Saham INDY Mode Ekspansi, Harga Super Murah, Menarik?

INDY menjadi salah satu saham batu bara yang sudah murah. Namun, INDY sudah melepas 3 anak usahanya dari MBSS, PTRO, hingga salah satu tambang batu baranya. Kalau begitu, apakah saham ini masih punya prospek?

Saham INDY Mode Ekspansi, Harga Super Murah, Menarik?

Mikirduit – Saham INDY atau PT  Indika Energy Tbk. sudah turun 40 persen dalam setahun terakhir. Secara valuasi, saham INDY menjadi saham bisnis batu bara yang termurah kedua setelah PT ABM Investama Tbk. (ABMM). Apakah, saham INDY sudah murah dan menarik? 

Saham INDY bisa kita bilang sudah berada di level murah karena dari segi price to earning ratio dalam 12 bulan terakhir (dari rilis laporan keuangan kuartal III/2023) itu sekitar 2,07 kali. Level PE ini, kami nilai sudah cukup murah karena berada di bawah rata-rata PE 5 tahun, serta posisi INDY masih mencatatkan laba bersih. Pasalnya, standard deviasi minus 1 PE INDY dalam 5 tahun terakhir itu berada di level negatif atau rugi. 

Dari segi price to book value (PBV), saham INDY juga sudah cukup murah dengan PBV 0,37 kali di bawah standard deviasi minus 1 dalam 5 tahun terakhir yang ada di 0,42 kali. Pertanyaannya, apakah saham INDY bisa bangkit?

Menelaah Strategi Bisnis INDY

Masalahnya INDY dihargai sangat murah saat ini karena transformasi bisnis yang dilakukannya cukup agresif. Di mana, transformasi bisnis itu bisa saja berisiko mendorong bisnisnya merugi jika harga komoditas terus menurun. 

Dalam 3 tahun terakhir, INDY terus menjual aset terkait bisnis batu baranya seperti, 51 persen saham PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS) kepada PT Galley Andhika Arnawarna senilai 41,31 juta dolar AS pada 8 Oktober 2021. Lalu, menjual 69,8 persen saham PT Petrosea Tbk. (PTRO) kepada PT Caraka Reksa Optima pada 2022 senilai 146,58 juta dolar AS. 

Teranyar, INDY juga menjual PT Multi Tambangjaya Utama alias MUTU ke perusahaan milik Prajogo Pangestu PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. senilai 218 juta dolar AS. Multi Tambangjaya Utama adalah pertambangan bituminious thermal dan cooking coal di Kalimantan Tengah dengan area konsensi mencapai 24.970 hektar. 

Transaksi ini memang membuat INDY mendapatkan dana segar untuk membangun bisnis lainnya, tapi dalam proses transisi ini bisa membuat kinerja INDY mengalami penurunan cukup drastis. Pasalnya, aset yang dijual INDY memiliki kontribusi pendapatan cukup besar ke perseroan. 

Jika dilihat tren kinerja INDY di 2020 saat masih dalam full bisnis batu bara, kontribusi terbesar pendapatannya berasal dari bisnis batu bara tersebut sebesar 65,6 persen, sedangkan jasa energi dari bisnis kontraktor pertambangan seperti PTRO berkontribusi sebesar 31,08 persen. Sisanya, sebesar 2,77 persen dari bisnis pembangkit listrik yang dijalankan MBSS, dan 0,53 persen dari bisnis baru yang mulai dikembangkan INDY. 

Sumber pendapatan INDY pun mengalami perubahan total di kuartal III/2023. Kontribusi bisnis sumber daya energi dari pertambangan batu bara ke pendapatan naik menjadi 85,46 persen. Sementara dari jasa energi turun hanya tersisa 8 persen. Sisanya, pendapatan dari logistik dan infrastruktur energi berkontribusi sebesar 3,83 persen. 

Lalu, bisnis barunya dari tambang mineral, bisnis hijau, dan ventura digital secara keseluruhan baru berkontribusi sebesar 2,68 persen dari portofolio pendapatan INDY.

Jika menggabungkan pendapatan dari bisnis logistik dan infrastruktur yang terdiri dari bisnis pengoperasian pembangkit listrik, jasa perpindahan kapal tunda dan tongkang, operasi jetty dan pemeliharaan, manajemen persediaan batu bara, peralatan penunjang, operasi dan pemeliharaan pabrik dan alat berat, serta penanganan limbah, dengan bisnis di pertambangan mineral dan hijau, serta modal ventura. Kontribusinya hanya kurang dari 10 persen. Padahal, perseroan menargetkan bisa mencatatkan pertumbuhan bisnis di sektor non-batu bara bisa tembus 50 persen di 2025.    

Lalu apakah mungkin bisnis non-batu bara INDY bisa berkontribusi sebesar 50 persen dari total pendapatan perseroan di 2025?

Rencana Diversifikasi Bisnis 10 Saham Batu Bara Terbesar
Berikut ini ada 10 saham batu bara terbesar dengan rencana diversifikasi bisnis di luar batu bara atau hilirisasinya. Mana yang paling menarik untukmu?

Deretan Ekspansi INDY di Bisnis Baru

INDY melakukan beberapa aksi untuk mengurangi porsi pendapatan batu baranya seperti, mengembangkan tambang emas milik Masmindo Dwi Area. Tambang emas ini diperkirakan bisa berproduksi secara komersial pada 2025 dengan total investasi diperkirakan tembus 300 juta dolar AS. 

Lalu, INDY juga punya tambang bauksit di Kalimantan Barat melalui PT MEK KG Mining. Kapasitas tambang bauksitnya sekitar 1 juta ton per tahun. Total investasi yang telah digelontorkan INDY untuk tambang bauksit tersebut sekitar 14,7 juta dolar AS. 

INDY juga mengakuisisi perusahaan perdagangan nikel PT Rockgeo Energi Nusantara pada 2021. Volume perdagangan nikel Rockgeo disebut mencapai 44.000 wet metrik ton bijih nikel di kuartal I/2023. Total investasi INDY di perusahaan ini hingga kuartal I/2023 senilai 3,2 juta dolar AS.

Selain bisnis mineral, INDY juga punya bisnis hijau seperti PT EMITS yang menyediakan jasa instalasi solar panel. Perseroan disebut telah mendapatkan kontrak hingga 51 megawatt peaks dengan target bisa tembus 500 megawatt peaks pada 2025. Total investasi di sini sekitar hingga 2023 sekitar 3,7 juta dolar AS. 

Lalu, INDY juga punya Indika Nature yang telah akuisisi 4 konsesi HTI seluas 170.000 hektar untuk produksi wood pellet dan biomassa, serta punya potensi untuk carbon credit trading. INDY sudah menanam sekitar 7.500 hektar pohon kaliandra untuk fase pertama dan akuisisi PT Nusantara Aromatik Nusantara, produsen minyak atisiri. Total investasi di sini sekitar 43,4 juta dolar AS. 

Di luar itu, perseroan memiliki tiga entitas terkait kendaraan listrik, yakni ALVA untuk produksi kendaraan listrik dengan total investasi 20,7 juta dolar AS, FIM sebagai manufaktur bus listrik dan baterai dengan investasi 2,6 juta dolar AS, serta Energi Makmur Buana yang merupakan distributor bus listrik dan fasilitas pendukung dengan investasi sekitar 1,3 juta dolar AS. 

Untuk di bisnis bus listrik, INDY tidak memegang 100 persen saham FIM dan Energi Makmur Buana. Perseroan hanya memegang 60 persen di FIM dan 51 persen di Energi Makmur Buana. Kedua perusahaan itu hasil kerja sama dengan Foxconn, dan produk bus yang dirilis adalah bus Foxtron, Edison Motors, dan penyedia fasilitas pengisian listrik dengan brand Daeyong Chaevi dan AC untuk bus listrik dengan merk BOA. 

Total investasi yang telah digelontorkan INDY untuk bisnis barunya hingga Maret 2023 itu sekitar 215,8 juta dolar AS. Namun, INDY masih punya dana segar sekitar 200 juta dolar AS untuk ekspansi bisnis baru hasil penjualan MUTU. 

Jadi, INDY bisa mencapai target pendapatan non-batu bara berkontribusi 50 persen di 2025?

Jawabannya bisa jika bisnis barunya bisa tumbuh eksponensial dari rata-rata pertumbuhan 3 tahun terakhir. 

Dengan menggunakan data 2022 hingga kuartal III/2023, kami menilai bisnis non-batu bara INDY memiliki rata-rata pertumbuhan sekitar 90 persen hingga 150 persen per tahun. Jika pertumbuhan ke depannya masih di sekitaran itu, INDY hanya akan mencatatkan kontribusi pendapatan dari non-batu bara mencapai 20,87 persen di 2025. 

Artinya, bisnis baru INDY harus tumbuh lebih cepat dari rata-rata 2 tahun terakhir yang di angka 90-150 persen per tahun. Atau, skenario lainnya adalah pendapatan batu bara INDY turun drastis sehingga kenaikan rata-rata bisnis non-batu bara INDY bisa mencatatkan kontribusi hingga 50 persen di 2025. 

Jadi, apakah ini hal positif atau negatif untuk INDY?

Prospek 5 Saham Nikel di Tengah Wacana Pangkas Produksi
Oversupply nikel terlalu berlebihan hingga muncul wacana untuk pangkas produksi demi mendorong harga nikel kembali naik. Gimana prospek saham nikel selanjutnya?

Prospek INDY

Dari ekspansi INDY di bisnis non-batu bara itu, kami menilai dalam 3 - 5 tahun ke depan, INDY berpotensi mendapatkan pendapatan tambahan dari: 

  • Tambang emas (ekspektasi mulai 2025)
  • Tambang bauksit
  • Carbon credit jika sudah mulai efektif dan berjalan
  • Ekosistem kendaraan listrik dari baterai, kendaraan roda dua, bus, penyedia charging station, hingga onderdil kendaraan listrik

Dengan prospek itu, bisnis INDY sebenarnya akan lebih sustainable dibandingkan dengan emiten batu bara yang masih fokus 100 persen di batu bara. Meski, ya industri batu bara masih punya potensi tumbuh selama 3-5 tahun ke depan dan mulai melambat dalam 10 tahun ke depan. 

Namun, ada beberapa tantangan bagi INDY, yakni dalam pengembangan bisnis baru ini, bagaimana strategi pendanaan INDY. Jika INDY mendapatkan pendanaan eksternal, bisa jadi porsi INDY di perusahaan bisnis barunya berkurang sehingga keuntungan yang didapatkan kurang optimal. Meski, jalan tersebut lebih rendah risiko ketimbang meningkatkan eksposure utang INDY yang sudah hampir 1 kali dari total ekuitas. (catatan per kuartal III/2023 tingkat DER INDY sudah mencapai 0,93 kali).

Di luar itu, persaingan memasuki bisnis hijau dari segi kendaraan listrik dan pendukungnya, energi hijau seperti instalasi solar panel dan sebagainya itu juga cukup ketat. Apakah INDY bisa menjadi pemain yang signifikan? 

Apalagi, dari aksi ekspansi ini, margin keuntungan INDY terus turun. Hingga kuartal III/2023, gross profit margin INDY turun menjadi 19,13 persen dibandingkan dengan 34,66 persen  pada periode sama tahun sebelumnya. Lalu, net profit turun menjadi 4 persen dibandingkan dengan 10,79 persen.

Menurut konsensus analis, kinerja INDY masih berpotensi melanjutkan penurunan di 2024. Pendapatan diperkirakan turun 15 persen, laba kotor turun 37 persen dengan kondisi gross profit margin menjadi 9,55 persen. Serta, laba bersih per saham turun 24 persen menjadi Rp624 per saham. 

Jika PE wajar INDY berada di 2 kali, dengan proyeksi EPS di Rp624 per saham, berarti harga wajar INDY Rp1.248 per saham. Posisi ini bisa dijadikan acuan untuk mengukur berapa risiko yang bisa diterima jika membeli saham INDY di harga saat ini. 

Di sisi lain, konsensus analis mematok target saham INDY bisa sekitar Rp1.850 per saham. 

Kami menilai jika ingin hold saham INDY hingga 5 tahun, harga saat ini sudah cocok untuk masuk beli. Dengan risiko harga saham bisa saja turun lebih dalam jika ekspansi yang dilakukan tidak mampu mendorong kinerja keuangan INDY menjadi lebih baik hingga 5 tahun ke depan. 

Lalu, risiko lainnya adalah jangan berharap INDY bisa royal bagi dividen selama beberapa tahun ke depan. Alasannya, dengan mode ekspansi saat ini INDY bisa saja menciutkan sementara pembagian dividennya. Secara siklus, INDY sempat beberapa kali puasa dividen seperti di 2014-2017, dan 2021. 

Apakah kamu tertarik untuk mencari peluang gain besar dari harga bawah INDY saat ini? sebagai tambahan, target harga tertinggi INDY dari konsesus analis ada yang di Rp2.700 per saham. Namun ingat bukan berarti harga sahamnya 100 persen bisa ke sana ya.

DISKON UNTUK PEMBURU SAHAM DIVIDEN DI BULAN PENUH CINTA

Kami berikan promo untuk member baru dengan potongan harga hingga Rp200.000 langsung hingga Akhir Februari 2024. (kuota promo terbatas siapa cepat dia dapat)

baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini