Saham Otomotif Sudah Tinggi, Hold Keras atau Take Profit?

Saham sektor otomotif jadi salah satu yang paling bullish tahun ini. Kira-kira apakah saatnya take profit atau hold keras yak? baca ulasan lengkapnya di sini.

Saham Otomotif Sudah Tinggi, Hold Keras atau Take Profit?

Mikirduit – Saham sektor otomotif dari penjual mobil hingga komponennya menjadi salah satu yang bullish di tahun ini. Tiga dari 7 saham otomotif dengan kapitalisasi pasar sudah mencatatkan kenaikan lebih dari 100 persen. Apakah ini tandanya take profit atau masih ada peluang kenaikan lebih tinggi lagi?

Ada tiga saham onderdil otomotif yang sudah rilis laporan keuangan kuartal II/2023. Pertama, PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO), PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA), dan kedua, PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM).

Saham AUTO memang mencatatkan kinerja keuangan semester I/2023 yang cukup sensasional setelah mencatatkan pertumbuhan laba bersih 85,33 persen menjadi Rp801,55 miliar.

Kenaikan laba bersih itu didorong oleh kemampuan AUTO menjaga beban pokok pendapatan lebih rendah, meski pendapatan tumbuh 9,34 persen menjadi Rp9,38 triliun. Hasilnya, laba kotor AUTO tumbuh 31,77 persen menjadi Rp1,48 triliun.

Selain itu, laba bersih AUTO ini juga didorong oleh pendapatan bagian laba bersih entitas asosiasi dan patungan yang tumbuh 41,89 persen menjadi Rp415 miliar.

AUTO memiliki beberapa investasi di entitasi asosiasi maupun perusahaan patungan. Seperti, Denso Indonesia, GS Battery, Akebono Brake Astra Indonesia, Kayaba Indonesia, dan Inti Ganda Pradana, serta entitas lainnya dengan kepemilikan lebih minoritas.

Di sisi lain, jika dilihat secara kuartalan, AUTO mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 14,9 persen menjadi Rp368 miliar dibandingkan kuartal I/2023. Namun, ini bukan pertanda buruk karena penurunan pendapatan kuartal kedua terjadi akibat banyaknya libur cuti bersama lebaran dan lainnya sehingga hari aktif kerja menjadi lebih sedikit.

Begitu juga dengan DRMA, perusahaan milik T.P Rachmat ini mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 140 persen menjadi Rp135 miliar. Kenaikan itu didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang sebesar 72 persen menjadi Rp2,74 triliun. Ditambah, manajemen biaya pokok pendapatan yang membuat laba kotor bisa tumbuh 124 persen menjadi Rp485 miliar.

Berbeda dengan AUTO dan DRMA, kinerja SMSM tidak seagresif anak usaha PT Astra International Tbk. (ASII) tersebut. Laba bersih SMSM hanya tumbuh 13,75 persen menjadi Rp429 miliar.

Kenaikan laba bersih itu lebih didorong pengelolaan biaya pokok pendapatan yang cukup baik. Sehingga, meski pendapatan tumbuh 7,48 persen menjadi Rp2,47 triliun, tetapi laba kotornya bisa naik 19,06 persen menjadi Rp847,42 miliar.

Namun yang menarik dari SMSM adalah mayoritas pasar penjualannya ke ranah ekspor. Berbeda dengan AUTO dan DRMA yang mayoritas justru ke domestik.

BACA JUGA: Menelisik Tanda-tanda Kebangkitan Sektor Otomotif

Prospek Sektor Komponen Otomotif

Gairah sektor komponen otomotif ini beriringan dengan tren permintaan otomotif di pasar. Beberapa faktor pendorong permintaan otomotif salah satunya banyak promosi yang dilakukan perusahaan pembiayaan.

Dalam riset Mirae Sekuritas, pertumbuhan pembiayaan otomotif BBCA naik 11,5 persen sepanjang 2023 dan 19,2 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Kenaikan itu didorong oleh promo PT BCA FInance yang menawarkan suku bunga pinjaman 3 persen sampai 4,25 persen per tahun untuk mobil baru.

Selain itu, secara industri, penjualan kendaraan juga mencatatkan kenaikan yang tinggi. Misalnya, penjualan motor sepanjang semester I/2023 tumbuh 42 persen menjadi 3,2 juta unit.

Untuk pertumbuhan penjualan mobil memang tidak sebesar motor. Sepanjang semester I/2023 hanya mencatatkan kenaikan 6,5 persen menjadi 505.985 unit. Menariknya, penjualan bulanan mobil tetap tumbuh 0,6 persen menjadi 82.581 meski ada libur panjang.

Dari segi pertumbuhan yang cukup signifikan, terutama dari motor itu, didorong oleh basis pertumbuhan di 2022 yang rendah. Pasalnya, pada 2022 masih ada gangguan pasokan semikonduktor ditambah mobilitas masyarakat yang lebih rendah. Jadi, 2023 ini bisa menjadi titik balik kinerja saham sektor otomotif, termasuk komponennya.

Mirae mengekspektasikan penjualan motor bisa tumbuh 34 persen pada tahun ini, sedangkan penjualan mobil bisa terjaga di 3-4 persen sepanjang tahun ini.

BACA JUGA: Geng Pebisnis Terbesar dan Tercuan di Indonesia

Masih Ada Sedikit Lagi Ruang Kenaikan di AUTO dan DRMA?

Mandiri Sekuritas dalam risetnya pada 21 Juli 2023 masih merekomendasikan beli untuk saham AUTO dan DRMA. Alasannya, tren produksi mobil penumpang dalam negeri berpotensi terus naik. Hal itu dipicu oleh pemulihan permintaan pasar dalam negeri dan permintaan yang kuat dari pasar ekspor.

Hal itu terlihat dari angka produksi mobil penumpang Indonesia pada 2022 yang tumbuh 31 persen. Pabrik produksi mobil juga mencatatkan kenaikan penggunaan kapasitas produksi menjadi tembus 63 persen, melewati posisi kapasitas sebelum pandemi, yakni 58 persen.

Bahkan, pabrik Toyota dan Daihatsu mencatatkan penggunaan kapasitas produksi mencapai 103 persen karena memiliki pasar ekspor yang cukup kuat dengan pangsa pasar 60 persen. Lalu, Mitsubishi, Honda, Isuzu, dan Hyundai mencatatkan  penggunaan kapasitas produksi hingga tembus di atas 50 persen, sedangkan merek lainnya memanfaatkan kapasitas produksi di bawah 50 persen.

Mandiri Sekuritas pun memasang target price untuk DRMA di Rp1.600 dan AUTO di Rp3.400 yang didapatkan dari valuasi dengan metode Sum of Total Parts (SOTP). Ini adalah metode valuasi yang digunakan untuk menilai perusahaan dengan cara memecah nilainya menjadi bagian terpisah.

Adapun, kedua saham itu direkomendasikan karena memiliki keterkaitan dengan produksi mobil di PT Astra International Tbk. (ASII).

ASII sendiri menjadi salah satu saham yang paling diuntungkan dari kebangkitan bisnis ini. Pasalnya, ASII memegang pangsa pasar cukup dominan di sektor otomotif Indonesia.

Dari catatan Mirae Sekuritas, ASII mencatatkan pangsa pasar di sektor otomotifnya pada semester I/2023 naik menjadi 54,9 persen dibandingkan dengan 54,5 persen pada periode sama tahun lalu. Kenaikan pangsa pasar itu didorong oleh dua faktor utama:

  • Promosi agresif dealer Toyota dan Daihatsu
  • Penurunan penjualan dari Mitsubishi dan Wuling akibat belum merilis produk baru hingga semester I/2023

Kesimpulan

Sepanjang tahun ini, AUTO dan DRMA sudah mencatatkan kenaikan harga saham masing-masing 114 persen dan 168 persen. Sebuah kenaikan yang signifikan.

Di sisi lain, SMSM baru naik 28,66 persen, serta ASII yang juga baru naik 14 persen. Di luar itu, ada saham otomotif lainnya yang sudah cukup ngebut, yakni PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) yang naik 104 persen.

Kalau begitu, apakah masih ada ruang untuk naik lagi atau malah saatnya ambil untung?

Balik lagi, apa rencanamu masuk ke saham-saham otomotif tersebut. Investasi atau trading.

Jika sudah punya dengan plan trading:

  • Saham DRMA: Jika mengacu ke target price dari Mandiri Sekuritas, ruang kenaikan DRMA hanya 3,22 persen. Berarti lebih baik segera take profit sesuai dengan masing-masing metode. [menunggu di support dan sebagainya]
  • Saham AUTO: jika mengacu ke target price dari Mandiri Sekuritas, ruang kenaikan AUTO masih ada sekitar 11 persen. Artinya, bisa bikin plan jika take profit di Rp3.150 - Rp3.200 kecuali tiba-tiba breakout, dan otomatis take profit ketika turun ke bawah Rp3.000.

Jika belum punya tapi ingin trading:

  • Posisi DRMA sama AUTO sudah ketinggian, mending cari saham lainnya yang lebih menarik aja.

Jika sudah punya dengan plan investing

  • Saham DRMA: Kalau pegang harga bawah lebih baik hold keras sampai pembagian dividen tahun depan. Kami ekspektasi laba bersih DRMA bisa tumbuh 146 persen menjadi Rp971 miliar pada 2023. Dengan asumsi dividen payout ratio DRMA sebesar 25 persen dari laba bersih, berarti dividen per sahamnya akan menjadi Rp51,58 per saham. Bayangkan, jika kamu pegang di harga Rp600 per saham (di awal tahun) atau Rp1.000 per saham di sekitaran April 2023, sudah bisa dapat dividen yield sekitar 5-8 persen.
  • Saham AUTO: Kalau pegang harga bawah juga lebih baik hold keras sampai pembagian dividen tahun depan. Kami ekspektasi laba bersih AUTO di 2023 tumbuh 21 persen menjadi Rp1,6 triliun. Dengan asumsi dividen payout rationya 40 persen dari laba bersih, berarti dividen per sahamnya menjadi Rp133 per saham (gabungan antara interim dan final). Dengan begitu, dividen yield jika pegang dari awal tahun di sektiar Rp1.400 per saham atau Mei 2023 di sekitar Rp2.000 per saham, itu sudah bisa dapat dividen yield sekitar 6-9 persen.
Secara valuasi, saham sektor otomotif cenderung sudah mahal. 

Jika belum punya dengan plan investing

Dalam kondisi begini, jika kamu yakin banget dengan prospek DRMA dan AUTO bisa mulai cicil beli secara bertahap. Namun, valuasi harga keduanya udah terlanjur tinggi banget. Jadi, kami menyarankan bisa lirik saham otomotif lainnya seperti:

  • Saham SMSM: Kinerja keuangan SMSM memang tidak mencolok seperti AUTO maupun DRMA. Namun, kinerja saham ini konsisten naik secara bertahap. Meski, posisi harganya saat ini sudah tidak murah lagi, tapi jika cicil bertahap, kita akan mendapatkan kesempatan menikmati dividen 4 kali setahun. Kalau ditotal dengan harga saat ini, total dividen 4 kali setahun ini setara dengan yield sekitar 5 persen. Persentase itu jauh lebih besar dibandingkan dengan prospek dividen yield DRMA dan AUTO dengan harga saat ini yang sekitar 3-4 persen.
  • Saham ASII: pilihan lainnya adalah induk dari AUTO, yakni ASII. Dengan bergairahnya sektor otomotif, ASII yang juga punya bisnis jual-beli mobil secara langsung bakal diuntungkan. Apalagi, melihat target price dari Mirae Sekuritas dan Mandiri Sekuritas yang pasang di sekitar Rp7.500 sampai RP9.500 per saham. Artinya ruang penguatan ASII paling besar. Meski, kami melihat paling realistis ASII maksimal ke Rp7.500 per saham sehingga peluang kenaikannya bisa sekitar 14,99 persen. Paling ingat, ASII ini bisnisnya konglomerasi, meski diuntungkan dari sektor otomotif, tapi ASII berpotensi mendapatkan tekanan di sektor pertambangan. (meski secara pribadi, kami menilai harga saham ASII sudah cukup mahal)

Nah, dari saham otomotif ini, kamu sudah siap take profit atau malah baru mau masuk?

Referensi