BBNI Pecah Saham, Ini Nasib Saham Pasca Stock Split

Setelah Bank Mandiri stock split 1:2, kini BBNI juga stock split dengan rasio sama. mending beli sebelum atau setelah aksi pemecahan saham itu selesai ya?

BBNI Pecah Saham, Ini Nasib Saham Pasca Stock Split

Mikir Duit – setelah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. alias BMRI melakukan stock split dengan rasio 1:2 pada awal 2023, kini PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga melakukan stock split dengan rasio serupa. Kira-kira bagaimana strategi investasi saham yang mau stock split seperti ini?

Stock split adalah aksi korporasi pemecahan nilai saham. Tujuannya sih agar saham lebih terjangkau untuk investor ritel, dengan begitu tingkat transaksi saham yang melakukan pemecahan nilai saham bisa meningkat.

Jika kamu memiliki saham yang mau stock split sebelum aksi korporasi itu dilakukan, kamu tidak akan menerima efek apapun. Paling jumlah lembar saham yang kamu miliki akan bertambah sesuai dengan rasio pemecahan nilai saham. Seperti BMRI, dengan rasio 1:2 berarti harga saham akan dipecah menjadi dua kali.

Dengan begitu, meski dividen per saham akan mengalami penurunan juga, tapi itu tidak terlalu berefek kepada investor eksisting. Soalnya, jumlah saham yang dimiliki juga bertambah.

Lalu, sejak aksi stock split PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) muncul mitos saham yang stock split berpotensi koreksi. Penyebabnya, jumlah lembar saham bertambah yang artinya supply bertambah, sehingga sesuai hukum ekonomi, harga saham juga berpotensi mengalami penurunan.

Apakah itu mitos atau fakta? jawabannya ya tergantung lagi bagaimana fundamental emiten yang melakukan stock split tersebut. Seperti, PT PP Properti Tbk. (PPRO) yang memutuskan stock split dengan rasio 1:4 pada 2017, kini harga sahamnya malah bertengger di Rp50 per saham.

BACA JUGA: Nasib Saham Bank Setelah OJK Berencana Batasi Dividen Payout Ratio

Nasib Saham Bank yang Melakukan Stock Split

Dalam sekitar 5 tahun terakhir, ada sekitar tiga bank, terutama bank besar, yang memutuskan melakukan stock split. Ke-3 bank itu antara lain, BMRI dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.(BBRI) pada 2017 dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) pada 2021.

Bagaimana nasib harga saham bank itu setelah stock split?

BBRI melakukan stock split pada 2017 dengan rasio 1:5. Saat itu, harga saham BBRI berubah dari Rp15.000-an menjadi Rp3.000-an per saham. Kini, harga saham BBRI masih bergerak di rentang sekitar Rp5.000-an per saham.

BMRI melakukan stock split pada 2017 dengan rasio 1:2. Saat itu, harga saham BMRI Rp13.000 per saham, setelah stock split menjadi Rp6.500 per saham. Kini, harga saham BMRI di Rp10.000-an per saham. Apakah artinya saham BMRI lebih atraktif? belum tentu juga karena rasio pemecahan saham BMRI saat itu hanya 1:2 lebih kecil dari BBRI yang sebesar 1:5.

BBCA melakukan stock split pada 2021 dengan rasio 1:5. Saat itu harga saham BBCA sekitar Rp30.000-an per saham sehingga berubah menjadi Rp6.000-an per saham. Kini, harga saham BBCA sudah berada di Rp9.000-an per saham.

BMRI melakukan stock split pada 2023 dengan rasio 1:2. Saat itu harga BMRI dari Rp10.000-an menjadi Rp5.000-an. Belum genap setahun, harga sahamnya masih dalam tren naik setelah berada di level Rp5.800-an per saham.

Nasib Saham Stock Split di 2023

Sepanjang 2023 berjalan, ada sekitar 7 emiten yang sudah melakukan stocksplit, antara lain SKRN, SMDR, MIDI, BMRI, TMAS, TUGU, dan TCID. Kinerja saham ketujuh emiten itu setelah stock split bisa dibilang cukup mix, ada 4 saham yang tetap lanjut menguat seperti, SKRN, MIDI, BMRI, dan TUGU, tapi juga ada yang koreksi seperti SMDR, TMAS, dan TCID.

Selain ketujuh itu, ada dua emiten yang lagi proses stock split lainnya, yakni MAPA dan BBNI.

Kesimpulan

Jika kita melihat kinerja harga saham big bank yang melakukan stock split setahun kemudian, trennya juga mix. Seperti, BBRI yang stock split pada Oktober 2017 dalam setahun setelah stock split hanya naik 4,92 persen, BMRI malah koreksi 0,15 persen, sedangkan BBCA yang stock split pada 2021 malah melejit 10,61 persen setahun setelah pemecahan saham.

Artinya, aksi stock split tidak berhubungan erat dengan naik atau turunnya harga saham. Pergerakan harga saham akan tergantung bagaimana fundamental serta sentimen yang menaungi emiten terkait.

Jadi, lebih baik beli sebelum atau sesudah stock split? jawabannya jika kamu yakin dengan fundamental emiten dalam jangka panjang, lebih baik beli sebelum stock split, sehingga kamu berpotensi mendapatkan harga saham yang optimal, dengan harapan harga saham bisa lanjut menguat setelah stock split.


Disclaimer: Artikel ini tidak mengajak kamu membeli atau menjual salah satu saham. Artikel ini hanya memberikan informasi yang bisa jadi pertimbanganmu untuk membeli atau menjual sebuah saham. Investasi saham memiliki risiko yang harus ditanggung oleh diri sendiri.