Adu Saham yang Diakumulasi Pengendali, AKRA vs BRPT

Ada beberapa saham yang sering diborong pengendalinya sendiri, kadang saham-saham ini bisa naik kenceng tiba-tiba. Dua diantaranya adalah AKRA dan BRPT, mana yang lebih menarik?

Adu Saham yang Diakumulasi Pengendali, AKRA vs BRPT

Mikirduit – Ada beberapa saham yang sering diakumulasi hingga ditradingkan oleh pengendalinya. Dalam head to head kali ini, kami akan membandingkan dua saham yang sering diborong pengendalinya, yakni AKRA dan BRPT. Mana yang terbaik? 

Posisi kedua saham ini memang lagi tidak terlalu murah, tapi kami akan tetap membandingkan siapa dari dua saham ini yang secara fundamental oke dan cocok untuk jangka panjang.

Saham AKRA

AKRA bisa dibilang emiten sapu jagad yang menjual dan mendistribusikan aapun. Awalnya, mereka mendistribusikan bahan kimia, serta BBM. Namun, perseroan terus melakukan perluasan bisnis, mulai pernah garap tambang batu bara tapi gagal, hingga teranyar kawasan industri dan energi baru terbarukan. 

Adapun, pengendali AKRA, yakni PT Arthakencana Rayatama rutin mengakumulasi beli saham AKRA sejak 28 Juni 2018 hingga terakhir pada 5 April 2024. Sejauh ini, Arthakencana Rayatama menggenggam sekitar 60,94 persen saham AKRA. 

Lalu, gimana prospek saham AKRA?

Sepanjang 2023, kinerja bisnis AKRA sebenarnya tertekan dari segi pendapatan setelah turun 11,47 persen menjadi Rp42 triliun. Penurunan pendapatan itu didorong oleh segmen distribusi dan trading yang turun 14,32 persen menjadi Rp38,58 triliun. 

Namun, AKRA mampu memanajemen biaya hingga bisa mencatatkan penurunan beban pokok pendapatan dan biaya lainnya sehingga laba kotor bisa tumbuh positif 5,2 persen menjadi Rp4,47 triliun, sedangkan laba bersih naik 15,69 persen menjadi Rp2,78 triliun. 

Secara umum pendapatan dari kawasan industri memang menolong AKRA. Dari segmen bisnis itu, perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 102 persen menjadi Rp2,32 triliun. Ditambah, margin keuntungan kawasan industri menjadi yang terbesar dibandingkan dengan segmen bisnis AKRA lainnya seperti distribusi dan trading, pabrikasi, dan logistik. Margin keuntungan segmen kawasan industri hingga 38,16 persen. 

Untuk prospek kinerja AKRA ke depannya, konsensus analis memproyeksikan AKRA hanya mencatatkan pertumbuhan pendapatan moderat. yakni 0,44 persen di 2024 dan 3,78 persen di 2025. Namun, laba bersih bisa tumbuh lebih kencang seperti, 8,17 persen pada 2024 dan 6,65 persen pada 2025. 

Menariknya adalah jika pengembangan kawasan industri JIIPE hasil kerja sama dengan Pelindo mulai matang. Pasalnya, di kawasan industri itu, AKRA juga akan menjadi penyedia listrik-nya. Jadi, ibaratnya AKRA akan memiliki lini bisnis seperti POWR, hanya skalanya lebih kecil karena di satu kawasan industri saja.

AKRA juga menjadi salah satu emiten yang rutin bagikan dividen. Kami perkirakan dividen final AKRA yang akan dibagikan tahun ini sekitar Rp15 per saham dengan tingkat dividend yield dari harga saham 18 April 2024 sekitar 0,84 persen. Meski terlihat kecil, tapi sebelumnya AKRA sudah bagikan dua kali dividen interim, sehingga estimasi total dividen tahun ini mencapai Rp90 per saham.

Prospek Saham AKRA di Tengah Risiko Harga Minyak Meroket
Harga minyak sempat tersulut naik lagi sejak 5 Oktober 2023. Kira-kira, gimana nasib saham AKRA yang merupakan distributor BBM ya?

Saham BRPT

Saham BRPT adalah holding company milik Prajogo Pangestu. BRPT membawahi dua emiten di BEI, yakni TPIA dan BREN. Di luar itu, BRPT juga ada lini bisnis properti di bawah Griya Idola yang punya aset Wisma Barito Pacific di Jakarta, Kawasan Industri terintegrasi seluas 60 hektar, dan Hotel Mambruk Anyer.

Seperti halnya pengendali AKRA, Prajogo Pangestu selaku pengendali BRPT rutin mengakumulasi saham tersebut sejak 16 November 2017. Bedanya, Prajogo tidak hanya melakukan aksi beli, tapi sesekali juga melakukan aksi jual, seperti salah satu transaksi terakhirnya pada 15 Maret 2024 yang melakukan jual sekitar 2 miliar lembar saham BRPT. Hingga kini, Prajogo Pangestu tercatat sebagai pemegang 71 persen saham BRPT.

Lalu, gimana prospek BRPT?

Kinerja bisnis BRPT pun juga lagi tertekan sepanjang 2023, pendapatan BRPT mencatatkan penurunan sebesar 6,79 persen menjadi 2,76 miliar dolar AS. Lini bisnis yang menekan kinerja BRPT antara lain adalah TPIA yang mencatatkan penurunan pendapatan 12,68 persen menjadi 2,08 miliar dolar AS, sedangkan bisnis BREN mencatatkan kenaikan pendapatan 16,91 persen menjadi 666 juta dolar AS dan properti naik 7,41 persen menjadi 9,4 juta dolar AS. 

Untungnya, operasional BRPT lebih efisien sehingga laba kotornya naik 25,24 persen menjadi 558 juta dolar AS. Menariknya, dari sisi laba bersih meroket 1.384 persen menjadi 26,11 juta dolar AS. Penghasilan lain-lain itu diindikasi berasal dari TPIA juga yang secara laba segmen bisnisnya mencatatkan turnaround stroy menjadi laba 72,13 juta dolar AS dibandingkan dengan rugi 10,95 juta dolar AS pada periode sebelumnya.

Laba bersih BRPT melonjak karena ada pendapatan lain-lain dari penghasilan bunga dan lain-lain yang mencapai 134 juta dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun lalu senilai 30,62 juta dolar AS.

Untuk ke depannya, ada beberapa rencana ekspansi BRPT lewat anak usahanya, seperti TPIA yang lagi proses ekspansi pabrik Chlor Alkali - Ethylene Dichloride (CA-EDC) yang bakal produksi soda causatic sebanyak 400 KTA dan pabrik EDC dengan kapasitas produksi 500 KTA. Produk soda causatic digunakan untuk sabun, deterjen, alumina, nikel, dan industri pengelolaan air. Lalu, EDC biasanya digunakan untuk konstruksi dan industri pengemasan. 

Saat ini, proses pembangunan pabrik tersebut sudah berkolabirasi dengan sovereign wealth fund INA, Asahi Kasei, hingga Inalum. 

CA-EDC ini akan tergabung dalam komplek petrokimia terintegrasi kedua yang diperkirakan bakal rampung pada 2026 nanti. 

Sementara itu, dari bisnis energi, anak usaha BRPT, yakni BREN sedang gencar mengakuisisi perusahaan energi baru terbarukan. Teranyar, perseroan mengambil alilh akuisisi 51 persen saham PT UPC Sukabumi Bayu Energi senilai 1,55 juta dolar AS. 

Lalu, BREN juga mengakuisisi 51 persen saham PT Lombok Bayu Energi senilai 3,12 juta dolar AS. Kedua aset itu adalah hasil dari perjanjian transaksi antara BREN dengan UPC Renewables Asia Pacific Holdings.

BRPT bukan saham yang rutin bagi dividen. Perseroan baru rutin bagi dividen dalam tiga tahun terakhir di 2021-2023. Soalnya bisnis perseroan juga yang butuh modal besar dan lagi mode ekspansi. Dengan asumsi dividen payout ratio 30 persen, kami ekspektasi dividen BRPT di 2024 (dari tahun buku 2023) sekitar Rp1,2 per saham. Dengan menggunakan harga BRPT 18 April 2024, berarti tingkat dividen yield sekitar 0,12 persen.

Saham BREN IPO, BRPT Naik, Mending Beli Induknya atau Anaknya?
Saham BREN IPO, mending beli anak usahanya yang mau listing atau induk usahanya si BRPT? baca 5 kisah induk-anak di bursa ini ya.

Kesimpulan

Ada dua perbedaan signifikan dari saham AKRA dengan BRPT. Karakter bisnis saham AKRA ini menghasilkan cashflow langsung dari transaksi trading BBM dan distribusi serta logistik, sedangkan bisnis BRPT cenderung padat modal yang membutuhkan cash besar untuk ekspansi dengan hasil cashflow yang fluktuatif akibat pengaruh harga komoditas. 

Jika dilihat pergerakan harga saham sejak IPO, AKRA yang IPO sejak 1994 dengan harga penawaran Rp4.000 per saham sudah mencatatkan kenaikan harga saham sekitar 2.175 persen. Kenaikan itu telah memasukkan tiga kali aksi stock split dengan rasio 1:2 dan 1:5 sebanyak dua kali. 

Sementara itu, BRPT yang IPO sejak 1993 telah mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 34,72 persen. Kenaikan itu juga sudah memasukkan dua kali aksi stock split, yakni dengan rasio 1:2 dan 1:5. 

Secara valuasi, jika menggunakan price to earning ratio (PER) dengan ekspektasi laba bersih per saham di 2024 nanti, harga saham AKRA masih cukup menarik dengan PE 13,03 kali. Harga wajar saham AKRA kami nilai ada di Rp2.205 per saham. 

Sementara itu, kami menggunakan valuasi PBV untuk BRPT, hasilnya harga saat ini di bawah Rp1.000 per saham sebenarnya menarik. Soalnya dari perhitungan kami harga wajar BRPT ada di kisaran Rp1.175 per saham. Namun, risikonya adalah fluktuasi saham BRPT ini cukup tinggi sehingga ada risiko turun lebih rendah lagi. 

Untuk itu, kami menilai AKRA saham yang cukup menarik untuk investasi jangka panjang, sedangkan BRPT adalah saham yang menarik untuk trading jangka pendek. 

Kalau kamu lebih pilih AKRA atau BRPT?

Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?

Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini