Bongkar Porto Saham Schroders Indonesia yang Mau Lepas Unit Asset Managementnya
Schroders Indonesia dikabarkan berencana menjual unit bisnisnya di Indonesia karena kinerjanya yang tidak terlalu bagus. Lalu, apa saja isi portofolio reksa dana Schroders tersebut?
Mikirduit – Schroders disebut mempertimbangkan untuk menjual bisnisnya di Indonesia. Alasannya, CEO baru Schroders Richard Oldfield yang baru terpilih bulan lalu berencana merampingkan unit yang berkinerja kurang bagus. Memang seburuk apa kinerja Schroders di Indonesia?
Ada banyak kekhawatiran terkait rencana Schroders menutup unit bisnisnya di Indonesia bisa berdampak kepada aksi jual produk reksa dananya. Namun, jika kami lihat Schroders tidak ingin melikuidasi produk, tapi ingin menjual aset bisnisnya. Menurut Reuters, beberapa calon pembelinya antara lain HSBC, Allianz, dan BNI.
Jika dilihat dari website Schroders Indonesia, perseroan memiliki 18 produk reksa dana yang terdiri dari 8 reksa dana pendapatan tetap, 6 reksa dana saham, dan 4 reksa dana campuran. Total dana kelolaan dari 18 reksa dana tersebut mencapai Rp13,86 triliun.
Jika melihat performa dalam 1 - 3 tahun terakhir, rata-rata kinerja reksa dana pendapatan tetap Schroders Indonesia lebih baik dibandingkan dengan saham.
Kinerja reksa dana pendapatan tetap Schroders dalam setahun terakhir rata-rata mencatatkan kenaikan sebesar 3-4 persen, sedangkan dalam 3 tahun terakhir sekitar 8-10 persen.
Sementara itu, reksa dana saham-nya rata-rata mencatatkan penurunan dari 2 hingga 3 persen sepanjang setahun terakhir. Tercatat, ada reksa dana saham Schroders yang positif hingga 17,7 persen dalam setahun, tapi portofolio-nya termasuk saham-saham global.
Bahkan, kinerja reksa dana saham dalam tiga tahun terakhir malah ada yang turun hingga 10 persen dan naik hingga 4 persen. Angka keuntungan itu masih di bawah rata-rata kinerja reksa dana pendapatan tetap perseroan.
Untuk kinerja reksa dana campuran perseroan cenderung bergerak stagnan dalam 1 tahun terakhir. Namun, jika dilihat 3 tahun terakhir, performanya bisa lebih tinggi dari reksa dana pendapatan tetap.
Lalu, apa saja isi portofolio saham dari manajer investasi Schroder indonesia ini?
Isi Portofolio Schroder Indonesia
Kami melakukan tracking deretan portofolio Schroder yang terbesar dari seluruh reksa dana sahamnya.
Bisa dibilang portofolio Schroders terbanyak di tiga saham Big Bank, yakni sekitar Rp1,73 triliun. Lalu, sektor yang punya porsi cukup besar lainnya adalah telekomunikasi dan consumer goods.
Secara umum, dengan porto tersebut wajar jika kinerja reksa dana saham Schroders kurang bagus karena isinya saham dengan bobot besar ke IHSG serta pergerakan harganya yang digerakkan fundamental dan inflow asing. Sedangkan, IHSG mencatatkan kenaikan dalam setahun terakhir dipengaruhi saham booming seperti BREN, AMMN, hingga PANI.
Apalagi, dari 19 saham tersebut, hanya 6 saham yang mencatatkan kenaikan sepanjang tahun berjalan 2024 (hingga 17 Desember 2024). Keenam saham itu secara berturut-turut antara lain, INDF yang naik 23,64 persen, EXCL naik 14,5 persen, ISAT naik 9,23 persen, ICBP naik 8,98 persen, MYOR naik 7,63 persen, dan BBCA naik 6,12 persen.
Sisanya, saham-saham porto Schroders mencatatkan penurunan sepanjang 2024. 5 Saham yang mencatatkan penurunan terparah antara lain, BBRI sebesar 26,64 persen, MAPI sebesar 23,74 persen, INTP sebesar 22,87 persen, GOTO sebesar 18,6 persen, dan MIKA sebesar 15,09 persen.
Adapun, dari 19 saham yang terdaftar di 10 saham dengan porsi terbesar di masing-masing reksa dana Schroders, 18 diantaranya adalah saham dividen. Jika diakumulasikan dengan asumsi dividend yield proyeksi kami (karena kami tidak tahu angka rata-rata yang dipegang Schroders, tingkat yield-nya sekitar 4,4 persen. Sebenarnya, angka ini masih agak kecil.
Kesimpulan
Melihat kondisi portofolio reksa dana Schroders, apakah berarti berinvestasi saham di bluechip seperti big bank itu tidak menguntungkan?
Jawabannya adalah momentum, saat ini ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tengah dipertanyakan setelah beberapa kebijakan yang tidak pro untuk mendorong pertumbuhan ekonomi seperti kenaikan PPN 12 persen. Ditambah normalisasi harga komoditas dan defisit di APBN Indonesia.
Hal itu membuat belum ada alasan kuat untuk asing melakukan inflow ke pasar saham Indonesia. Soalnya, potensi pertumbuhan bisnis belum terlihat. Apalagi, porsi investasi di pasar saham Indonesia juga di-downgrade oleh Morgan Stanley yang membuat banyak fund manager mengurangi porsi saham di Indonesia.
Kondisi itu membuat saham big caps yang harganya bergerak berdasarkan fundamental dan saham yang bergerak karena faktor non-fundamental terlihat naik lebih tinggi.
Lalu, apakah ini akan terus berlanjut? jawabannya tentu saja tidak ada beberapa faktor yang bisa membuat inflow kembali masuk ke Indonesia seperti lanjutan penurunan suku bunga hingga pemulihan ekonomi China. Saat harga saham big caps yang lagi murah ini, justru jadi momentum untuk beli dengan timeframe 2-3 tahun ke depan.
Kalau kondisi portofolio-mu mirip kondisi portofolio reksa dana Schroders atau nggak nih?
Kalau mau ikut evaluasi portofolio dan outlook pasar saham 2025, kamu bisa langsung join ke mikirdividen
LAST CALL PROMO JOIN MIKIRDIVIDEN CUMA RP400.000 PER TAHUN SAMPAI 31 DESEMBER 2024
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit tambahan di tahun depan:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini