Simulasi Investasi Saham dengan Dollar Cost Averaging, Bisa Cuan?

Dollar cost averaging atau strategi investasi saham dengan cicil beli memang dinilai tidak memberikan keuntungan maksimal, tapi bisa memberikanmu peredam risiko fluktuasi pasar, Nggak percaya? cek simulasi ini.

Simulasi Investasi Saham dengan Dollar Cost Averaging, Bisa Cuan?

Mikirduit – Bicara metode investasi saham, banyak sekali caranya. Mulai dari value investing, growth investing, hingga  dividend investing. Pertanyaannya, bagaimana strategi beli dan jual sahamnya? apakah langsung sekali beli atau bertahap. Untuk itu, dalam cerita uang kali ini, kami akan menjelaskan tentang dollar cost averaging, salah satu strategi beli saham investasi yang kami rekomedansikan.

Dollar Cost Averaging adalah strategi beli saham yang membuat investornya tidak perlu pusing memikirkan kapan waktu beli yang tepat. Dalam pengertian dasarnya, dollar cost averaging adalah aksi beli aset secara mencicil dengan alokasi modal yang sama dalam periode tertentu.

Misalnya, saya membeli saham BBCA selama 5 tahun ke depan dengan modal Rp10 juta per bulan. Nantinya, setiap bulan, saya akan beli saham BBCA tanpa perlu memikirkan harga sahamnya akan naik atau turun.

Apakah tidak takut floating loss? justru ini kelebihannya investasi dengan cara dollar cost averaging adalah kita tidak perlu khawatir risiko floating loss jangka menengah pendek. Soalnya, harga rata-rata pembelian yang dilakukan setiap bulannya akan sesuai dengan volatilitas harga saham tersebut.

Namun, ada syarat utama yang harus diikuti untuk memilih saham dollar cost averaging, yakni sahamnya berfundamental bagus dan sehat sehingga tidak ada risiko PKPU atau hal lainnya di masa depan.

Lalu, seberapa besar keuntungan investasi saham dengan cara dollar cost averaging tersebut?

Simulasi Dollar Cost Averaging di Saham ASII

Saya akan membuat simulasi investasi dengan dollar cost averaging di saham PT Astra International Tbk. (ASII) dalam 5 tahun terakhir. Alasan menggunakan saham ASII adalah saham ini punya fundamental bagus, tapi harganya cenderung berfluktuasi cukup tinggi dalam 5 tahun terakhir.

Bulan Harga Saham (Rp) Lembar saham Modal (Rp) Pendapatan dividen (Rp)
2018 Januari 8.650 500 4.325.000
Februari 8.200 600 4.920.000
Maret 7.300 600 4.380.000
April 7.325 600 4.395.000 299.000
Mei 7.175 600 4.305.000
Juni 6.425 700 4.497.500
Juli 6.975 700 4.882.500
Agustus 7.475 600 4.485.000
September 7.375 600 4.425.000 330.000
Oktober 7.900 600 4.740.000
November 8.400 500 4.200.000
Desember 8.225 600 4.935.000
2019 Januari 8.375 500 4.187.500
Februari 7.600 600 4.560.000
Maret 7.300 600 4.380.000
April 7.600 600 4.560.000 1.463.000
Mei 7.125 700 4.987.500
Juni 7.375 600 4.425.000
Juli 7.175 600 4.305.000
Agustus 6.525 700 4.567.500
September 6.650 700 4.655.000 729.600
Oktober 6.900 700 4.830.000
November 6.425 700 4.497.500
Desember 6.925 700 4.847.500
2020 Januari 6.725 700 4.707.500
Februari 5.950 800 4.760.000
Maret 4.080 1.200 4.896.000
April 3.710 1.300 4.823.000
Mei 4.350 1.100 4.785.000 3.140.000
Juni 4.750 1.000 4.750.000
Juli 5.125 900 4.612.500
Agustus 5.300 900 4.770.000
September 4.740 1.000 4.740.000 642.600
Oktober 5.425 900 4.882.500
November 5.550 900 4.995.000
Desember 6.075 800 4.860.000
2021 Januari 6.275 700 4.392.500
Februari 5.600 800 4.480.000
Maret 5.525 900 4.972.500
April 5.525 900 4.972.500 2.583.900
Mei 5.150 900 4.635.000
Juni 4.710 1.000 4.710.000
Juli 4.760 1.000 4.760.000
Agustus 5.050 900 4.545.000
September 5.175 900 4.657.500 1.548.000
Oktober 6.000 800 4.800.000
November 5.975 800 4.780.000
Desember 5.675 800 4.540.000
2022 Januari 5.475 900 4.927.500
Februari 5.700 800 4.560.000
Maret 6.700 700 4.690.000
April 7.125 700 4.987.500 7.740.600
Mei 7.225 600 4.335.000
Juni 6.650 700 4.655.000
Juli 6.100 800 4.880.000
Agustus 6.825 700 4.777.500
September 6.950 700 4.865.000 3.819.200
Oktober 6.650 700 4.655.000
November 6.225 800 4.980.000
Desember 5.675 800 4.540.000
2023 Januari 5.875 800 4.700.000
Februari 6.100 800 4.880.000
Maret 5.875 800 4.700.000
April 6.700 700 4.690.000
Mei 6.600 700 4.620.000 27.324.000
Juni 6.775 700 4.742.500
Juli 6.525 700 4.567.500
Agustus 6.425 700 4.497.500

Hasilnya, investasi di saham ASII sejak Januari 2018 hingga Agustus 2023 dengan metode dollar cost averaging, yakni membeli dengan maksimal modal Rp5 juta per bulan di setiap tanggal 27. Jika tanggal 27 market tutup, berarti ambil tanggal setelahnya, posisi harga saat ini di Rp6.150 per saham atau 4 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga penutupan 8 September 2023.

Hasil dollar cost averaging saham ASII
Berikut ini hasil dari dollar cost averaging saham ASII sejak Januari 2018 - Agustus 2023 dengan investasi maksimal Rp5 juta per bulan. 

Menariknya lagi, dari berinvestasi dengan dollar cost averaging di saham ASII yang rutin bagi di saham ASII, selama 5 tahun terakhir total pendapatan dividen mencapai Rp49,61 juta. Artinya, jika diakumulasikan dengan keuntungan harga saham, berarti total keuntungan investasi di saham ASII selama 5 tahun terakhir sekitar 11,12 persen.

Mungkin dari asumsimu, dengan hanya kenaikan segitu selama 5 tahun memang kecil sekali ya? tapi di sini, tujuan metode Dollar cost averaging bukan sekadar untuk memberikanmu keuntungan hingga multibagger, tapi membuatmu bisa meredam risiko besar dari market crash 2020 dan risiko lainnya.

Bahkan, jika dibandingkan dengan menempatkan dana di deposito sejak 2018 hingga Agustus 2023. Nilai investasi di ASII tetap lebih tinggi.

Dengan spesifikasi deposito pada 2018 dan 2019 diasumsikan bunganya sebesar 6 persen per tahun, pada 2020 hingga 2022 sebesar 3 persen per tahun, sedangkan di 8 bulan 2023 sebesar 4 persen per tahun. Dengan modal yang sama, uang di deposito hanya bertambah menjadi Rp335 juta dibandingkan dengan akumulasi kenaikan harga dan pendapatan dividen ASII senilai Rp366 juta.

Sebenarnya, pendapatan di deposito juga bisa saja lebih tinggi daripada ASII hanya saja, ada kebijakan pajak bunga 20% di deposito yang membuat hasil akhirnya lebih rendah daripada kinerja aset di ASII.

Ditambah, nominal investasi di ASII itu rata-rata kurang dari Rp5 juta karena menyesuaikan dengan ketentuan pembelian saham minimal 100 lembar. Artinya, ada sekitar Rp22,63 juta yang nganggur dan bisa ditempatkan di reksa dana pasar uang sebagai dana darurat.

Kesimpulan

Ada beberapa poin yang harus diperhatikan agar cara investasi dengan dollar cost averaging tetap menarik:

  • Nominal investasi harus sama, jika mengikuti ketentuan pembelian saham minimal 100 lembar, berarti harus disesuaikan. Dengan begitu, setiap harga turun total lembar saham yang dibeli juga bertambah banyak sehingga bisa menekan harga rata-rata menjadi lebih rendah lagi.
  • Strategi dollar cost averaging sangat cocok untuk timeframe jangka panjang 5-10 tahun. Jika hanya 1-2 tahun tidak akan terlalu berasa efek kenaikan harga sahamnya.
  • Pilihan saham dollar cost averaging sebaiknya yang membagikan dividen sehingga ada pertumbuhan aset setiap tahunnya dari dividen tersebut.
  • Pendapatan dari dividen jangan diinvestasikan lagi di saham yang sama. Alasannya, itu bisa merusak pola dollar cost averaging. Untuk itu pendapatan dividen dan sisa modal tersisa setiap bulannya bisa ditempatkan ke saham lain yang harganya lebih terjangkau tapi punya prospek cerah atau ke reksa dana seperti pasar uang atau pendapatan tetap sebagai diversifikasi bisnis.

Dengan mengikuti poin-poin tersebut, kita bisa menikmati investasi dollar cost averaging secara jangka panjang tanpa memikirkan harga saham naik dan turun. Namun, satu hal, berhubung kamu berinvestasi di satu saham, berarti ada baiknya dipantau juga hasil laporan keuangan setiap kuartal.

BACA JUGA: Memahami Deretan Investasi yang Bagus untuk Pemula

Tujuannya, hanya memastikan tidak ada permasalahan utang yang bisa berujung kepada gugatan penundaan kewajiban pembayaran utang atau PKPU yang bisa menghambat bisnis hingga suspensi saham berkepanjangan.

Siap memulai dollar cost averagingmu sekarang?

Untuk mau cari ciri-ciri saham yang cocok untuk pembagian dividen, kamu bisa baca step by stepnya di sini: