laba bersih BBNI disebabkan dari efek lanjutan tren penurunan biaya cadangan kerugian penurunan nilai untuk antisipasi risiko kredit bermasalah.

Biaya cadangan kerugian penurunan nilai BBNI sebesar 40 persen dari Rp3,5 triliun menjadi Rp2,1 triliun pada kuartal I/2023. Hal itu yang mendongkrak pencapaian laba bersih BBNI.

Adapun, penurunan anggaran pencadangan BBNI itu cukup wajar mengingat rasio kredit bermasalah grossnya membaik dari 3,46 persen menjadi 2,77 persen.  

Penjelasan Kinerja Saham ISAP

PT Isra Presisi Indonesia Tbk. (ISAP) adalah emiten yang bergerak di bidang onderdil otomotif, dan termasuk salah satu pemasok onderdil ke PT Astra International Tbk. (ASII). ISAP bisa dibilang salah satu pemain baru di Bursa Efek Indonesia setelah pertama kali listing pada akhir 2022.

Kinerja kuartal I/2023 ISAP mencatatkan hasil yang positif. Dari segi penjualan naik 203 persen menjadi Rp11,5 miliar. Akhirnya, ISAP pun mencatatkan laba bersih senilai Rp326 juta dibandingkan dengan periode sebelumnya yang masih rugi.

Lonjakan pendapatan ISAP didorong hampir dari seluruh produk penjualannya seperti, mesin cetakan plat atau logam, spare part presisi, part dari pencetakan, alat ukur presisi, dan elektra sikat.

Namun, di balik lonjakan kinerja itu, ada beberapa yang menjadi catatan kinerja ISAP. Hal itu seperti, meski menghasilkan laba bersih, ISAP masih mencatatkan arus kas operasional yang negatif Rp8,45 miliar. Artinya, raihan pendapatan ISAP tidak semuanya menghasilkan uang tunai langsung karena ada biaya ke pemasok yang masih tinggi dan membuat arus kas operasionalnya negatif.

Penjelasan Kinerja Saham DNAR

PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) adalah salah satu bank yang dimiliki investor asal Korea Selatan, yakni APRO Financial.

Sepanjang kuartal I/2023, DNAR mencatatkan kenaikan laba bersih cukup signifikan sebesar 72 persen menjadi Rp5 miliar. Kenaikan laba bersih DNAR itu didorong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 40 persen dan juga pendapatan komisi. Padahal, dari sisi pencadangan kerugian penurunan nilai untuk antisipasi kredit bermasalah, DNAR mematok angka lebih tinggi senilai Rp44 miliar.

Di luar kinerja laba bersih yang sensasional, ada satu poin yang menjadi perhatian untuk saham DNAR, yakni tingkat loan to deposit ratio (LDR) DNAR yang masih di atas 100 persen alias 134 persen.

💡
Loan to deposit ratio adalah rasio keuangan dalam perbankan yang menunjukkan seberapa banyak uang deposit yang tersisa setelah penyaluran kredit. Untuk itu LDR bisa digambarkan sebagai representasi likuiditas uang di bank. Semakin tinggi, berarti ruang ekspansi kredit bank makin terbatas, sebaliknya semakin rendah berarti ruang ekspansi bank masih besar.

Lalu, apakah kondisi DNAR membahayakan? tentu saja tidak. LDR DNAR yang di atas 100 persen bisa ditoleransi jika melihat rasio kecukupan modal yang berada di 52 persen. Hal itu terjadi karena adanya aksi penambahan modal yang membuat bank memiliki modal cukup besar.

Namun, tetap DNAR harus kembali menormalisasi likuiditasnya. Untungnya, dari segi non peforming loan atau rasio kredit bermasalah grossnya membaik jadi 3,29 persen dari sebelumnya 4 persenan.

Penjelasan Kinerja Saham MTDL

PT Metrodata Electronics Tbk. (MTDL) adalah emiten yang menjual berbagai kebutuhan yang terkait dengan IT seperti, perangkat keras (komputer, laptop, dan lainnya) hingga perangkat lunak.

Sayangnya, kinerja saham MTDL lagi menurun nih di kuartal I/2023. Perseroan mencatatkan penurunan laba bersih hingga 11 persen menjadi Rp146 miliar. Hal itu disebabkan oleh penurunan penjualan sebesar 12 persen. Penurunan penjualan terbesar datang dari segmen perangkat keras yang juga mempengaruhi jasa pemeliharaan. Di sisi lain, penjualan perangkat lunak MTDL masih mencatatkan pertumbuhan yang positif.

Ada dua hal yang menjadi perhatian untuk saham MTDL dari kinerja laporan keuangan Q1 -nya.

  • Meski MTDL mencatatkan laba bersih Rp146 miliar, tapi arus kas operasionalnya negatif Rp115 miliar. Hal itu artinya, pendapatan operasional MTDL belum cukup untuk menghasilkan uang sebagai kas dari operasional bisnis.
  • Tingkat liabilitas MTDL sudah mencapai 88 persen dari total ekuitas. Meski begitu, masalah tingkat utang MTDL masih bisa dibilang aman. Alasannya, mayoritas pembentuk liabilitas MTDL adalah utang usaha bukan utang bank. Adapun, utang bank MTDL hanya senilai Rp224 miliar.

Penjelasan Kinerja Saham AUTO

PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) yang merupakan anak usaha ASII justru mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 92 persen menjadi Rp432 miliar. Padahal, pendapatan AUTO hanya tumbuh 8,57 persen. Lalu, apa yang mendorong pertumbuhan laba bersihnya?

Pertama, AUTO mencatatkan pendapatan bagian dari laba bersih entitas asosiasi naik sebesar 41 persen menjadi Rp240 miliar. Angka pendapatan dari situ sudah lebih dari 50 persen pencapaian laba bersih perseroan.

Kedua, penghasilan lain-lain yang naik 71 persen menjadi Rp47 miliar. Penghasilan lain-lain AUTO berasal dari penjualan material dan barang bekas serta ada keuntungan atas penjualan aset tetap seperti mesin dan sebagainya.

Namun, tenang saja, jika dilihat secara historis, AUTO selalu memiliki penghasilan dari kedua pos tersebut. Artinya, pendapatan non-operasional ini bukan pendapatan siklus atau sekali saja, tetapi tetap pendapatan rutin.