Rencana Diversifikasi Bisnis 10 Saham Batu Bara Terbesar

Berikut ini ada 10 saham batu bara terbesar dengan rencana diversifikasi bisnis di luar batu bara atau hilirisasinya. Mana yang paling menarik untukmu?

Rencana Diversifikasi Bisnis 10 Saham Batu Bara Terbesar

Mikir Duit – Saham batu bara memang lesu banget sepanjang tahun ini. Tercatat, dari 15 saham batu bara terbesar, hanya PT Dian Swastika Sentosa Tbk. (DSSA) yang sangat tidak likuid, serta PT ABM Investama Tbk. (ABMM) yang masih hijau sepanjang tahun ini. Kira-kira, apakah saham batu bara akan masuk ke periode sunset seperti saham rokok? kami akan ulas masa depan 10 saham batu bara dengan kapitalisasi pasar terbesar di sini.

PT Bayan Resources Tbk. (BYAN)

Saham BYAN sudah memiliki beberapa rencana besar untuk pengembangan bisnisnya seperti:

  • Mengoptimalkan produksi batu bara kalori rendah yang peminatnya mulai turun untuk diolah menjadi produk petrokimia. Dengan begitu, produksi batu bara kalori rendah BYAN bisa tetap terserap menjadi omzet sehingga kinerja keuangannya tetap terjaga.
  • BYAN ekspansi mendorong lini bisnis logistik pengiriman komoditas, terutama komoditas.
  • BYAN melirik potensi ekspansi bisnis ke energi baru terbarukan (EBT). Ada peluang BYAN akan memilih pengembangan bisnis solar panel atau pembangkit listrik tenaga surya. Hal itu semakin mungkin terjadi karena pemilik BYAN, yakni Low Tuck Kwong memiliki perusahaan pembangkit listrik tenaga surya, yakni Metis Energy Ltd. Kini, Metis sudah ekspansi bisnis ke beberapa negara seperti Australia, Filipina,Vietnam, hingga Bangladesh. Dengan expertise itu, bukan tidak mungkin BYAN akan memegang bisnis Metis Energy di Indonesia untuk berkolaborasi dengan PLN.

BACA JUGA: Begini Prospek Saham Dividen Jumbo yang Kamu Buru Pas  Cum-dividennya Kemarin

PT Adaro Energy Tbk. (ADRO)

Saham ADRO memiliki beberapa rencana diversifikasi bisnis di luar batu bara. Sebenarnya, ADRO sempat berencana melakukan hilirisasi batu bara dengan gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Namun, wacana itu batal, mengingatkan pasar produk itu kecil dan lagi pula gasifikasi batu bara berpotensi masih menghasilkan karbon. Pihak ADRO menilai secara komersial, prospek DME agak sulit berkelanjutan. Untuk itu, ada beberapa rencana ADRO untuk menutup risiko turunnya permintaan batu bara.

  • ADRO diversifikasi bisnis ke smelter aluminium melalui PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR). Nantinya, hasil dari produksi aluminium olahan via smelter ADMR itu bisa masuk ke dalam ekosistem rantai pasokan kendaraan listrik. Walaupun, proyek smelter aluminium itu sempat viral karena masih menggunakan PLTU. Padahal, penggunaan PLTU-nya hanya sementara sampai pembangkit listrik tenaga air yang dibangun rampung. Adapun, target komersial smelter aluminum ADMR ini ditargetkan pada 2025.
  • ADRO juga serius untuk menguasai pasar pembangkit listrik tenaga air. Buktinya, ADRO bergabung dengan konsorsium joint venture di perusahaan PLTA terbesar Indonesia, yakni PT Kayan Hydropower Nusantara pada November 2022. ADRO disebut memegang 50 persen saham dari perusahaan tersebut. Kayan Hydropower Nusantara disebut akan menggarap pembangunan PLTA berkapasitas 1.375 megawatt di Kalimantan utara. Targetnya, pembangunan dilakukan mulai kuartal I/2024 dan sudah bisa mengalirkan listrik pada akhir 2029.
  • ADRO juga berencana mengembangkan solar PV supply chain di Indonesia. Pengembangan ini didorong oleh kebutuhan Singapura akan listrik dari sumber EBT. ADRO mencoba menangkap pasar itu dan akan memberikan harga tinggi dibandingkan untuk Indonesia. Jadi, ADRO berencana membangun Adaro Power di Batam, Kepulauan Riau. Perkiraannya, potensi pengembangan solar PV bisa lebih dari Gigawatt peak. ADRO juga bangun rantai pasok panel surya itu bersama beberapa perusahaan seperti, PT Medco Energi Tbk. (MEDC) dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA).

PT Bumi Resources Tbk. (BUMI)

Sejauh ini, BUMI cenderung fokus untuk melakukan hilirisasi bisnis batu baranya. Dari segi bisnis non-batu bara, BUMI memiliki PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) yang memiliki bisnis tambang emas dan mineral. Berikut rencana hilirisasi bisnis batu bara BUMI:

  • BUMI dikabarkan akan mengubah skema hilirisasi yang awalnya ingin menyulap batu bara menjadi metanol diganti menjadi amonia. Kabarnya, BUMI sudah mendapatkan partner dari perusahaan China. Prospeknya, sepertiga dari amonia itu akan digunakan untuk membuat amonium nitrat. Dengan mengubah hasil batu bara menjadi amonia, invstasi yang dikeluarkan untuk hilirisasi menjadi lebih kecil. Namun, detail proyek ini belum ada. Perkiraannya, pabrik hilirisasi baru akan rampung dalam waktu 36 bulan atau 3 tahun. Jika pembangunan dilakukan pada kuartal I/2024, berarti pabrik akan beroperasi pada kuartal I/2027.

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA)

Perusahaan Grup Sinarmas yang juga mengenggam salah satu saham batu bara kapitalisasi besar lainnya, yakni PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) ini sudah memiliki beberapa diversifikasi bisnis:

  • DSSA mengakuisisi mayoritas saham Stanmore Coal pada Mei 2020. Stanmore Coal adalah perusahaan tambang batu bara metalurgi yang berkalori tinggi dan hasilnya bisa digunakan untuk produksi baja.
  • Sampai April 2023, DSSA mengungkapkan perseroan memiliki empat bisnis utama, yakni perdagangan batu bara dan emas, penyediaan tenaga listrik dan uap, teknologi, serta perdagangan pupuk dan bahan kimia. Saat ini, DSSA memegang langsung bisnis penyediaan tenaga listrik dan uap, sedangkan kegiatan bisnis sektor batu bara, emas, teknologi, dan perdagangan pupuk, serta bahan kimia akan dipegang oleh anak usahanya.
  • DSSA sudah mengumumkan berencana ekspansi ke bisnis energi panas bumi dan solar panel. Namun, belum ada detail lebih lanjut terkait rencana tersebut.

PT Bukit Asam Tbk. (PTBA)

Sejatinya, PTBA sempat memiliki proyek hilirisasi yang sama dan dengan investor sama juga seperti BUMI, yakni membuat hilirisasi metanol atau DME bersama Air Products, investor asal AS. Namun, sang investor memilih cabut sebelum proyek itu jalan. Meski begitu, ada beberapa proyek yang dilakukan PTBA untuk melakukan diversifikasi bisnisnya seperti:

  • PTBA berencana mengembangkan bisnis hydrogen fuel setelah menyepakati nota kesepahaman dengan HDF Energy yang merupakan perusahaan penyedia energi terbarukan. Kerja sama itu diharapkan bisa mengembangkan infrastruktur hydrogen fuel berskala besar di wilahah operasi PTBA. Nantinya, keberadaan hydrogen fuel ini berpotensi mengurangi emisi karbon.
  • PTBA juga sudah mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya. Hal itu sudah dimulai setelah PTBA melakukan beberapa sinergi dengan BUMN lain seperti, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR). PTBA akan mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 400 kilowatt-peak di jalan tol Jasa Marga. Sejauh ini, sudah ada beberapa tol yang menggunakan PLTS PTBA seperti, tol Bali Mandara. Lalu, PTBA juga telah membangun PLTS di Bandara Soekarno Hatta melalui kerja sama dengan PT Angkasa Pura II (persero). PLTS itu terdiri dari 720 solar panel system dengan photovoltaics dengan kapasitas maksimal 240 kilowatt peak. PLTS itu sudah terpasang sejak 2020.

PTBA juga melakukan penjajakan kerja sama PLTS dengan BUMN lainnya seperti PT Timah Tbk. (TINS) untuk PLTS di area tambang hingga perkantoran TINS. Serta, kerja sama dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) untuk pengembangan PLTS dalam operasional perusahaan semen tersebut. Untuk proyek pertama, PLTS akan dikembangkan di PT Semen Padang yang sudah dimulai sejak 18 Oktober 2022.

Lalu, PTBA juga berencana mengembangkan lahan bekas tambangnya untuk menjadi lahan PLTS besar. PTBA memiliki lahan pasca tambang di Ombilin di Sumatra Barat seluas 201 hektar dan Tanjung Enim seluas 224 hektar. Dari sana, ada potensi PLTS hingga berkapasitas 300 megawatt. PTBA juga punya lahan bekas tambang di Kalimantan, yakni Bantuas seluas 30 hektar dengan potensi kapasitas PLTS 30 Megawatt.

  • PTBA juga berencana mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin. Untuk proyek ini, PTBA akan bekerja sama dengan China Huadian Corporation (CHD) yang nota kesepahamannya ditandatangani pada Oktober 2022. Nantinya, pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun berkapasitas 1.300 megawatt, tapi proyek ini masih dalam proses feasibility study terkait potensi komersialisasi dan modal investasi yang dikeluarkan.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG)

ITMG juga memiliki beberapa rencana besar untuk diversifikasi bisnis selain batu baranya nih:

  • ITMG dikabarkan tengah melakukan pembicaraan dengan beberapa perusahaan nikel. Jadi, ITMG ebrniat mengakuisisi tambang nikel. Kabarnya, nilai akuisisi aset diperkirakan 200 juta dolar AS atau sekitar Rp3 triliun. Nilainya cenderung kecil karena ITMG mengakui kesulitan mencari tambang nikel berkapasitas besar. Dengan masuk ke bisnis nikel, ITMG bisa masuk ke euforia ekosistem kendaraan listrik. Selain itu, ekspansi ke nikel juga jadi arahan Grup Banpu, perusahaan konglomerasi asal Thailand yang merupakan pemegang saham utama ITMG. Soalnya, Grup Banpu sudah lebih dulu diversifikasi bisnis ke nikel dan kendaraan listrik. Jadi, ke depannya ITMG bisa menjalankan bisnis nikel untuk ekspansi Grup Banpu di Indonesia.
  • ITMG juga berencana mengembangkan bisnis pembangkit listrik tenaga surya. Pada kuartal I/2023, ITMG sudah mengoperasikan PLTS Bunyut berkapasitas 2 Megawatt peak. PLTS ini baru digunakan untuk memasok kebutuhan operasional pelabuhan di Gugus Melak, Kalimantan Timur. Sebelumnya, anak usaha ITMG PT Indominco Mandiri juga sudah mengoptasikan PLTS dengan kapasitas 3 Megawatt peak. Di sini, anak usaha ITMG itu memang berencana mengembangkan PLTS hingga 100 megawatt. Hal itu didorong oleh luasnya hamparan konsesi tanah perseroan. Untuk itu, anak usaha ITMH itu laku berdiskusi dengan PLN untuk menjadikan PLTS Indominco sebagai supplier listrik untuk ibu kota negara baru Nusantara di Penajam Paser, Kalimantan Timur.

ITMG sendiri sebenarnya sudah punya rencana lini bisnis energi baru terbarukan yang terintegrasi akan ditempatkan di anak usaha PT ITM Bhineka Power. Sejauh ini, anak usaha itu sudah menjalankan bisnis PLTS di Jawa dengan kapasitas di bawah 10 Megawatt. Selain itu, melalui perusahaan itu, ITMG juga mengincar bisnis pembangkit listrik power plant, tenaga surya, dan solar panel.

  • ITMG juga berniat melakukan hilirisasi batu bara dalam bentuk gasifikasi batu bara. Melalui Indominco Mandiri, ITMG sudah membuat nota kesepahaman dengan PT Pupuk Kaltim (PKT) sebagai calon pelanggan produk gasifikasi batu baranya. Jadi, nantinya produk gasifikasi batu bara ITMG ini adalah amonia sebagai bahan campuran pupuk. Targetnya, gasifikasi batu bara ITMG ini beroperasi pada 2025.

PT Harum Energy Tbk. (HRUM)

HRUM bisa dibilang menjadi salah satu perusahaan batu bara yang paling cepat melakukan diversifikasi bisnis. HRUM mulai ekspansi dengan berinvestasi di saham nikel sejak 2021. Lalu, HRUM makin agresif ekspansi ke bisnis nikel hingga mengakuisisi smelternya juga. Kini, divisi nikel HRUM sudah berkontribusi sebesar 13 persen ke laba bersih HRUM. Selain nikel HRUM juga punya rencana diversifikasi bisnis lainnya nih:

  • HRUM dikabarkan juga melirik industri kendaraan listrik sebagai diversifikasi bisnsi yang baru. Namun, detail rencana masih belum jelas. Terakhir, ketika ditanya pada Juni 2023, pihak manajemen masih mengatakan fokus di hulu, yakni nikel, terus ke mix stream, baru hilir, yakni kendaraan listrik. Pertanyaannya, apakah yang dimaksud mix stream itu bisnis baterai kendaraan listrik?

PT Indika Energy Tbk. (INDY)

INDY bisa dibilang menjadi saham batu bara yang paling agresif melakukan ekspansi bisnis dalam beberapa tahun terakhir. Berikut ini deretan aksi diversifikasi bisnis INDY:

  • INDY menjadi saham batu bara yang diversifikasi bisnis agak menyimpang dari dunia pertambangan, yakni bisnis kendaraan listrik. INDY mulai ekspansi ke bisnis kendaraan listrik sejak mendirikan PT Electra Mobilitas Indonesia pada 5 April 2021. Di sini, INDY memproduksi kendaraan listrik roda dua bernama Alpha One.
  • Selain membuat kendaraannya, INDY juga membuat perusahaan patungan dengan Foxconn Hong Kong melalui afiliasinya di Singapura Foxteq Singapura. Perusahaan patungan yang bernama Foxconn Indika Motor itu akan menjadi manufaktur kendaraan listrik, termasuk baterai.
  • INDY juga membuat perusahaan patungan dengan Fourth Partner Energy (4PEL), pengembang tenaga surya terkemuka di India. Perusahaan patungan bernama PT Empat Mitra Indika Tenaga  Surya (EMITS) ini akan menyediakan platform solusi energi terbarukan satu atap untuk sektor komersial dan industri di Indonesia. Sejauh ini, EMITS sudah mendapatkan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga surya.
  • INDY juga ekspansi bisnis ke tambang bauksit setelah mengakuisisi PT Perkasa Investama Mineral pada 26 September 2022. Aksi akuisisi itu memungkinkan INDY untuk bangun smelter demi garap bauksit dari hulu hingga hilir.
  • INDY juga ekspansi ke sektor kesehatan dengan mendirikan PT Bioneer Indika Diagnostik. Nantinya, perusahaan itu akan memiliki lini bisnis distribusi alat kesehatan.
  • INDY juga ekspansi ke bisnis minyak atsiri setelah mengakuisisi 46 persen saham PT Natura Aromatik Nusantara pada 19 Januari 2023 senilai Rp179 miliar.
  • INDY mulai melakukan perdagangan nikel melalui ROckgeo Energi Nusantara. INDY mencatat sudah melakukan perdagangan sekitar 44.00 wet metrik ton bijih nikel dengan nilai sekitar 3,2 juta dolar AS. Meskipun begitu, sifat transaksi nikel INDY ini memang masih sebatas perdagangan belum sampai mengakuisisi tambang nikel.

PT ABM Investama Tbk. (ABMM)

ABMM memang belum memiliki rencana diversifikasi bisnis yang jelas terungkap. Salah satu aksi korporasi terbesarnya adalah akuisisi 30 persen saham GEMS. Dari kabar per Mei 2023, ABMM berencana melirik beberapa sektor yang mau diakuisisi lagi seperti, crude palm oil (CPO), komoditas logam, dan batu bara.

PT Mitrabara Adiperdana Tbk. (MBAP)

MBAP menjadi salah satu saham batu bara yang sudah memiliki diversifikasi bisnis yang cukup jelas. Berikut ini beberapa target diversifikasi bisnis MBAP:

  • MBAP mulai mengembangkan bisnis wood pellet. Bisnis wood pellet itu disebut bisa jadi bahan bakar pengganti batu bara di setiap PLTU. Apalagi, wood pellet disebut menjadi salah bahan bakar ramah lingkungan. MBAP menargetkan wood pelletmasuk masa komersial pada 2025.
  • MBAP juga ekspansi tambak udang yang ditargetkan operasi secara komersial pada 2024
  • MBAP juga emmiliki rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga surya yang sampai 2027 ditargetkan bisa memiliki kapasitas 300 megawatt peak.

Kesimpulan

Ingat, dari deretan rencana yang berjalan dari setiap emiten, beberapa masih rencana yang mentah seperti masih tahap melihat kemungkinan bisa dikomersialkan atau tidak. Sehingga ada risiko proyek yang direncanakan batal.

Kami menilai ada beberapa saham batu bara yang hampir pasti menarik prospeknya seperti, PTBA yang bisa jadi dispesialisasikan energi PLTS dan PLTA dan berkolaborasi dengan PLN. INDY yang sudah punya banyak rencana diversifikasi bisnis tinggal dilihat seberapa besar efeknya kepada kinerja keuangan. ITMG akan menarik jika harga sahamnya bisa kembali ke bawah Rp10.000 per saham saat proses transisi diversifikasi. MBAP menjadi salah satu yang unik karena memiliki bisnis diversifikasi berbeda dibandingkan saham batu bara lainnya.

Kalau kamu lebih pilih yang mana?