Selisih Bunga AS dengan Indonesia 0,25 persen, Begini Efek ke Saham

The Fed menaikkan suku bunga lagi sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen. Dengan begitu selisih dengan suku bunga di indonesia cuma 25 bps. Kira-kira gimana efeknya ke pasar saham?

Selisih Bunga AS dengan Indonesia 0,25 persen, Begini Efek ke Saham

Mikirduit – Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat (AS), kembali menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin. Dengan begitu tingkat suku bunga Fed Fund Rate menjadi 5,25 persen hingga 5,5 persen. Lalu, apa efek kenaikan suku bunga The Fed ke Indonesia?

Sebenarnya, pihak The Fed sudah mewanti-wanti mereka akan menaikkan suku bunga minimal dua kali lagi pada tahun ini. Tujuannya agar bisa menekan inflasi AS ke 2 persen. Setelah kenaikan di Juli 2023, ekspektasinya, The Fed akan langsung ngebut naikkan 25 bps lagi pada September 2023 demi bisa lebih cepat normalisasi inflasinya. Pertanyaannya, gimana efeknya ke Indonesia?

BACA JUGA: Cara Pilih Aset yang 99 Persen Pasti Cuan

Selisih Suku Bunga Bank Indonesia dengan The Fed Menciut

Salah satu yang menjadi perhatian adalah selisih suku bunga Bank Indonesia dengan The Fed menciut jadi hanya 25 basis poin (bps). Dalam rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada 20 Juli 2023, bank sentral Indonesia itu memutuskan menahan suku bunga di level 5,75 persen, sedangkan saat ini posisi suku bunga The Fed paling maksimal sudah di 5,5 persen.

Apa efeknya kalau selisih itu menciut?

Secara teori, ketika selisih itu menciut berarti ada risiko pelemahan rupiah. Hal itu disebabkan minat investasi di Indonesia akan menurun mengingat tingkat suku bunga di Amerika Serikat yang lebih maju hanya beda tipis dengan di Indonesia. Dengan begitu, permintaan rupiah akan turun sehingga cenderung melemah.

Jika rupiah melemah lebih jauh, Indonesia akan terkena efek dari inflasi hingga perlambatan ekonomi secara makro. Namun, itu jika dilihat dari teori satu arah yang mengasumsikan permintaan rupiah turun.

Namun, ada beberapa hal yang membuat selisih suku bunga Bank Indonesia saat ini bisa jadi bukan sebuah masalah.

Pertama, Bank Indonesia mengganti acuan suku bunganya dari SBI 12 bulan yang dinamakan BI Rate menjadi 7 days reverse repo rate pada 2016. Untuk itu, ketika pergantian acuan itu terjadi, selisih suku bunga antara BI dengan The Fed langsung menciut drastis. Namun, efeknya ke rupiah tidak terlalu signifikan dan justru menguat 2 persen secara tahun pada periode 2016 dibandingkan 2015.

Kedua, penerapan kebijakan simpan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri. Kebijakan tersebut diharapkan menjadi senjata BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah saat selisih suku bunga The Fed makin menipis. Jika rencana kebijakan DHE ini sukses, ada potensi kurs rupiah kembali menguat.

Kedua faktor itu akan menjadi anomali dari teori satu arah yang menilai selisih suku bunga yang makin sempit bisa membuat kurs rupiah terdesak dan BI kembali menaikkan suku bunga. Dengan melakukan uji coba menahan suku bunga dengan spread tipis dengan The Fed, kami ekspektasikan BI akan coba tahan suku bunga hingga ada efek besar seperti arus modal keluar terlalu tinggi hingga kurs rupiah tembus level stress test, yang kami ekspektasikan di kisaran Rp15.500.

BACA JUGA: Kenapa Negara Tidak Mencetak Uang yang Banyak Agar Masyarakatnya Kaya Semua

Mencoba Kisah Sukses Thailand

Salah satu negara Asia Tenggara Thailand justru memiliki tingkat suku bunga yang lebih rendah daripada The Fed. Sampai Juni 2023, bank sentral Thailand baru menaikkan suku bunganya hingga ke 2 persen. Jumlah itu lebih kecil daripada The Fed yang sudah tembus 5,5 persen.

Dengan suku bunga yang lebih rendah itu, bagaimana nasib kurs Baht? kurs Baht sejauh ini masih cukup stabil dengan nilai sekitar 34 baht per dolar AS. Artinya, sepanjang 2023, kurs Baht stabil di level itu, meski perjalanannya cukup fluktuatif. Seperti, di awal 2023 kurs Baht sempat menguat 6 persen ke 32 baht, tapi setelah itu sempat melemah lagi ke 38 baht, dan kembali ke kisaran 34 baht per dolar AS.

Apakah itu ada intervensi bank sentral? tampaknya tidak terlalu banyak juga intervensi yang dilakukan. Pasalnya, dari segi cadangan devisa Thailand sepanjang 2023 stabil di atas 200-an miliar dolar AS.

Jawabannya adalah penggunaan skema devisa hasil ekspor yang ditempatkan di dalam negeri.

Thailand sudah menggunakan kebijakan kewajiban DHE dan repatriasi ke mata uang lokal sejak 2006. Pada awalnya, Thailand menerapkan batasan DHE yang tidak perlu direpatriasi menjadi baht senilai 200.000 dolar AS. Namun, pihak Thailand mengubah skema batasan uang yang tidak perlu direpatriasi menjadi 1 juta dolar AS. Artinya, DHE yang di atas 1 juta dolar AS harus direpatriasikan menjadi baht.

Ketentuan lainnya, repatriasi dilakukan paling lambat 360 hari setelah mendapatkan pembayaran, sedangkan penempatan DHE di dalam negeri diwajibkan mengendap minimal 1 tahun.

Penerapan DHE Mengendap di Indonesia

Di sisi lain, Indonesia menerapkan DHE wajib ditempatkan di dalam negeri dengan porsi 30 persen dari devisa hasil ekspor. Lama pengendapannya juga hanya 3 bulan. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada 1 Agustus 2023. Nantinya, kebijakan DHE ini baru berlaku kepada bisnis ekspor sumber daya alam.

Sayangnya, kebijakan ini cukup banyak ditentang oleh para pengusaha yang mengklaim justru butuh keringan setelah Covid-19 dianggap endemi. Padahal, menurut hitung-hitungan Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede seperti dikutip dari Kontan pada 21 Juli 2023, kebijakan DHE ini bisa menambah devisa Indonesia sekitar 0,9 miliar dolar AS hingga 1,9 miliar dolar AS per bulan.

Bahkan, jika pemerintah memperluas penerapan DHE ke sektor manufaktur bisa menambah devisa sekitar 3 miliar hingga 5,3 miliar dolar AS.

Selain menambah devisa, kebijakan DHE diharapkan bisa menjaga rupiah bisa lebih stabil seperti baht Thailand, meski ada gonjang-ganjing kenaikan suku bunga The Fed saat ini. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga bisa dijaga.

Efek ke Pasar Saham

Jika dilihat secara histors pada periode 2012-2015 atau sebelum Bank Indonesia mengganti acuan suku bunganya, kenaikan selisih antara suku bunga Bank Indonesia dengan The Fed bisa berdampak positif kepada pasar saham. Lalu, penurunan selisih keduanya berdampak negatif seperti tren penurunan pasar saham.

Namun pertanyaan, ketika selisih suku bunga Indonesia dengan AS melebar menjadi 7,25 persen pada 2013, pasar saham malah turun bukannya naik? ya saat itu ada kejadian besar, yakni The Fed melakukan tapering off atau menghentikan peredaran uang dengan membeli surat berharga negara. Jadi, ada kebijakan pengetatan moneter, meski bukan dengan menaikkan suku bunga saat itu.

Di sisi lain, setelah BI mengganti suku bunga acuannya, tren pergerakan harga saham dengan selisih suku bunga Indonesia dengan AS justru berlawanan. Jika, selisih menciut, pasar saham naik, begitu juga ketika selisih naik, pasar saham malah koreksi.

Apakah ini artinya ada potensi pasar saham menguat lebih jauh?

Menurut kami, jika BI nekat tahan suku bunga dan kebijakan DHE bisa berjalan lancar mulai 1 Agustus 2023 nanti yang ekspektasinya rupiah lebih stabil. Ada peluang pasar saham Indonesia bisa menguat lebih jauh dengan menggunakan asumsi pergerakan selisih suku bunga dengan pasar saham berlawanan.

Namun, ada beberapa kekhawatiran yang bisa memecah asumsi itu, seperti jelang pemilu 2024 di mana investor asing bakal lebih wait and see mencari siapa pengganti Joko Widodo sebagai presiden. Jadi, ada potensi juga pasar saham bakal sideways dalam jangka menengah.

Lalu, jika rupiah bisa koreksi hingga Rp15.500 sebagai asumsi stress test Bank Indonesia untuk mencoba menahan suku bunga. Berarti, ada risiko suku bunga Bank Indonesia kembali naik. Kenaikan suku bunga bakal berimplikasi dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan kinerja bisnis yang tidak terlalu garang.

Dengan kondisi yang masih penuh ketidakpastian, kami menyarankan untuk masuk ke saham-saham defensif seperti sektor keuangan dan consumer goods. Tinggalkan dulu saham yang punya utang besar.

Selain itu, sektor yang potensi cukup menarik adalah otomotif dan industri dasar terkait nikel. Soalnya, mereka punya cerita kuat tentang kendaraan listrik yang sampai saat ini kita tidak tahu kapan boomingnya.

Menurutmu, apa lagi sektor saham yang menarik di tengah suku bunga tinggi dan punya cerita bagus saat ini?

Referensi