5 Saham Dividen Konsisten yang Jarang Diomongin

Ngomongin saham dividen, yang dibahas ITMG lagi, UNTR lagi, apa lagi? nah kali ini kami review 5 saham dividen yang paling jarang diomongin. Ada yang koleksimu nggak?

5 Saham Dividen Konsisten yang Jarang Diomongin

Mikirduit – Coba sebutin apa saham dividen jumbo yang sering kamu dengar? MPMX, ITMG, UNTR, BSSR, HEXA, atau apa lagi? fakta menariknya ada saham-saham dividen jumbo yang ternyata jarang diomongin. Berikut ulasan 5 saham dividen jumbo yang jarang diomongin.

Sebenarnya, kelima saham dividen ini tidak selalu memberikan dividen jumbo. Namun, menjadi beberapa saham yang paling rutin bagi dividen mulai dari 6 tahun terakhir.

BACA JUGA: Cek Update Terkini Jadwal dan Saham yang Menebar Dividen

Pertama, PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS)

Saham GEMS menjadi salah satu saham yang paling rutin bagi dividen dan jumlahnya rata-rata jumbo. Bahkan, perseroan baru saja mengumumkan pembagian dividen interim senilai Rp845 per saham. Dengan menggunakan harga penutupan GEMS pada 23 Agustus 2023, tingkat dividen yield-nya tembus 11 persen. Itu baru dividen interim lho.

Lalu, sejak 2017, GEMS ini rutin bagi dividen mulai dari 3 sampai 4 kali setahun. Pada tahun lalu, perseroan membagikan 3 kali dividen yang rata-rata dividen yield saat ex-date di atas 10 persen. Sebelum pandemi Covid-19, rata-rata tingkat dividen yield saham GEMS ini sekitar 7 persen.

Bahkan nih, jika kita bisa dapat 500 lembar saham dari IPO GEMS pada 2011 dengan harga penawaran Rp2.500 per saham. Saat ini, kita sudah mencatatkan profit 301 persen dari kenaikan harga saham dan dividennya.

GEMS adalah perusahaan batu bara yang menjadi anak usaha PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) via anak usaha lainnya, yakni Golden Energy and Resources Limited (GEAR).

Di sisi lain, kinerja bisnis GEMS memang mulai bergairah sejak 2017 atau periode saat pertama kali membagikan dividen. Setelah itu kinerja konsisten bertumbuh, dan makin melejit setelah pandemi Covid-19 pada 2021 dan 2022 akibat ada boom batu bara.

Bahkan, PT ABM Investama Tbk. (ABMM) milik Trakindo Grup kepincut borong saham GEMS. Saham yang juga berkecimpung di batu bara itu mengakuisisi 30 persen saham GEMS pada 15 September 2022. Namun, pengendalian saham GEMS tetap ada di bawah grup Sinarmas.

Kinerja keuangan pada semester I/2023 pun GEMS lebih baik dibandingkan saham batu bara lainnya seperti ITMG. Soalnya, dari segi pejualan masih bertumbuh sekitar 8,14 persen menjadi 1,44 miliar dolar AS. Penjualan batu bara GEMS ke luar negeri masih menjadi pendorong utama perseroan setelah naik 10,37 persen menjadi 1,02 miliar dolar AS, sedangkan pertumbuhan penjualan batu bara ke dalam negeri hanya naik 3,1 persen menjadi 421 juta dolar AS.

Di sisi lain, laba bersih GEMS terpaksa koreksi sebesar 0,7 persen menjadi 333 juta dolar AS. Penyebabnya, kenaikan beban penjualan sebesar 13 persen menjadi 139 juta dolar AS. Kenaikan beban penjualan disebabkan kenaikan biaya distribusi atau ongkos angkut sebesar 17 persen.

Namun, kami menilai kinerja GEMS ini terjadi karena normalisasi harga batu bara juga. Adapun, untuk prospek dari GEMS masih tergantung rencana Sinarmas Grup untuk perusahaan batu bara ini. Apakah ada rencana diversifikasi bisnis ke depannya? atau yasudah dibiarkan berjalan hingga era batu bara usai.

Lalu, kenapa saham ini jarang diobrolin ya?

Pertama, porsi publik yang kecil hanya 7,5 persen atau sekitar 441 juta lembar saham.

Kedua, kurang likuid. Pembeli dan penjual selalu ada, tapi jumlahnya sedikit. Sehingga kurang jadi makanan empuk para trader. Paling investor yang benar-benar mau incar dividen yang masuk, itu pun setelah beli bakal di-hold lama sehingga bikin tingkat likuiditasnya rendah.

BACA JUGA: Ramalan Dividen Interim 2023 Ada Koleksimu?

Kedua, PT Merck Indonesia Tbk. (MERK)

MERK adalah saham farmasi yang sempat dikenal memiliki produk obat penyakit berat seperti kanker hingga diabetes. Saham MERK sendiri menjadi salah satu saham dividen yang jarang diobrolin.

Salah satu fenomena dividen terbesar MERK terjadi pada 2018. Waktu itu MERK baru saja menjual lini bisnis consumer health-nya kepada P&G Indonesia senilai Rp1,38 triliun.

Untuk itu, jika lihat tren kinerja laba bersih perseroan pada 2018, sempat terjadi kenaikan signifikan yang melampaui pendapatannya. Itu adalah hasil jual lini bisnis consumer healthnya tersebut.

Setelah itu, MERK mengumumkan pembagian dividen interim jumbo senilai Rp2.565 per saham atau jika dihitung menggunakan harga saham ex-dividen periode itu tembus 38 persen.

Namun, selain pada periode 2018 itu sejak 2006 sampai 2023, rata-rata dividen yield MERK sekitar 5-6 persen. Namun, MERK pernah mencatatkan dividen yield rutin sekitar 10 persen pada periode 2000-2005.

MERK menjadi salah satu saham paling tua di BEI. MERK IPO pada 1981 dengan harga penawaran Rp1.900 per saham.

Menariknya, jika kita beli saham MERK sejak IPO pada 1981 dengan harga IPO. Lalu, hold sampai saat ini, berarti total keuntungan dari kenaikan aset saja senilai 4.942 persen, sedangkan jika digabung dengan pendapatan dividen menjadi 12.661 persen.

Meski bisa dibilang salah satu saham yang kerap kasih dividen jumbo, tapi kinerja keuangan MERK pada semester I/2023 lagi tidak begitu baik. Pasalnya, dari segi pendapatan sudah turun 17 persen menjadi Rp498 miliar. Lalu, laba bersihnya pun turun 25,96 persen menjadi Rp91,36 miliar.

Penurunan terbesar MERK berasal dari produk consumer health yang turun 25,11 persen menjadi Rp117,25 miliar. [lah kan produk consumer healthnya sudah dijual? nah ini saya juga lagi cari penjelasan manajemen tapi belum ketemu]

Lalu, produk dengan kontributor terbesar ke pendapatan, yakni obat resep turun tipis 10 persen menjadi Rp352 miliar. Adapun, pendapatan lainnya turun 45 persen menjadi Rp28,28 miliar.

Penurunan pendapatan MERK ditenggarai karena basis pertumbuhan 2021-2022 cukup tinggi karena ada pandemi Covid-19. Hal itu terlihat tekanan penurunan penjualan berasal dari consumer health.

Lalu kenapa saham ini jarang diobrolin?

Pertama, sebenarnya dulu saat lagi mengembangkan obat kanker sempat jadi obrolan hangat. Namun, saat ini belum ada sentimen yang memicu obrolan untuk saham ini.

Kedua, jumlah saham yang beredar sangat sedikit. Meski, MERK memiliki 13 persen saham publik, tapi jumlah saham beredar untuk free float cuma 55,46 juta lembar. Bahkan, lebih sedikit dari jumlah lembar saham GEMS.

Ketiga, sahamnya sangat tidak likuid. Seperti per 24 Agustus 2023, total transaksi bid cuma ada 432 lot, sedangkan offer cuma 124 lot. Ini juga berhubungan erat dengan jumlah saham beredar yang sedikit.

Ketiga, Saham PT Surya Toto Indonesia Tbk. (TOTO)

Saham TOTO memang tidak membagikan dividen sementereng seperti GEMS dan MERK. Namun, Saham TOTO menjadi salah satu yang paling konsisten bagi dividen sejak 1990-an.

Saham yang bisnisnya menjual kloset ini bahkan tetap bagikan dividen meski dalam kondisi keuangan yang rugi tipis pada 2020. Waktu itu, TOTO rugi Rp31 miliar, tapi tetap bagi dividen dua kali yang masing-masing Rp3 per saham.

TOTO juga menjadi salah satu saham jadul yang ada di BEI. TOTO IPO pada 1990 dengan harga penawaran yang cukup mahal, yakni Rp14.300 per saham. Selama listing di BEI, TOTO tiga kali melakukan stock split, yakni pada 2012 (1:10), 2014 (1:2), dan 2016 (1:10). Jika kamu investasi di saham TOTO sejak IPO, saat ini dari nilai aset kamu sudah cuan 224 persen, sedangkan jika diakumulasikan dengan dividen sudah naik hingga 963 persen.

Kinerja keuangan TOTO di semester I/2023 juga tertekan. Pendapatan TOTO turun 5,33 persen menjadi Rp986 miliar yang membuat laba bersihnya terjun bebas 19 persen menjadi Rp125 miliar.

Penurunan kinerja TOTO ini ada hubungannya dengan permintaan pasar ekspor yang melemah. Seperti, di segmen produk peralatan kamar mandi. TOTO masih mencatatkan pertumbuhan penjualan 9,88 persen di pasar lokal. Namun, permintaan dari pasar ekspor turun 18 persen.

Di luar itu, kinerja TOTO juga turun akibat turunnya permintaan di produk saniter di lokal maupun ekspor. Total penurunan penjualan produk saniter TOTO sebesar 19,5 persen.

Adapun, jika ekonomi global kembali pulih, ada peluang untuk saham TOTO bisa kembali bangkit nih. Namun, perlu ada analisis lebih mendalam soal fundamental keuangan TOTO.

Lalu, kenapa saham TOTO jarang diobrolin?

Pertama, sama seperti saham lainnya, porsi saham publik TOTO cuma 7,5 persen dan lembar saham publik sekitar 777 juta lembar.

Kedua, bisnisnya kurang populer dibandingkan dengan farmasi, bank digital, teknologi, hingga pertambangan batu bara.

Kalau dari segi likuiditas, TOTO bisa dibilang lumayan likuid.

Keempat, Saham PT Arwana Citra Mulia Tbk. (ARNA)

Saham ARNA memang bukan saham dividen jumbo seperti GEMS, tetapi ARNA menjadi salah satu saham yang konsisten bagi dividen. Tingkat dividen yield terbesarnya saja ada di sekitar 5 persen.

ARNA adalah emiten yang bergerak di bidang produksi keramik. Dengan model bisnis keramik ini, ARNA terpengaruh terhadap kebijakan harga gas industri.

Adapun, ARNA IPO pada 2001 dengan harga penawaran Rp765 per saham. Lalu, ARNA sempat stock split 1:4 pada Juli 2013. Jika membeli saham ARNA sejak IPO, berarti per 24 Agustus 2023 harga sahamnyasudah naik 300 persen. Lalu, jika diakumulasikan dengan dividen menjadi 431 persen.

Kinerja ARNA juga lagi tertekan setelah pendapatannya turun 9,76 persen menjadi Rp1,22 triliun. Lalu, laba bersihnya pun merosot 20,34 persen menjadi Rp243 miliar. Daya beli yang turun menjadi tantangan berat untuk bisnis ARNA dalam jangka pendek dan menengah.

Lalu, kenapa saham ARNA jarang diobrolin?

Pertama, bisnis ARNA kurang populer. Sehingga jarang ada sentimen yang menggelagar.

Kedua, sebenarnya saham ARNA lumayan banyak yang pegang hanya investor yang lama-lama dan mengetahui rekam jejak perusahaan ini. Beberapa saham dividen juga begitu, karakter investornya beli dan hold jangka panjang sehingga jarang terjadi kehebohan.

Dari sisi likuiditas, saham ARNA lebih likuid dibandingkan dengan GEMS dan MERK, meski masih kalah likuid jika dibandingkan dengan TOTO.

Kelima, Saham PT Jaya Real Property Tbk. (JRPT)

Sama seperti ARNA, JRPT bukan salah satu saham dividen jumbo, tapi perusahaan ini sudah cukup konsisten membagikan dividen dengan rata-rata tingkat yield sekitar 4 persen.

JRPT adalah perusahaan properti di bawah PT Pembangunan Jaya, perusahaan properti hasil kongsi antara Pemerintah Daerah DKI Jakarta, Hasjim Ning, Ciputra, hingga Soetjipto Amidharmo, Direktur Utama Asuransi Bumiputera pada 1912.

JRPT melakukan IPO pada 1994 dengan harga penawaran Rp5.200 per saham.Selama listing di BEI, JRPT sudah melakukan stock split sebanyak 3 kali, yakni 1996 (1:2), 2006 (1:5), dan 2013 (1:5).

Jika kamu beli saham JRPT saat IPO, kini asetnya sudah bertumbuh menjadi 496 persen. Adapun, jika diakumulasi dengan pendapatan dividen sudah tumbuh 748 persen.

JRPT mencatatkan kinerja keuangan yang tetap positif di semester I/2023. Pendapatan perseroan tumbuh 8 persen menjadi Rp1,08 triliun, sedangkan laba bersihnya tumbuh 15 persen menjadi Rp424 miliar.

Jika melihat komposisi pendapatannya, JRPT sudah memiliki pendapatan berulang sekitar 20 persen dari total pendapatan, yang berasal dari hotel, sewa, Ice rink, water park, jasa pemeliharaan, parkir, dan lainnya, serta pengelolaan lingkungan.

Untuk landbank, JRPT masih punya sekitar 1.513 hektar di kawasan Tangerang Selatan, Bogor, dan Bandung yang masih bisa dikembangkan.

Lalu, kenapa saham ini jarang diobrolin?

Satu-satunya yang bisa dideteksi adalah, saham ini kurang begitu likuid, meski tidak separah MERK. Namun, dengan harga saham yang masih rendah, supply and demand di bid-offernya sangat kecil.

Di sisi lain, saham publik JRPT tembus 16,71 persen. Jadi, dari segi free float tidak terlalu kecil juga.

Kesimpulan

Kelima saham ini memang bisa dibilang saham yang rutin bagi dividen, dan beberapa diantaranya kasih dividen jumbo. Namun, saham-saham ini memiliki tingkat likuiditas yang rendah dibandingkan dengan saham-saham lainnya. Dengan tingkat likuiditas yang rendah, pergerakan harga sahamnya cenderung pelan-pelan asal selamat.

Pasalnya, dengan likuiditas yang rendah, saham-saham ini juga kurang dilirik untuk masuk indeks, yang menjadi salah satu sumber permintaan beli secara otomatis dari manajer investasi indeks saham.

Valuasi saham dividen yang jarang diomongin

Namun, bukan berarti saham ini jelek juga. Hanya saja, jika ingin masuk ke saham-saham seperti ini, kita harus masuk di waktu yang benar-benar tepat agar tidak terjebak floating loss dalam jangka panjang.

Adapun, dari kelima saham ini, jika menggunakan valuasi saham price to book value, ada tiga saham yang murah jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir, yakni ARNA, GEMS, dan TOTO. Di sisi lain, JRPT dan MERK sudah di atas rata-rata 5 tahunnya.

Dari kelima saham ini, ada yang menarik jadi pilihanmu?

Untuk kamu yang mau tahu cara pilih saham dividen ala Mikirduit, bisa baca di 6 artikel series ini ya: