Saham NRCA dan SRTG Tersengat SSIA, Ini Deretan Saham Related Kawasan Subang

Saham NRCA dan SRTG menguat selaras dengan laju saham SSIA yang ngebut dalam beberapa hari terakhir. Lalu, kenapa bisa begitu dan apakah ada saham lainnya?

Saham SSIA, NRCA, dan SRTG

Mikirduit – Kenaikan harga saham SSIA yang cukup drastis membuat beberapa saham lainnya yang memiliki keterkaitan juga ikut menguat. Selain itu, SSIA memecahkan rekor sebagai saham yang tidak punya pengendali, tapi bisa mampu naik lebih tinggi. Apa yang terjadi dengan SSIA dan apa saja saham yang terkait dengan SSIA?

Highlight
  • Saham SSIA berhasil melonjak 251% dalam 3 bulan meskipun tanpa pengendali, berkat komposisi pemegang saham besar yang beragam dan potensi proyek kawasan industri.
  • Kenaikan SSIA turut mendorong saham NRCA (anak usaha konstruksi SSIA) dan SRTG (pemegang saham NRCA) karena potensi proyek baru dan belanja modal besar.
  • Saham SMDR dan INDY ikut disebut sebagai proxy SSIA melalui keterlibatan di Pelabuhan Patimban, namun korelasinya masih jauh lebih lemah dibanding NRCA dan SRTG.
  • Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini

SSIA menjadi salah satu emiten yang tidak memiliki pengendali. Namun, nasib saham SSIA tidak seperti dua saham tanpa pengendali lainnya, yakni CARS dan HKMU. Saham SSIA mampu mencatatkan kenaikan 251 persen dalam hampir 3 bulan terakhir.

Secara rinci, saham SSIA memiliki free float sebesar 73 persen. Sisanya, saham tersebut dimiliki oleh:

  • PT Arman Investments Utama sebesar 8,52 persen
  • Intrepid Investments Ltd 8,2 persen
  • PT Persada Capital Investama 7,85 persen (Dimiliki Arini Subianto)
  • PT Chandra Asri Pacific Tbk. 5,58 persen (Dimiliki Prajogo Pangestu)
  • PT Dwimuria Investama Andalan 5,45 persen (Dimiliki Grup Djarum)
  • Henan Putihrai Aset Management 5,92 persen (Sempat ada milik TPIA dalam bentuk PDNI atau Pengelolaan Dana Nasabah Individu dalam produk reksa dana Henan di SSIA ini)

Dalam komposisi ini, ada kelebihan porsi pemegang saham sebesar 14 persen yang diperkirakan mengambil dari porsi publik nantinya.

Dalam komposisi ini, tidak ada pengendali akhir dari SSIA. OJK pun sudah menyenggol perusahaan kawasan industri ini sejak Agustus 2021. Namun, dari penuturan manajemen hingga Januari 2024, perseroan memang belum proses mencari pemegang saham pengendali.

Dalam keterangan Head Investor Relation-nya Erlin Budiman menjelaskan, Johannes Suriadjaja sebagai CEO dan perwakilan founders menjadi pemegang saham utama telah memimpin perusahaan sejak 2001 hingga saat ini. 

SSIA didirikan oleh Benjamin Suriadjaja, yang merupakan adik dari William Suriadjaja yang merupakan pendiri Astra. 

Di sisi lain, salah satu risiko saham tanpa pengendali adalah bisa menghambat arah kebijakan perusahaan. Pasalnya, tidak ada pemegang saham pengendali berarti tidak ada pihak yang menentukan arah kebijakan perusahaan.

Apalagi, kondisinya kepemilikan saham SSIA yang makin beragam dan dimiliki oleh pemegang saham besar seperti Prajogo hingga Grup Djarum. Meski, Grup Djarum juga investor strategis dari salah satu anak usaha SSIA juga.

Proxy Saham SSIA yang Mulai Terseret Naik

Saham SSIA terus mencatatkan kenaikan sejak Mei 2025 hingga penutupan 15 Juli 2025. Total kenaikan mencapai 251 persen. 

Kenaikan saham SSIA juga sudah menyeret beberapa nama emiten terkait seperti NRCA hingga SRTG. Apa hubungan kedua saham tersebut dengan saham SSIA?

NRCA adalah emiten kontraktor bangunan yang 63,94 persen sahamnya dimiliki oleh SSIA, yang juga menjadikan saham emiten kawasan industri tersebut sebagai pengendali.

Namun, apakah hanya dimiliki oleh SSIA membuat NRCA juga mencatatkan kenaikan harga yang signifikan?

Korelasinya bukan sekadar SSIA menjadi pemilik NRCA, tapi ada potensi proyek-proyek SSIA menggunakan jasa emiten konstruksi tersebut.

Apalagi, kenaikan NRCA bersamaan dengan tanggal pengumuman daftar proyek baru yang diterima perseroan. Biasanya NRCA mengumumkan perkembangan proyek baru pada sekitar tanggal 20-an. Artinya, pada kisaran 20 Juli nanti akan di-update perkembangan proyek baru per Juni 2025.

Dari catatan terakhir, NRCA mencatatkan nilai kontrak baru sekitar Rp1,21 triliun per akhir Mei 2025. Beberapa proyek baru yang didapatkan perseroan hingga Mei 2025 antara lain:

  • New Plant Astra Honda MOtor di DMAS
  • Infrastruktur Subang Metropolitan
  • Struktur Grand Lucky Pekan Baru
  • Gedung Parkir dan Kampus Plaza E Gunadarma Depok
  • Holiday Inn Express Bandung
  • Residence Mandarin Oriental Pandawa Bali
  • OMC Building IKK Pindodeli Karawang
  • Industrial Office Building dan Facility milik CPIN di Jakarta

Jumlah itu berpotensi bertambah mengingat SSIA, induk dari NRCA, punya

Rencana anggaran belanja modal sekitar Rp3,6 triliun yang rinciannya Rp2,4 triliun untuk kawasan industri, terutama di Subang, dan Rp1,1 triliun untuk pembangunan Melia di Bali. Angka belanja modal itu tergolong besar mengingat nilai di 2024 sekitar Rp1,3 triliun.

Lalu, lebih detailnya lagi, dari total Rp2,4 triliun untuk kawasan industri, sebanyak 30 persen-nya untuk akuisisi lahan baru. Sementara itu, sisanya untuk pengembangan infrastruktur lahan. Jika ada tambahan proyek baru dari SSIA untuk NRCA bisa mengubah prospek saham konstruksi tersebut.

Di sisi lain, setelah NRCA mencatatkan auto reject atas (ARA) pada 15 Juli 2025, harga saham SRTG juga mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan dari biasanya, yakni mencapai 5,63 persen.

Kenaikan saham SRTG memiliki hubungan yang erat dengan kenaikan harga saham NRCA, Pasalnya, NRCA adalah salah satu portofolio dari SRTG. Perusahaan investasi milik Edwin Soeryadjaya itu memegang 6,97 persen saham NRCA.

Di luar korelasi yang kuat antara SSIA-NRCA-SRTG, ada satu saham lagi yang punya kaitan dengan SSIA meski secara tidak langsung, yakni SMDR dan INDY.

SMDR punya kaitan dengan SSIA terkait hubungan pengelolaan pelabuhan Patimban dengan keberadaan kawasan industri milik SSIA di Subang. SMDR menjadi salah satu bagian konsorsium yang akan membangun terminal Peti kemas di Pelabuhan Patimban dengan nilai 1 miliar dolar  AS atau setara Rp16,58 triliun.

Konsorsium tersebut membentuk perusahaan patungan bernama PT Patimban Global gateway Terminal. Konsorsium SMDR itu terdiri dari Africa Global Logistics SAS, Toyota Tsusho Corporation, dan SMDR. Dalam perusahaan patungan itu, porsi SMDR cukup kecil, hanya 21 persen, sehingga hanya akan dianggap sebagai entitas asosiasi perseroan.

Di sisi lain, INDY juga terhubung dengan SSIA karena menjadi salah satu konsorsium pengelola pelabuhan Patimban di Subang. INDY melalui PT Indika Logistic dan Support Service menjadi konsorsium bersama PT CTCorp Infrastruktur, PT U Conectivty Service, PT Terminal Petikemas Surabaya menjadi pemegang saham PT Pelabuhan Patimban Internasional. Porsi INDY dalam konsorsium tersebut hanya 29 persen, sehingga statusnya menjadi entitas asosiasi.

Pelabuhan Patimban ini dalam periode pembangunan dengan periode 2021-2026 atau bertepatan dengan rampungnya pabrik BYD di Indonesia.

ITMG Borong 9 Persen Saham NICE, Begini Hitungan Untung-Ruginya
ITMG akuisisi 9 persen saham NICE melalui pasar reguler. Lalu, apakah dampaknya dari transaksi ini ke saham NICE maupun ITMG?

Kesimpulan

Apalah INDY dan SMDR bakal menyusul kenaikan saham SSIA? jawabannya belum tentu karena korelasi antara SSIA dengan INDY dan SMDR cukup jauh alias tidak sedekat dengan NRCA maupun SRTG. Namun, jika jadi pilihan trader yang mencari proxy yang berelasi dengan SSIA, bisa jadi SMDR dan INDY mencatatkan kenaikan tipis-tipis.

Catatannya, saham INDY mungkin akan menarik pada 2026 karena bakal panen beberapa story mulai tambang emas hingga mulai operasionalnya pelabuhan Patimban. Sehingga jika bisa mendapatkan saham INDY di harga murah bisa jadi pilihan yang menarik. Meski, secara fundamental, INDY tengah mencatatkan penurunan kinerja signifikan setelah mulai transisi bisnis batu bara ke bisnis yang berhubungan dengan energi hijau, termasuk kendaraan listrik.

Mau dapat update pilihan saham bulanan hingga insight saham real time sesuai dengan kebutuhan?

Kamu juga bisa diskusi saham real-time, insight saham yang menarik, hingga pilihan saham bulanan. Mau dapat list lengkapnya sekaligus konsultasi dengan Mikirduit? yuk join Mikirsaham sekarang juga dengan klik di sini dan dapatkan semua benefit ini:

  • Pilihan saham dividen, value, growth, dan contrarian
  • Kamu bisa tanya lebih detail alasan pemilihan saham tersebut
  • Curhat soal kondisi porto-mu
  • Update perkembangan market secara real-time
  • Konfirmasi isu yang kamu dapatkan dan impact-nya ke saham terkait

Semua itu bisa didapatkan dengan gabung Mikirsaham, Join sekarang dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

💡
Mau Fitur Propicks AI untuk Mendapatkan Stockpick Saham AS yang Menarik, serta data harga wajar saham di Indonesia hingga AS, kamu bisa dapatkan semua itu klik link di sini