Saham Media Menuju Pemilu 2024, Bisa Jadi Multibagger?

Saham media sering digadang-gadang bisa mendapatkan keuntungan dari periode pemilu. Namun, bagaimana fakta dan peluangnya di tahun depan?

Saham Media Menuju Pemilu 2024, Bisa Jadi Multibagger?

Mikir Duit – Saham Media jelas punya hubungan erat dengan pemilihan umum yang diadakan 5 tahun sekali. Para peserta pemilu sangat membutuhkan media untuk melakukan pencitraan agar bisa menang. Pertanyaannya, seberapa besar efek pemilu terhadap kinerja saham media?

Saham media termasuk saham consumer cyclical yang berada dari segi bisnis mengikuti siklus yang ada seperti, liburan sekolah, tanggal merah, hari besar, dan event besar lainnya seperti Piala Dunia dan sebagainya.

Salah satu siklus besar saham media adalah periode pemilu. Di sana, banyak ekspektasi saham media akan mendapatkan pendapatan iklan lebih besar dari biasanya. Namun, apakah itu benar fakta atau hanya asumsi belaka? berikut ini kita ulas kinerja dua emiten media televisi besar di Indonesia, yakni PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) dan PT Global Mediacom Tbk. (BMTR).

BACA JUGA: Jangan Lupa Baca 23 Digest Mei 2023, Ramalan Tentang Sektor Teknologi

Kinerja SCMA Selama Periode Pemilu

Jika melihat kinerja harga saham SCMA sepanjang 2014, perseroan mencatatkan kenaikan sebesar 35,97 persen. Lalu, apakah dari segi bisnisnya juga melejit?

Dalam periode pemilu 2014, kinerja keuangan SCMA tidak menunjukkan tanda-tanda kenaikan signifikan. Pendapatan perseroan memang tumbuh 9,76 persen, tapi pertumbuhan itu di bawah rata-rata kenaikan tiga tahun sebelumnya. Begitu juga dari segi pendapatan iklan, perseroan tidak mencatatkan kenaikan yang signifikan setelah hanya naik 9,22 persen. Padahal, di periode 2010-2013, perseroan bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan iklan di atas 10 persen.

Keterangan grafik: SCMA memiliki dua sumber pendapatan utama, yakni pendapatan iklan dan lainnya. Pendapatan lainnya diduga berasal dari platform Vidio, tapi memang tidak ada penjelasan lebih detail apa saja pendapatan lainnya SCMA tersebut. Adapun, diskon adalah potongan harga yang diberikan kepada pengiklan.

Lalu, pada periode pemilu 2019, harga saham SCMA sepanjang tahun malah turun 23,01 persen. Namun, harga SCMA mulai bangkit sejak 11 Oktober 2019 hingga akhir tahun sebesar 31 persen. Di sisi lain, kinerja keuangan SCMA menunjukkan hasil yang menarik, setelah mengalami perlambatan kinerja pada medio 2015-2017.

Pendapatan SCMA nauk 10,42 persen, sedangkan pendapatan iklannya tumbuh 9,93 persen. Namun, pertumbuhan itu masih kalah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode 2018 yang lebih agresif. Pendapatan SCMA naik 12,3 persen dan pendapatan iklan naik 11,41 persen.

Kenaikan itu kemungkinan terjadi karena basis kinerja SCMA pada periode 2017 sudah cukup rendah. Sehingga ketika munculnya permintaan iklan,terutama terkait pemilu sejak 2018, kinerja SCMA kembali tumbuh.

Meskipun begitu, keberadaan pemilu tidak mampu mendorong pertumbuhan laba bersih SCMA menjadi lebih baik. Bahkan, net profit margin SCMA terus tergerus dari sempat 35 persen pada periode 2014, tapi malah turun jadi 19 persen pada periode 2019. Bahkan, per kuartal I/2023 tinggal 4,35 persen.

SCMA punya pekerjaan rumah dalam manage biaya operasional agar lebih efisien lagi.

Kinerja BMTR Selama Periode Pemilu

Berbeda dengan SCMA, BMTR justru malah mencatatkan penurunan harga saham sepanjang 2014 sebesar 24,61 persen, meski sempat naik tinggi pada periode Februari-Maret 2014 sebesar 40,05 persen.

Meskipun begitu, dari sisi kinerja, BMTR tengah mengalami tekanan perlambatan pendapatan dan penurunan pendapatan iklan serta laba bersih pada 1 tahun sebelum pemilu 2014.

Keterangan Grafik: Secara umum, sejak 2010 dua sumber pendapatan utama BMTR berasal dari iklan dan langganan tv berbayar. Namun, seiring pengembangan produk muncul beberapa sub sumber pendapatan seperti, iklan digital, konten, subscription, dan pendapatan lainnya.

Namun, setelah adanya pemilu 2-14, keuangan BMTR justru membaik. Pada periode 2014, perseroan mencatatkan pertumbuhan kinerja sebesar 6,35 persen, sedangkan pendapatan iklan naik 2,12 persen. Lalu, laba bersih naik sebesar 13,63 persen.

Lalu, ketika memasuki pemilu 2019, kinerja BMTR juga mencatatkan hasil yang lumayan. Seperti,pendapatan tumbuh 10.61 persen, sedangkan pendapatan iklan non-digital naik 5,5 persen, sedangkan iklan digitalnya naik 167 persen (kenaikan tinggi karena nominalnya masih kecil waktu itu). Bahkan, laba bersihnya juga meroket 68,46 persen, meski tidak setinggi tahun sebelumnya yang naik 121,49 persen.

Seiring dengan kinerja keuangan yang cukup ciamik, harga saham BMTR sepanjang 2019 juga naik  48,6 persen. Bahkan, saham BMTR sempat mencatatkan multibagger dalam kurang dari satu tahun setelah 101 persen dari awal 2019 sampai 13 Juni 2019.

Jadi, Saham Media Mana yang Akan Jadi Pemenang?

Antara saham SCMA dan BMTR, mana yang menarik untuk menyambut pemilu?

Jika melihat secara valuasi dengan price to book value (PBV), kedua saham ini lagi murah. BMTR punya PBV 0,32 kali di bawah rata-rata 5 tahun yang berada di 0,42 kali.

Lalu, SCMA punya PBV 1,34 kali di bawah rata-rata 5 tahun sebesar 4,5 kali.

Dengan melihat angka ini, jika dibandingkan secara sektoral, saham BMTR menjadi yang lebih menarik.

Apalagi, BMTR punya hak siar khusus untuk tayangan bulu tangkis, sepak bola timnas, yang berpotensi mendulang views cukup banyak. Terutama, untuk dua platformnya, yakni Vision+ dan RCTIplus.

Keterangan Grafik: Tren arah pertumbuhan laba bersih SCMA dan BMTR berbanding terbalik. Apakah, kondisi ini akan mempengaruhi gerak harga sahamnya juga?

Apalagi, basis pertumbuhan pendapatan SCMA sepanjang 2022 sudah cukup tinggi. Sepanjang 2022, SCMA mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 20,27 persen, meski laba bersihnya turun 37 persen.

Namun, kinerja kuartal I/2023 juga tidak begitu bagus setelah pendapatan turun 0,35 persen, sedangkan laba bersih turun 76 persen. Belum lagi polemik hak siar Piala Dunia u-20 yang pindah ke Argentina dan tanpa Indonesia di dalamnya. Meski, tidak ada angka detail berapa potensi kerugian yang akan diterima.

Di sisi lain, SCMA bisa saja berbalik arah tumbuh positif jika mampu mengelola biaya operasionalnya dengan lebih baik lagi.

Dengan begini, apakah BMTR menjadi salah satu saham media pemenang menyambut pemilu nanti?