Saham Perkapalan Booming, Pilih TMAS atau SMDR?
Saham perkapalan memang seru, tapi kita perlu lirik dua saham yang punya paket komplit di dunia logistik laut, yakni SMDR dan TMAS. Dari keduanya, mana yang paling oke ya?
Mikirduit – Saham SMDR dan TMAS menjadi dua saham sektor perkapalan yang mencatatkan kenaikan sekitar 26 persen hingga 30 persen dalam sebulan terakhir. Dari kedua itu, mana yang punya prospek lebih oke dalam jangka panjang?
Sektor perkapalan memang mendapatkan sentimen dari gangguan jalur di Yaman yang terhubung ke Terusan Suez karena serangan kelompok Houthi ke kapal Israel dan Amerika Serikat. Dengan begitu, kapal yang mau melewati jalur tersebut banyak yang memilih memutar keliling Afrika sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal itu berdampak terhadap tarif pengiriman kargo kontainer pun melejit dan dianggap menguntungkan ke saham seperti SMDR dan TMAS.
Jika sekadar membandingkan price to earning ratio (PE) maupun price to book value ratio (PBV), SMDR menjadi pilihan paling menarik karena lebih murah dan di bawah rata-rata 5 tahun historisnya. Namun, bagaimana dengan kinerja keuangan dan prospek bisnis masing-masing keduanya?aasdsad
Saham TMAS
Kinerja keuangan saham TMAS di 2023 tengah menantang. Hal itu disebabkan menurunnya aktivitas bongkar muat, serta jasa pelayaran internasional.
Sampai kuartal III/2023, pendapatan jasa bongkar muat turun 63,75 persen menjadi Rp418 miliar, sedangkan jasa pelayaran internasional turun 68,14 persen menjadi Rp170,79 miliar.
Penyelamat kinerja TMAS adalah bisnis jasa pelayaran domestik yang merupakaan kontributor terbesar ke pendapatan. Segmen jasa pelayaran domestik masih mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 28,57 persen menjadi Rp3,07 triliun. Kondisi itu yang membuat laba bersih TMAS pun terkoreksi sebesar 38,04 persen menjadi Rp632,77 miliar.
Penurunan kinerja TMAS itu berhubungan erat dengan arus ekspor-impor yang dinilai mengalami penurunan di 2023 dibandingkan dengan 2022.
Sementara itu, dari sisi cashflow dan risiko kredit, posisi saham TMAS masih cukup baik. Sampai kuartal III/2023, saham TMAS memiliki free cashflow sebesar Rp609 miliar. Lalu, dari sisi rasio utang berbunga terhadap ekuitas juga hanya 0,36 kali. Posisi itu lebih baik dibandingkan 2022 yang berada di level 0,47 kali.Penurunan itu terjadi karena TMAS mencatatkan penurunan utang berbunga sebesar 14,92 persen menjadi Rp896 miliar.
Sebenarnya, dengan penurunan drastis bisnis bongkar muat di 2023 bisa jadi ini posisi bottom di mana di 2024 bisa mulai tumbuh tipis. Sehingga, secara keseluruhan kinerja keuangan mulai tumbuh positif meski sangat tipis.
Sayangnya, kami menggarisbawahi posisi valuasi TMAS saat ini yang bisa dibilang cukup mahal. Price to earning ratio (PER)-nya tembus 12,1 kali. Angka itu cukup tinggi jika dibandingkan dengan SMDR maupun beberapa emiten perkapalan lainnya, meski secara historis masih di bawah rata-rata 5 tahunnya di 12,26 kali.
Namun, indikator mahal saham TMAS diperkuat dengan posisi price to book value (PBV) yang tembus 4,32 kali. Posisi itu paling tinggi di sektor perkapalan dan juga rata-rata 5 tahun TMAS sendiri, serta lebih tinggi dari rata-rata historis 5 tahunnya di 3,1 kali.
Meskipun begitu, dari perhitungan Discounted Cashflow Model Simply Wallstreet, harga saham TMAS dinilai masih undervalued dengan harga wajar di Rp288 per saham. Sehingga jika dibandingkan dengan posisi saat ini, ada peluang kenaikan hingga di atas 35 persen.
Saham SMDR
Kondisi kinerja SMDR bisa dibilang lebih buruk dibandingkan dengan kondisi TMAS. Pasalnya, secara bisnis, hampir semua lininya tertekan.
SMDR memiliki dua bisnis utama, yakni jasa pelayaran dan keagenan, serta jasa logistik dan pengangkutan. Bisa dibilang, harusnya dua lini utama SMDR ini hampir mirip dengan TMAS. Namun, kinerja bisnis pelayaran SMDR turun 39 persen menjadi 445 juta dolar AS, sedangkan jasa logistik naik 9,71 persen menjadi menjadi 110,32 juta dolar AS. Kemudian, jasa lainnya yang porsinya cukup kecil naik 36 persen menjadi 20,08 juta dolar AS.
Namun, kenapa kami sebut kinerja pendapatan TMAS lebih buruk dari TMAS? karena jika dilihat secara geografis, TMAS mencatatkan penurunan hampir diseluruh area.
Seperti, pendapatan dari daerah domestik turun 18,6 persen menjadi 298 juta dolar AS, dari Asean non Indonesia turun 40 persen menjadi 201 jtua dolar AS, dari Timur Tengah dan India turun 50,84 persen menjadi 71,29 juta, dan lainnya turun 33,97 persen menjadi 4,06 juta dolar AS.
Meski begitu, dari sisi cashflow dan risiko kredit, SMDR masih cukup bagus. Sampai kuartal III/2023, SMDR memiliki free cashflow senilai 63,06 juta dolar AS. Lalu, tingkat debt to equity ratio sebesar 0,27 kali.
Dari sisi utang berbunga, SMDR memang mencatatkan kenaikan sebesar 23 persen menjadi 181,31 juta dolar AS. Kenaikan itu didorong oleh penerbitan sukuk senilai Rp550 miliar.
Manajemen SMDR mengungkapkan, perseroan menerbitkan sukuk itu dengan rencana penggunaan dana 70 persen untuk beli kapal baru, dan 30 persen sisanya untuk refinancing utang lama yang memiliki biaya lebih tinggi.
Jika dibandingkan dengan TMAS, SMDR memiliki korelasi yang lebih kuat dengan perdagangan internasional. Kinerja SMDR berpotensi meningkat cukup drastis jika kondisi perdagangan internasional mulai pulih lagi. Serta, masalah kenaikan biaya logistik dan pelayaran di dunia akibat perang seharusnya memberikan dampak lebih besar ke SMDR dibandingkan dengan TMAS.
Apalagi, secara valuasi, SMDR memiliki posisi lebih murah dibandingkan dengan TMAS. Misalnya, price to earning ratio SMDR sebesar 4,74 kali sudah di bawah rata-rata 5 tahunnya. Lalu, SMDR juga memiliki PBV 0,85 kali jauh lebih murah dibandingkan dengan TMAS. Meski, jika dilihat secara historical, kondisi PBV SMDR sama seperti TMAS, yakni di atas rata-rata 5 tahunnya.
Menariknya, dari perhitungan discounted cashflow Simply Wallstreet, mereka memberikan harga wajar SMDR di angka Rp1.698 per saham. Dari sini, ada potensi kenaikan hingga 77 persen dari posisi harga per 18 Januari 2024.
Kesimpulan
Jika membandingkan keduanya antara TMAS dan SMDR, masing-masing memiliki potensi risiko yang berbeda. Namun peluangnya hampir sama, yakni kinerja keuangan berpotensi rebound di 2024 meski tipis dan mulai membaik di 2025 dengan asumsi tidak ada hal yang mengganggu ekonomi global dan domestik secara makro.
Risiko TMAS adalah valuasi saat ini cukup tinggi secara sektoral dengan risiko kinerja masih tertekan hingga rilis kuartal IV/2023 di Februari atau Maret 2024. Lalu, risiko SMDR adalah punya potensi penurunan laba bersih lebih dalam di 2023 dibandingkan dengan TMAS yang bisa direspons negatif oleh pelaku pasar.
Dari pertimbangan itu, kami lebih memilih SMDR dibandingkan dengan TMAS untuk timeframe jangka panjang. Alasannya, SMDR masih di posisi yang cukup murah. Lalu, tingkat dividen yield-nya pun lebih besar dibandingkan dengan TMAS.
Kalau kamu, lebih tertarik TMAS atau SMDR?
Kamu mau dapat pilihan saham dividen serta update outlook setiap bulan hingga 2024 atau 2025?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini