Bukan Bursa CPO, Ini yang Bisa Jadi Pemantik Saham Sawit

Bursa CPO sempat jadi obrolan yang digadang-gadang jadi pengerek harga saham sawit. Namun, faktanya bukan bursa CPO yang bikin saham sawit bakal oke. Tapi, faktor ini.

Bukan Bursa CPO, Ini yang Bisa Jadi Pemantik Saham Sawit

Mikirduit – Saham CPO digadang-gadang berpotensi bangkit dengan rencana kehadiran bursa CPO pada awal Oktober 2023. Memang, apa hubungannya keberadaan bursa CPO dengan saham perkebunan sawit tersebut?

Bursa CPO ini adalah bursa berjangka yang seperti ada di luar negeri, seperti di Malaysia juga ada bursa berjangka CPO di mana saat ini harga dari Negeri Jiran itu menjadi acuan dunia. Indonesia pun akan merilis bursa CPO dengan harapan bisa menjadi acuan harga dunia juga.

Jika mengutip dari website Sawitindonesia.com, bursa CPO akan dijalankan melalui mekanisme bursa berjangka yang telah disetujui Bappebti, sebagai regulator, untuk menjadi penyelenggara perdagangan pasar fisik CPO.

Nantinya, pasar fisik jual beli CPO beneran ini bisa dilakukan dengan dua cara, yakni kontrak fisik penyerahan segera dan penyerahan kemudian sesuai dengan pilihan waktunya. Harapannya, perdagangan fisik dalam bursa CPO ini bisa membuat transaksi sawit di Indonesia menjadi acuan harga internasional dan dalam negeri.

Namun, apakah itu akan berpengaruh terhadap kinerja emiten CPO? oke sebelum itu kita akan flashback kepada kisah bursa timah dan batu bara di Indonesia. Adapun, ICDX juga sudah ada pasar berjangka CPO cuma memang gagal jadi acuan dunia.

Begini kisah bursa komoditas sebelum heboh bursa CPO saat ini.

BACA JUGA: Hubungan Saham CPO dengan Elnino, Kok Jadi Boncos? Begini Penjelasannya

Kisah Bursa Berjangka di Indonesia

Indonesia memiliki dua bursa berjangka, yakni Bursa Berjangka Jakarta atau JFX dan ICDX. JFX ini dimiliki oleh perkumpulan broker berjangka di Indonesia, sedangkan ICDX terakhir kami ketahui punya afiliasi dengan Sinarmas Grup.

Sebelum heboh bursa CPO saat ini, dulu sempat tenar bursa timah. Di mana, perdagangan timah fisik berjangka dilakukan di ICDX. Adapun, PT Timah Tbk. (TINS) menjadi salah satu anggota dari bursa berjangka tersebut untuk memperdagangkan timahnya.

Sampai saat ini, bursa timah ICDX masih ada. Sampai September 2023, total transaksi di bursa timah ICDX sebesar 2.556 lot. Jumlah itu hanya sebagian kecil dari total transaksi multilateral di ICDX yang sebesar 748.275 lot sampai akhir semester I/2023. Mayoritas dari transaksi itu didominasi oleh emas sebesar 456.899 lot.

Adapun, dari segi jenis produk, ICDX menjajakan lima kategori produk timah, yakni TINPB300, TINPB200, TINPB100, TINPB50, dan TIN4NINE. Dari kelima kategori itu, hanya TINPB300 yang ada transaksi, sedangkan keempat kategorinya sama sekali tidak ada transaksi.

Perbedaan lima kategori itu ada di campuran mineral selain timahnya seperti bijih besi, lead, aluminium, arsenic, bismuth, cadmium, tembaga, antimony, dan zinc. Untuk kadar timahnya, sama-sama di level 99,9 persen.

Sudah hampir 10 tahun berjalan, ya bursa timah hanya menjadi tempat transaksi saja yang jumlahnya cenderung mini. Untuk menjadi pembentuk harga acuan dunia pun masih sangat jauh.

Di luar itu, ICDX juga sudah punya bursa CPO, yang memperdagangkan fisik komoditas tersebut. Namun, bursa CPO di ICDX tidak terlalu ramai transaksi. Bahkan, dari pantauan kami di situs resmi ICDX, tidak ada transaksi yang terjadi sepanjang 2023. Member ICDX di CPO pun hanya ada dua, yakni PT Wilmar Nabati Indonesia dan PT Graha Inti Mas.

Dari total ada sekitar 4 kategori produk CPO seperti, CPOTTR, CPOTRBLW, CPOTRDUM, dan OLEINTR. Kini, ICDX hanya memperdagangkan CPOTR dan OLEINTR.

CPOTR adalah kontrak untuk minyak sawit mentah dengan satuan per lot sebanyak 10 metrik ton dengan transaksi dalam rupiah. Lalu, OLEINTR adalah produk minyak sawit olahan dengan ukuran 10 metrik ton per lot transaksinya.

Di sisi lain, JFX sempat memiliki bursa batu bara pada 2014. Waktu itu, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menjadi salah satu member yang bertransaksi di bursa tersebut.

Sayangnya, bursa batu bara kini tampaknya sudah tidak aktif. Kami cek di web resmi JFX sudah tidak ada yang namanya bursa batu bara. JFX malah seperti bersaing dengan ICDX dengan masuk ke bursa timah.

Harapan Manis Saham CPO

Saham CPO berpotensi mencatatkan pemulihan kinerja keuangan di semester II/2023. Hal itu disebabkan biaya pupuk yang lebih rendah hingga rata-rata harga jual CPO yang lebih tinggi akibat Elnino.

Dalam riset CGS-CIMB pada 12 September 2023, TAPG dan AALI memperkirakan kinerjanya berpotensi lebih baik di kuartal III/2023.

Dalam pertemuan virtual antara  CGS-CIMB dengan manajemen TAPG, perseroan mengungkapkan ada potensi kenaikan rata-rata harga jual CPO secara kuartal per kuartal. Jika dibandingkan dengan Juni 2023, harga CPO sudah naik sekitar 18 persen.

TAPG juga berpotensi mencatatkan biaya pupuk yang lebih rendah karena telah mendapatkan kontrak transaksi pupuk dengan harga 40 persen lebih rumah untuk sisah tahun ini Lalu, untuk 2024, TAPG sudah mendapatkan harga pupuk yang sama seperti periode 2021, sebelum era kenaikan harga pupuk di 2022.

Sementara itu, TAPG juga berpotensi mendapatkan tambahan omzet baru setelah pabrik pemecah biji kelapa sawit barunya rampung pada kuartal III/2023. Pabrik baru TAPG itu memiliki kapasitas 300 ton per hari dan siap produksi komersial di kuartal ketiga ini. Harapannya, dengan pabrik baru tersebut, TAPG memiliki lebih banyak variasi produk sebagai bagian upaya ekspansi ke bagian midstream.  

Di sisi lain, AALI mencatatkan pertumbuhan produksi buah tandan segar kelapa sawit dan CPO tumbuh masing-masing 11 persen dan 2 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. AALI optimistis, target produksi sepanjang 2023 bisa tumbuh sebesar 5-10 persen. Berbeda dengan TAPG yang masih menargetkan produksi yang lebih konservatif.

Secara keseluruhan, kinerja saham IPO pada semester I/2023, termasuk DSNG dan juga LSIP terbebani oleh biaya pupuk. Selain itu, penurunan rata-rata harga jual makin membuat kinerja saham sawit makin memburuk. Namun, masa suram saham CPO mulai tampak membaik di semester II/2023.

Di sisi lain, El Nino tidak selamanya mengancam produksi. Faktanya, beberapa wilayah perkebunan milik AALI dan DSNG masih terkena curah hujan yang normal. Hal ini bisa menjadi pendorong kinerja keuangan saham-saham CPO yang kawasannnya tidak terdampak El Nino cukup parah.

Apalagi, produksi tandan buah kelapa sawit segar beberapa emiten mencatatkan kenaikan. Hal itu membuat ekspektasi harapan pulihnya kinerja keuangan emiten sawit di semester II/2023.

Apalagi, hingga 26 September 2023, harga CPO juga sudah naik sekitar 15 persen dari level terendahnya di awal Juni 2023 kemarin.

Lalu, saham CPO apa yang potensial untuk diborong?

Kesimpulan

Pemantik saham CPO nantinya bukanlah dari bursa CPO yang hasilnya belum tentu sesuai ekspektasi. Justru, yang jadi pemicunya adalah bagaimana El Nino ternyata tidak berdampak terhadap produksi, tapi mengerek harga CPO. Sehingga, dari sisi pendapatan bisa meningkat. Apalagi, dari sisi harga pupuk sebagai komponen biaya terbesar juga sudah lebih murah.

Lalu, saham apa yang menarik?

Jika melihat secara keseluruhan, harga saham CPO memang sudah terkoreksi cukup dalam sejak setahun terakhir. Tercatat, hanya DSNG yang setahun terakhir masih di posisi naik 22,97 persen.

Valuasi saham CPO
Valuasi saham CPO, ada 5 saham CPO yang kini valuasinya sudah di bawah 1 kali PBV. Meski begitu, beberapa riset sekuritas cenderung bullish kepada TAPG yang valuasinya cukup tinggi, yakni 1,17 kali

Secara valuasi, beberapa saham CPO sudah cukup murah seperti SIMP dengan price to book value sebesar 0,38 kali dari rata-rata 5 tahunnya 0,43 kali. Lalu, LSIP, AALI, dan DSNG juga masih memiliki PBV di bawah 1 kali dan di bawah rata-rata 5 tahunnya. Untuk TAPG menjadi saham CPO dengan PBV terbesar kedua setelah SSMS.

Menariknya, jika melihat riset sekuritas, rata-rata masih rekomendasi buy untuk TAPG, DSNG, dan LSIP. Namun, untuk AALI rekomendasinya sudah hold.

Target price saham CPO
TAPG diperkirakan masih bisa naik hingga 56 persen dalam 1 tahun ke depan. AALI yang paling tidak bullish diperkirakan cuma punya ruang kenaikan hingga 5,6 persen saja. Adapun, posisi harga saat ini mengacu kepada harga penutupan 26 September 2023.

Dari sisi target price, TAPG menjadi yang paling bullish. UOB Kayhian pasang target price di Rp900 per saham atau sekitar 50 persen lebih tinggi dari harga saham penutupan 26 September 2023.

Nah, kalau kamu tertarik masuk ke saham CPO yang mana? atau malah menghindar dulu dari saham CPO?

Mau dapat guideline saham dividen 2024?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Referensi