Sektor Properti Diramal Cerah, Ini Pilihan Sahamnya!
Beberapa saham properti selain PANI masih cukup murah, kira-kira mana yang paling menarik ya?

Mikirduit - Sektor properti diramal bisa cerah tahun ini seiring dengan prospek penurunan suku bunga dan insentif yang masih berlaku sampai akhir tahun. Sektor ini juga tidak kena dampak dari tarif. Lantas, saham properi apa saja yang menarik?
Melihat secara sektoral yang tercermin dari indeks IDXPROPERT terpnatu sudah menunjukkan pemulihan tren.
Terlihat dari pola akumulasi V pattern yang terjadi dan konfirmasi dari golden cross MA 20 dan MA 50 daily. Ini menunjukkan perubahan tren dari turun ke naik, dan potensi masih bisa melanjutkan tren naik lebih lanjut.
Jika di tarik sejak menyentuh bottom pada awal April, IDXPROPERT sudah melesat lebih dari 17 persen.
Melihat tren yang sudah pulih ini jadi menarik untuk kita mencermati saham-saham di sektor properti. Adapun pilihan saham blue chip di sektor ini yang kami nilai menarik, ada empat yaitu PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA).
Yuk kita bedah apa yang menarik dari empat emiten ini :
CTRA : Paling Ekspansif Kejar Target
Kalau mau dibandingkan dari empat emiten bluechip properti. CTRA bisa dibilang jadi si paling ekspansif buat kejar target.
Sampai 1Q25, marketing sales sudah mencapai 29 persen dari target 2025. Ini melampaui perolehan emiten lain yang bahkan tak sampai setengah target untuk paruh pertama.
Secara catatan, BSDE hanya 24 persen, sementara SMRA dan PWON sama-sama paling buncit di 18 persen.
Kenapa CTRA sangat gerak cepat buat kejar target? tak lain tak bukan adalah untuk memanfaatkan secara optimal insentif PPN properti yang masih berlangsung sampai akhir tahun ini.
Pada tahun lalu hasil penjualan marketing yang mendapatkan diskon PPN ini sampai Rp2,9 triliun, setara lebih dari seperempat dari raihan marketing sales 2024 sebanyak Rp11,01 triliun.
Porsi itu bisa dibilang empat kali lipat-nya dari posisi 2023 yang hanya meraih Rp769 miliar dari total marketing sales pada tahun itu sebanyak Rp10,24 triliun. Dari segi penjualan, produk yang dihargai kurang dari Rp5 miliar punya porsi sampai 89 persen, paling banyak di rentang harga Rp2 miliar sampai Rp5 miliar dengan porsi 43 persen per akhir 2024.
Untuk informasi saja, diskon pajak properti ini berlaku sampai akhir tahun dengan harga properti maksimal Rp5 miliar.
SMRA : Si Paling Dapat Berkat Diskon Pajak
SMRA ini hampir mirip seperti CTRA yang punya propersi penjualan rumah dengan harga di bawah Rp5 miliar itu paling banyak. Bahkan kalau dibandingkan CTRA porsi untuk landed house dengan harga di rentang Rp2 miliar - Rp5 miliar menyumbang 63 persen dari total penjualan.
Ini menunjukkan bahwa SMRA akan dapat diskon pajak lebih banyak dan harapannya bisa lebih menarik minat konsumen.
BSDE : Si Raja Land Bank
Beralih ke emiten selanjutnya, ada BSDE yang sudah terkenal dari lama merupakan developer properti dengan cadangan lahan atau land bank terbesar di Tanah Air seluas 4.410 hektar. Data diambil per 2024 menurut laporan tahunan.
Perusahaan ini getol menambah land bank. Update terakhir, BSDE telah mengakuisisi PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM), pengelola kawasan Rancamaya Golf Estate di Bogor, Jawa Barat, untuk menambah cadangan lahan di lokasi-lokasi strategis yang menjadi kota satelit di kawasan Jabodetabek.
Dengan memiliki land bank paling banyak dan sudah disimpan sejak lama, ini membuat BSDE bisa mempertahankan margin laba paling tinggi. Menariknya, BSDE margin tinggi ini berlaku baik di GPM dan NPM. Artinya, rasio margin yang dijaga tinggi ini bisa berdampak optimal sampai ke laba bersih, menunjukkan kalau operasional BSDE ini benar-benar efisien.

PWON : Rajanya Recurring Income
Terakhir, ada PWON yang bisa dibilang raja-nya recurring income. Fokus bisnisnya sebagai pengembang properti ini ternyata tak lebih banyak dari bisnis yang bersifat recurring atau terus menerus seperti sewa tenant di mall, sewa kantor, dan hotel. Kalau ditotal recurring income ini punya kontribusi ke revenue sampai 85 persen.
Segmen recurring income ini bahkan tumbuh ekspansif pada sepanjang kuartal pertama tahun ini. Persewaan tenant mall naik 15 persen seiring dengan naiknya jumlah pengunjung dan pembukaan Mall Pakuwon di Bekasi. Lalu untuk hotel dan servis apartement naik seiring dengan harga sewa harian serta makanan minuman naik, sepertinya ini efek karena tahun ini banyak libur.
Sementara untuk pendapatan dari sewa kantor turun 17 persen karena okupansi berkurang. Meskipun turun segmen ini tidak terlalu berdampak karena porsinya hanya 4 persen.
Prospek Dapat Berkat Suku Bunga Turun
Selain dari positioning masing-masing emiten yang punya daya tariknya masing-masing, sektor properti secara keseluruhan akan dapat berkah dari potensi penurunan suku bunga.
Pada tahun ini diperkirakan akan ada dua kali pemangkasan, dan paling cepat bisa dilakukan bulan Juni.
Penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) bisa saja terjadi mengikuti propsek the Fed yang punya ruang terbuka cut rate, ini seiring dengan hasil inflasi lebih landai dari perkiraan pada April 2025 dan kondisi ekonomi yang sudah masuk kontraksi.
Jika suku bunga sebentar lagi diturunkan, sektor properti akan dapat berkah karena cepat atau lambat, suku bunga kredit akan ikut turun yang membuat permintaan KPR akan kembali meningkat.
Update Analisis Teknikal (14 Mei 2025)
Sejauh ini dari analisis teknikal-nya, empat emiten pilihan properti ini bergerak mirip. CTRA bisa dibilang yang paling lincah, lalu diikuti PWON, SMRA, dan yang paling lagging BSDE.
Semuanya sudah bergerak dalam tren pemulihan dan sudah terjadi golden cross, menunjukkan akumulasi saham yang baik dan potensi terjadi pembalikan arah dari turun ke naik akan terus berlanjut.
Namun, tentu perlu diperhatikan bahwa saat ini posisi di resistance bisa saja terjadi koreksi jangka pendek. Meski begitu, ini bisa dijadikan kesempatan untuk kembali akumulasi lagi.
Kesimpulannya
Sektor properti yang sudah lama redup, kini kembali menemukan cahaya-ya, secara sektoral prospek pemangkasan suku bunga akan menjadi booster, ditambah konfirmasi yang terlihat dari pemulihan harga saham semakin menarik untuk dijadikan opsi trading jangka pendek - jangka menengah, mengikuti tren naik.
Dari sisi valuasi empat saham ini juga masih bisa dibilang murah. Menggunakan metrik price to book value (PBV( semuanya masih berada di bawah satu dan di bawah rata-rata lima tahun-nya. Jadi, untuk pilihan investasi juga masih menarik, namun tentu harus dipertimbangkan aset alokasi yang bijak.
Adapun, risiko yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi perlambatan ekonomi dan daya beli masyarakat Indonesia yang dinilai masih rentan.
Kita harus siap dengan risiko volatilitas atau pemulihan harga yang mungkin tidak akan naik cepat dan harga pulih ke posisi tahun lalu. Harga rumah yang dihargai kurang dari Rp5 miliar mungkin terkesan mendapat keuntungan lebih karena dapat diskon pajak.
Namun, biasanya yang beli ini kebanyakan dari kalangan menengah. Jadi, penurunan angka kalangan ini juga patut dipertimbangkan sebagai risiko, karena bisa menggerus market emiten properti.
So, kamu mau pilih saham yang mana nih? pilih satu atau dua atau semuanya?
Jadi, Apakah Saham ASII masih Menarik untuk Dikejar Sebagai Saham Investasi?
Kamu bisa temukan dan tanyakan dengan Join membership Mikirsaham (dulu bernama Mikirdividen) dan dapatkan benefit:
- Pilihan saham value-growth investing bulanan
- Pilihan saham dividen yang potensial
- Insight saham komprehensif serta actionnya
- IPO digest untuk menentukan action-mu di saham IPO
- Diskusi saham dan rekap diskusinya
- Event online bulanan
- Update porto founder jangka pendek, menengah, dan panjang setiap e bulan
Gabung Mikirsaham sekarang dengan klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini