5 Saham Paling Suram 2023, Sudah Murah dan Layak Dibeli?

5 saham paling suram 2023 sudah turun cukup dalam ada yang hingga 60 persen. Kira-kira, apakah sudah murah dan bisa dibeli sekarang?

5 Saham Paling Suram 2023, Sudah Murah dan Layak Dibeli?

Mikirduit – Bicara saham yang lagi tren memang lebih enak karena ada pemicu ceritanya. Lalu, bagaimana dengan saham yang sudah turun dalam? apakah ada yang potensial? untuk itu kami akan ulas 5 saham yang sudah turun cukup dalam selama setahun terakhir, bahkan hampir dilupakan banyak orang. 

Dalam memilih saham yang sudah turun dalam ini, kami menggunakan beberapa indikator seperti, market cap minimal Rp5 triliun, agar tidak terjebak third liner gorengan. Serta, harga saham mengalami penurunan cukup dalam selama 2023 dan 12 bulan terakhir. Kami juga tidak memasukkan saham-saham komoditas, terutama batu bara yang saat ini lagi normalisasi akibat penurunan harga batu bara dari level super tinggi di 2022. 

1. Saham PT Sido Muncul Tbk. (SIDO)

Sepanjang 2023 hingga 12 Oktober 2023, harga saham SIDO sudah turun 21,85 persen, sedangkan dalam 12 bulan terakhir turun sebesar 10,61 persen. 

Penurunan harga saham SIDO ini selaras dengan tren kinerja keuangannya yang cenderung melambat. Kinerja pertumbuhan pendapatan dan laba bersih SIDO nyaris stagnan. 

Pendapatan SIDO tumbuh 2,58 persen menjadi Rp1,65 triliun, sedangkan laba bersihnya tumbuh 0,56 persen menjadi Rp448,1 miliar. Kinerja pertumbuhan pendapatan dan laba bersih SIDO disebabkan permintaan produk farmasi yang turun signifikan, serta permintaan jamu herbal dan suplemen mulai melambat dari level tertingginya pada 2022.

SIDO memiliki 3 sumber pendapatan, yakni jamu herbal dan suplemen, makanan dan minuman, serta farmasi. Pendapatan dari Jamu herbal dan suplemen yang memiliki kontribusi 60 persen ke pendapatan masih tumbuh, tapi tipis sebesar 1,48 persen menjadi Rp1 triliun. Lalu, pendapatan makanan dan minuman yang berkontribusi 36 persen kepada pendapatan naik 9,24 persen menjadi Rp595 miliar. Hanya segmen farmasi yang turun cukup dalam, yakni sebesar 29 persen menjadi Rp55 miliar.

Meski begitu, ada beberapa sisi positif dari saham SIDO seperti:

  • Meski mencatatkan perlambatan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih, SIDO masih mampu menjaga gross profit dan net profit marginnya. Gross profit margin SIDO masih terjaga di level 53 persen, sedangkan net profitnya di level 27 persen.
  • Arus kas SIDO juga cukup baik. Di tengah perlambatan pendapatan dan laba bersih, SIDO masih mencatatkan kas operasional senilai Rp254 miliar dan free cashflow Rp224 miliar. Dengan begitu, SIDO memiliki modal lumayan untuk bisa berinovasi produk agar kinerja keuangannya bisa kembali tumbuh agresif.
  • Dengan arus kas yang positif, SIDO juga tidak memiliki utang berbunga seperti bank dan obligasi. Hal itu yang membuat SIDO mampu menjaga net profit marginnya meski dari sisi penjualan menunjukkan perlambatan.

Riset NH Korindo Sekuritas yang ditulis oleh Cindy Alicia Ramadhania pada 2 Agustus 2023 mengakui SIDO masih mampu menjaga gross profit margin di tengah tren perlambatan penjualan. 

"Seperti, segmen jamu herbal dan suplemen yang mencatatkan pertumbuhan cuma 2 persen, tapi gross profit margin tetap stabil di level 67 persen. Bahkan, segmen makanan dan minuman yang pendapatannya tumbuh 9 persen mampu mencatatkan kenaikan gross profit margin menjadi 31 persen karena adanya penurunan bahan baku," tulisnya dalam riset. 

Adapun, dari ketiga segmen bisnis, hanya segmen farmasi yang lesu setelah pendapatan turun 30 persen, serta penurunan gross profit margin menjadi 32 persen dibandingkan dengan 40 persen pada periode sama tahun lalu. 

NH Korindo mencatat tantangan utama SIDO adalah perubahan perilaku konsumen serta penurunan daya beli masyarakat. Ditambah, kondisi mata uang Nigeria yang berfluktuasi cukup tinggi memberikan dampak terhadap kinerja ekspor SIDO. Pasalnya, Nigeria menjadi salah satu negara dengan kontribusi pendapatan ekspor terbesar, yakni 30 persen. 

Manajemen SIDO pun akan terus melakukan branding untuk beberapa produk barunya seperti RTD dan Esemag lewat peningkatan investasi dan edukasi produk, penambahan distributor baru di Filipina yang mulai beroperasi sejak Mei 2023, serta diharapkan bisa beroperasi penuh pada semester II/2023. Lalu, bisnis minyak atsiri juga diharapkan bisa menambah pundi-pundi omzet perseroan. 

NH Korindo memasang target price untuk SIDO di angka Rp700 per saham. Angka itu muncul dengan asumsi price to earning ratio-nya sebesar 18,4 kali. Jika dihitung dengan harga SIDO per 12 Oktober 2023, ada ruang kenaikan hingga 18,64 prsen.

Jika melihat valuasi SIDO per 12 Oktober 2023 dengan price to earning ratio (PER), posisinya sebesar 16,12 kali atau di bawah rata-rata lima tahunnya sebesar 22,4 kali. 

Kami sendiri menilai harga saham SIDO kemungkinan masih sideways hingga 2024, sampai cerita inflasi dan suku bunga saat ini usai. Ekspektasinya, pergerakan mulai terlihat pada semester II/2024.

BACA JUGA: Saham Consumer Goods Disokong Pemilu 2024?

2. Saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO)

Harga saham INCO sudah turun sekitar 21,83 persen sepanjang 2023. Jika dilihat 12 bulan terakhir, penurunannya sekitar 15,59 persen. 

Apa yang menyebabkan penurunan tersebut? jika melihat model bisnis INCO ini sebenarnya sangat berisiko rendah. Pasalnya, mereka produksi dan menjual produknya langsung ke pemegang saham mayoritas saat ini, yakni Vale SA Kanada dan Sumitomo Mitsui. 

Untuk itu, INCO mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 16,7 persen menjadi 658 juta dolar AS. Masalahnya adalah terkait beban pokok penjualan yang ada kenaikan signifikan dari harga bahan bakar minyak. Biaya bahan bakar itu naik 81 persen menjadi 105 juta dolar AS. Hasilnya, gross profit margin INCO turun menjadi 33 persen dibandingkan dengan 36 persen pada periode sama tahun lalu.

Namun, laba bersih INCO tetap tumbuh 12 persen menjadi 168 juta dolar AS. Persentase kenaikan laba bersih itu didorong oleh pendapatan keuangan yang naik sebesar 700 persen menjadi 16 juta dolar AS.

Adapun, kami menilai penurunan harga saham INCO lebih condong ke alotnya masalah divestasi saham Vale dan Sumitomo ke MIND ID. Pasalnya, jika pihak pemegang saham tidak mencapai kata sepakat dengan pemerintah Indonesia, operasional INCO bisa berakhir di Desember 2025.

Apalagi, sebelumnya dikabarkan diskusi terkait divestasi saham INCO oleh Vale SA dan Sumitomo akan rampung pada kuartal III/2023, tapi sampai masuk ke kuartal IV/2023, belum ada kabar terbaru terkait rencana tersebut. 

Sebelumnya, ada perkiraan komposisi pemegang saham INCO selanjutnya menjadi, 34 persen pemerintah melalui MIND ID, 21,2 persen publik, 33,4 persen Vale Canada, dan 11,4 persen Sumitomo.

Jika divestasi berjalan lancar, perseroanakan melanjutkan agenda pembangunan smelter yang ditargetkan bisa rampung hingga 5 tahun ke depan. Sejauh ini, INCO punya tiga proyek besar yang telah direncanakan seperti, Proyek Sorowako Limonite senilai 2 miliar dolar AS, smelter Bahodopi senilai 2,5 miliar dolar AS, dan smelter Pomalaa senilai 4,5 miliar dolar AS.

Ketiga proyek itu akan membuat INCO bisa memproduksi 165.000 ton produk nikel seperti, smelter Bahodopi dan Pomalaa akan menghasilkan mix hydroxide precipitate (MHP) dan mix sulphide precipitate (MSP) yang jadi bahan baku komponen baterai mobil listrik.

Lalu, INCO juga punya kongsi dengan Zhejiang Huayou Cobalt untuk bangun pabrik HPAL dan tambang senilai Rp67,5 triliun. Proyek itu bisa memproduksi 120.000 ton nikel dalam bentuk MSP per tahun.

Meski dalam proses divestasi yang belum rampung, INCO dikabarkan tetap menjalakan pengembangan proyek RKEF Bahodopi. Kini, sudah memasuki tahap pekerjaan pembangunan kantor dan infrastruktur lainnya. Serta, lagi proses pengadaan pembangkit listrik berbahan bakar gas, termasuk dalam bentuk gas alam cair (LNG) domestik.

Di sisi lain, tantangan besar kinerja INCO adalah harga jual nikel London Metal Exchange yang lebih rendah. Pada 2023, rata-rata harga nikel LME bisa sekitar 22.600 dolar AS per ton, sedangkan pada 2024 bisa sekitar 21.000 per ton.

UOb Kayhian memasang target harga saham INCO senilai Rp6.200 per saham dengan menurunkan rekomendasi dari BUY menjadi HOLD. Alasannya, dalam jangka pendek pasar nikel berpotensi koreksi sehingga berpengaruh signifikan terhadap kinerja INCO. 

Adapun, Jika dihitung dengan harga saham per 12 Oktober 2023, masih ada ruang kenaikan sebesar 11 persen. 

Untuk secara valuasi, saham INCO belum terlalu murah, tapi sudah mulai menarik. Price to book value (PBV) saham INCO sebesar 1,49 kali atau di bawah rata-rata 5 tahunnya sebesar 1,53 kali. Ditambah, PBV INCO menjadi yang terendah dibandingkan dengan saham nikel lainnya seperti ANTM, MBMA, dan NCKL.

Kami menilai saham INCO berpotensi kembali atraktif ketika kepastian divestasi sudah menemui titik terang.

BACA JUGA: Peluang 4 Saham Nikel Saat Smelter Siap Jadi Omzet

3. Saham PT Arwana Citra Mulia Tbk. (ARNA)

Saham ARNA telah mencatatkan penurunan sebesar 27,64 persen sepanjang 2023, sedangkan jika dilihat dalam 12 bulan terakhir sudah turun sebesar 18,18 persen. 

Tren penurunan saham ARNA selaras dengan tren kinerja keuangan perseroan yang juga koreksi. 

Pendapatan ARNA turun 9,76 persen menjadi Rp1,22 triliun. Lalu, laba bersih turun sebesar 20,34 persen menjadi Rp243 miliar. Adapun, ARNA mencatatkan penurunan gross profit margin menjadi 38 persen dibandingkan dengan 40,7 persen. Lalu, net profit margin juga turun menjadi 19,87 persen dibandingkan dengan 22,51 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Sebenarnya, beban pokok pendapatan ARNA juga ikut turun, tidak ada tanda-tanda kenaikan signifikan. Sepanjang semester I/2023, beban pokok pendapatan ARNA turun sebesar 6,22 persen menjadi Rp754 miliar. Namun, memang penurunannya lebih rendah dibandingkan dengan penurunan pendapatan sehingga gross profit ARNA tergerus. 

Lalu, laba bersih ARNA turun lebih dalam dibandingkan dengan pendapatan karena ada kenaikan sebesar 6 persen di beban penjualan menjadi Rp117 miliar, serta kenaikan beban keuangan sebesar 16 persen di beban keuangan menjadi Rp4,1 miliar. 

Perlambatan kinerja keuangan ARNA pada semester I/2023 dinilai sebgaai lanjutan penurunan permintaan bahan bangunan sejak akhir 2022. 

Dari riset MNC Sekuritas yang ditulis Raka Junico menilai harga bahan bangunan perlahan mulai stabil yang terlihat dari perlambatan inflasi sektor bahan bangunan sejak April 2023 menjadi 2,9 persen dibandingkan dengan puncak tertingginya pada Oktober 2022 sebesar 3,9 persen. 

Untuk, itu MNC sekuritas memperkirakan volume penjualan ARNA berpotensi pulih pada kuartal III/2023. Apalagi, secara musiman, penjualan ARNA biasanya mulai naik setelah perayaan idul fitri, berkurangnya hari libur, serta mulai banyak pengerjaan proyek. 

Di luar itu, potensi pasar keramik domestik semakin meningkat setelah ada penurunan volume impor keramik sejak awal 2023 sebesar 45,3 persen. Harapannya, ARNA bisa bersaing dan meningkatkan pangsa pasarnya apalagi jika harga gas alam industri tertentu bisa disesuaikan menjadi 6 dolar AS per MMBtu. Hal tersebut bisa membuat harga keramik domestik bisa bersaing dengan impor. 

MNC Sekuritas memasang target harga saham ARNA di level Rp1.250 per saham. Jika dilihat dengan harga saham 12 Oktober 2023, ada ruang kenaikan hingga 73 persen. 

Asumsi target harga itu melihat posisi Price to Earning Ratio (PER) ARNA yang sudah di 10,28 kali. Jauh di bawah rata-rata 5 tahunnya yang sebesar 15,08 kali. 

Kami pun menilai secara perlahan, harga saham ARNA berpotensi mulai naik jelang rilis laporan keuanga kuartal III/2023. 

4. PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN)

Saham MNCN telah turun sebesar 31,76 persen sepanjang 2023 hingga 12 Oktober 2023. Adapun, jika dilihat 12 bulan terakhir, saham MNCN juga sudah turun sebesar 35,67 persen. 

Secara umum, penurunan harga saham MNCN itu mengikuti tren kinerja keuangannya yang mengalami koreksi. Pendapatan perseroan turun 15,7 persen menjadi Rp5,27 triliun, sedangkan laba bersihnya turun 39,4 persen menjadi Rp1,79 triliun. 

Penurunan pendapatan disebut akibat pendapatan segmen iklan non-digital yang anjlok 25,9 persen menjadi Rp2,5 triliun. 

Dalam riset Panin Sekuritas pada 1 Agustus 2023 menilai penurunan pendapatan segmen iklan non digital disebabkan oleh penerapan Analog Switch Off (ASO) ke televisi digital. Hal itu membuat banyak pengiklan di sektor fast moving consumer goods (FMCG) menahan belanja iklannya lewat televisi terlebih dulu. 

Ekspektasinya, anggaran iklan dari FMCG bisa kembali normal jika penetrasi televisi digital sudah 100 persen. Saat ini, implementasi ASO sudah mencapai 80 persen secara nasional. Adapun, segmen iklan digital MNCN masih tumbuh positif meski sangat tipis sebesar 0,5 persen menjadi Rp1,4 triliun.  

Di tengah penurunan kinerja tersebut, ada beberapa potensi yang bisa mendorong kinerja maupun pergerakan harga saham MNCN di awal 2024. 

Salah satunya adalah penyelesaian pembangunan Movieland yang ditargetkan pada kuartal I/2024. Kawasan hub ekonomi kreatif yang dibangun seluas 21 Hektar di MNC Lido City di kawasan Bogor itu akan menjadi pusat film dan drama seri terbesar di Asia Tenggara. Dengan adanya Movieland itu diharapkan MNCN bisa lebih efisien dalam membuat produksi film. 

Dengan potensi itu, Panin Sekuritas memasang target price senilai Rp800 per saham atau jika dilihat dari harga saham 12 Oktober 2023, ada ruang kenaikan hingga 58 persen. 

Ada beberapa alasan Panin Sekuritas  optimistis dengan MNCN seperti: 

  • Harga saham sudah cukup murah
  • Menjadi pemimpin pangsa pasar di segmen televisi
  • Memiliki pangsa pasar iklan hingga 45,1 persen dari total nasional

Saham MNCN pun bisa dibilang sudah cukup murah jikamelihat price to earning ratio (PER) 12 bulan terakhir di 4,75 kali, di bawah rata-rata 5 tahunnya sebesar 6,94 kali maupun kompetitornya EMTK sebesar 16,55 kali. 

Lalu, price to book value (PBV) juga sudah sangat murah di level 0,38 kali dibandingkan dengan rata-rata 5 tahunnya sebesar 1,04 kali, maupun kompetitornya EMTK yang sebesar 1,08 kali.

BACA JUGA: Saham Media Jelang 2024, Bisa Otw Jadi Multibagger?

5. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK)

Saham EMTK juga sudah mencatatkan penurunan yang sangat dalam selama 12 bulan terakhir sebesar 60,13 persen. Adapun, untuk sepanjang 2023, harga saham EMTK sudah turun 39,81 persen. 

Adapun, kinerja saham EMTK itu juga sesuai dengan tren kinerja keuangannya yang lagi koreksi. Meski sebenarnya pendapatan EMTK pada semester I/2023 masih tumbuh 9,21 persen menjadi Rp7,75 triliun. Namun, gross profit margin EMTK tergerus cukup dalam menjadi 17,64 persen dibandingkan dengan 26,57 persen. 

Hal itu disebabkan adanya kenaikan beban pokok pendapatan dari penjualan barang sebesar 27,97 persen menjadi Rp3,59 triliun. Lalu, biaya program acara naik 26,61 persen menjadi Rp1,77 triliun, dan biaya obat serta perlengkapan kesehatan untuk bisnis rumah sakitnya naik 14,39 persen menjadi Rp392 miliar. 

Dengan lonjakan beban tersebut, EMTK mencatatkan kerugian sebesar Rp444 miliar. Namun, skala kerugian EMTK masih kami nilai aman karena dari segi rasio utang berbunga terhadap ekutias hanya 0,02 kali. 

Adapun, jika dilihat dari segmen pendapatan, EMTK hanya mencatatkan penurunan di segmen iklan 3,46 persen menjadi Rp2,56 triliun. Hal itu disebabkan adanya penahanan anggaran iklan akibat peralihan ke televisi digital. Lalu, salah satu penurunan terdalam lainnya dari segmen lainnya sebesar 22 persen menjadi Rp485 miliar. 

Untuk segmen penjualan barang masih tumbuh 26,86 persen menjadi Rp3,64 triliun, rumah sakit tumbuh 11,43 persen menjadi Rp969 miliar, dan telekomunikasi tumbuh 15,61 persen menjadi Rp86,86 miliar.

EMTK bisa dibilang cukup gencar ekspansi sepanjang dua tahun terakhir, dari akuisisi Bank Fama yang diubah jadi Super Bank hingga akuisisi SAME untuk geliat masuk bisnis rumah sakit. 

Kami menilai ada prospek menarik dari saham EMTK, apalagi beberapa bisnis, yang mungkin terhitung sebagai entitas asosiasinya berpotensi IPO pada 2024 atau beberapa tahun lagi. 

Beberapa entitas itu antara lain:

  • Vidio
  • Superbank
  • Rans Entertainment

Dengan begitu, ada potensi pergerakan harga saham EMTK akan menarik. 

Selain itu, penetrasi tv digital yang optimal akan membuat pengiklan FMCG kembali masuk dan mendongkrak pendapatan iklan SCMA yang terkonsolidasi dengan EMTK. 

Dalam riset JP Morgan pada April 2023, mereka mematok target harga EMTK di level Rp740 per saham. Jika dihitung dengan harga 12 Oktober 2023, saham EMTK ada ruang kenaikan sebesar 18,4 persen. 

Dari segi valuasi, meski tidak semurah MNCN, tapi kami menilai saham EMTK tetap menarik. Apalagi, bisnisnya sudah lebih terdiversifikasi dibandingkan dengan MNCN. 

EMTK mencatatkan PBV sebesar 1,08 kali dari rata-rata 5 tahunnya. 

Kesimpulan

Kami menilai penurunan cukup dalam dari kelima saham yang disebut tadi sifatnya memang akibat ada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan jangka pendeknya saja. Sehingga, ada ruang kenaikan yang potensial di masa depan, meski kami tidak memberikan kepastian 100 persen. 

Masalahnya adalah ketika berinvestasi di saham yang turun dalam begini, kita dituntut harus sabar banget. Jangan panik kalau turun terus. Soalnya, nanti akan indah pada waktunya ketika kinerja keuangan mereka membaik. 

Overall, kinerja keuangan kelima emiten ini melambat juga karena ada faktor tingkat suku bunga tinggi. Hal itu memicu efisiensi di beberapa sektor serta menekan daya beli masyarakat. Seperti yang pernah kami jelaskan di channel Youtube Mikirduit. 

Di sisi lain, kelima saham ini termasuk saham dividen, meski untuk INCO, MNCN, dan EMTK tidak terlalu rutin. Beberapa kali, mereka absen bagi dividen. Namun, dengan begitu upah kesabaranmu bisa terbayarkan oleh dividen, walaupun nominalnya tidak besar ya. 

Kira-kira, dari kelima saham yang lagi turun ini, kamu lebih suka yang mana?

Mau dapat guideline saham dividen 2024?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)

Tertarik? yuk langsung join Mikirdividen + pakai kode kupon MIKIRWINDRES untuk dapat diskon Rp100.000 dengan klik di sini

Referensi

  • Panin Sekuritas, 1 Agustus 2023, MNCN Earning Below Estimate Due to Lower non-Digital Revenue
  • MNC Sekuritas, 29 Mei 2023, ARNA Expecr Some Outturn in 2H23 Given Eased Headwinds
  • UOB Kayhian, 23 Agustus 2023, INCO Long-term Outlook Remains Promising Despite The Risk of Lower Nickel Prices
  • NH Korindo Sekuritas, 2 Agustus 2023, SIDO Kinerja 6M23 Dibayangi Permintaan yang Melambat
  • JP Morgan, 30 Maret 2023, EMTK Valuation Reset, Index Exclusion, and Superbank Update