Saham BFIN Naik 14 Persen Sepanjang 2024, Bakal Turun Dulu?

Saham BFIN mencatatkan penurunan kinerja laba bersih sebesar 9 persen di 2023. Dengan tren kenaikan harga sebesar 14 persen sepanjang 2024, apakah saham BFIN berpeluang turun dulu untuk menjadi lebih murah?

Saham BFIN Naik 14 Persen Sepanjang 2024, Bakal Turun Dulu?

Mikirduit – Saham PT BFI Finance Indonesia Tbk. atau BFIN sudah naik sekitar 14,16 persen sepanjang 2024. Dengan laba bersih per 2023 yang turun 9,01 persen, apakah saham BFIN tetap menarik atau berpotensi turun terlebih dulu? 

Kinerja BFIN di 2023 sebenarnya cukup oke. Pendapatan perseroan naik sebesar 18,02 persen menjadi Rp6,35 triliun. Namun, adanya kenaikan beban bunga dan keuangan, serta pencadangan yang cukup tinggi membuat laba bersihnya menjadi tergerus 9 persen menjadi Rp1,64 triliun. 

Beban bunga dan keuangan BFIN naik 52,43 persen menjadi Rp951 miliar, sedangkan beban pencadangan naik 113 persen menjadi Rp785 miliar. 

Kenaikan beban bunga dan keuangan BFIN BFIN seiring dengan penerbitan obligasi berkelanjutan V Tahap III hingga V senilai Rp3,8 triliun di sepanjang 2023.

Sementara itu, kenaikan pencadangan juga selaras dengan tren kenaikan non-performing financing menjadi 1,36 persen dibandingkan dengan 1 persen pada periode sebelumnya. Meski, dari segi non-performing financing turun menjadi 0,15 persen dibandingkan dengan 0,38 persen pada tahun sebelumnya. 

Di luar itu, manajemen BFIN menilai penurunan laba bersih juga disebabkan oleh cyber attack yang dialami perseroan pada semester I/2023. 

Dengan berbagai data keuangan yang baru dirilis tersebut, bagaimana prospek saham BFIN ke depannya?

Prospek Saham BFIN di 2024

Dari proyeksi konsensus analis, pendapatan BFIN di 2024 berpotensi melambat di 9,7 persen menjadi Rp6,51 triliun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Namun, tren pendapatan BFIN akan naik lebih agresif di 2025 sebesar 21,63 persen menjadi Rp7,92 triliun. 

Hal ini ada kaitannya dengan ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral yang dimulai pada semester II/2024, dan mulai terasa efeknya ke sektor riil di awal 2025. 

Menariknya, dari sisi laba bersih, BFIN pada 2024 diperkirakan naik 22,5 persen menjadi Rp2 triliun, sedangkan di 2025 diperkirakan tumbuh 22,24 persen menjadi Rp2,46 triliun. Kenaikan laba bersih BFIN dibandingkan pendapatan berarti ada potensi penurunan pencadangan. 

Dalam public expose di akhir 2023, ada beberapa hal yang disampaikan manajemen terkait prospek perusahaan pembiayaan tersebut. 

Pertama, perseroan mengaku pasar kendaraan listrik roda empat di luar merek Jepang belum mencapai volume yang diharapkan. Namun, BFI tetap memfokusikan di pembiayaan kendaraan listrik roda dua dan empat. 

Kedua, perseroan memperkirakan segmen pembiayaan yang bisa tumbuh agresif di 2024 adalah dari pembiayaan multiguna maupun modal kerja. Misalnya, pembiayaan multiguna itu dalam bentuk pembiayaan mobil bekas khususnya di Pulau Jawa. Untuk pembiayaan investasi yang terdiri dari alat berat dan machinery sejauh ini memiliki kontribusi sebesar 20 persen dari total portofolio, sehingga bisa dibilang yang paling rendah dibandingkan dengan multiguna dan modal kerja. 

Ketiga, BFIN berencana melakukan beberapa inisiatif untuk memperbesar porsi kolaborasi dengan partner baru di luar industri pembiayaan. Untuk jaringan, saat ini BFIN lebih fokus mengembangkan digitalisasi ketimbang menambah jaringan fisik baru.

Keempat, BFIN berencana menerbitkan obligasi berkelanjutan VI dengan total dana Rp6 triliun dan dirilis secara bertahap pada 2024. Perkiraannya, penerbitan fase pertama akan dilakukan pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini senilai Rp3 triliun. Perseroan akan menyesuaikan dengan kondisi perbankan, bisnis, dan kebutuhan dana. 

Kelima, manajemen berekspektasi bisnis secara keseluruhan bisa tumbuh 10 persen di 2024. Jika angka 10 persen ini mengacu ke pertumbuhan laba bersih, sebenarnya ada potensi tercapai.

Peringatan OJK dan Risiko untuk Saham Bank serta Multifinance
OJK memperingatkan perbankan untuk tidak royal tebal dividen dan mempertebal pencadangan. Dengan adanya peringatan dari OJK itu, gimana nasib saham bank ya?

Potensi Dividen

Manajemen BFIN mengungkapkan perseroan berkomitmen membagikan dividen sekitar 50 persen dari total laba bersih. Pembagian dividen akan diberikan dalam dua tahap, yakni interim dan final.

Jika melihat dalam 3 tahun terakhir, tingkat dividend payout ratio BFIN cukup beragam. Seperti, di 2021 sekitar 40,91 persen, 2022 sekitar 23,94 persen, dan 2023 sekitar 53,1 persen.

Dengan asumsi dividen final dan interim dari tahun buku 2023 juga setara 50 persen dari total laba. Berarti, dividen final yang dibagikan pada 2024 sekitar Rp23,5 per saham. Tingkat yield-nya sekitar 1,76 persen. Bila menggabungkan total dividen per saham final dan interim dengan harga BFIN per 23 Februari 2024, tingkat yield-nya sekitar 3,87 persen.

Adapun, tingkat dividend yield yang diterima berpotensi naik jika kamu pegang di harga rata-rata pada penutupan 23 Februari 2024 senilai Rp1.330 per saham. Dengan asumsi dividend payout ratio konsisten di 50 persen dari laba bersih, berarti total dividen per saham dari tahun buku 2024 senilai Rp67,5 per saham, sedangkan dari tahun buku 2025 sekitar Rp81,5 persaham. Tingkat yield-nya masing-masing menjadi 5,07 persen dan 6,12 persen.

ADMF Umumkan Akuisisi MFIN, Masih Bisa Beli Sahamnya?
Harga saham ADMF dan MFIN melejit setelah pengumuman akuisisi. Kira-kira masih bisa beli untuk investasi atau sekadar trading ya?

BFIN Buy, Wait and See, atau Bye? 

Jika melihat valuasi price to book value (PBV) BFIN saat ini, posisinya cukup mahal. Dengan PBV per 23 Februari 2024 sekitar 2,24 kali, angka itu sudah di atas rata-rata 5 tahun yang berada di 1,84 kali, serta mendekati angka standard deviasi plus 1 di 2,44 kali. 

Saat ini, BFIN menjadi saham multifinance paling mahal dibandingkan dengan saham-saham multifinance lainnya seperti CFIN, ADMF, maupun WOMF. 

Lalu, berapa harga wajar BFIN? kami menggunakan dua asumsi harga wahjar BFIN.

Pertama, kami menggunakan asumsi harga wajar BFIN adalah PBV rata-rata 5 tahunnya. Hal ini mengambil asumsi fluktuasi valuasi BFIN dalam 5-10 tahun terakhir itu cukup fluktuatif. Bisa berada di standard deviasi minus 1, tapi juga bisa di standard deviasi plus 1. 

Dengan book value per share BFIN per 2023 senilai Rp594 per saham. Berarti, harga wajarnya berada di angka Rp1.094 per saham. Posisi harga itu 21,49 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga penutupan BFIN pada 23 Februari 2024. 

Kedua, kami menggunakan asumsi rata-rata PBV sektoral di multifinance besar, seperti CFIN, ADMF, WOMF, dan BFIN. Rata-rata PBV sektoral keempat saham multifinance itu ada di 1,15 kali. Artinya, harga wajar BFIN bisa berada di sekitar Rp687 per saham. Level itu memang terlihat sangat rendah, tapi BFIN pernah berada di level tersebut sebelum 2022. 

Sementara itu, target price median dari konsensus analis untuk saham BFIN ada di Rp1.478 per saham. Target harga itu ditentukan oleh 7 analis dengan rentang harga terendah di Rp1.400 per saham dan tertinggi di Rp1.560 per saham. 

Jadi, apakah saham BFIN akan menarik?

Sebenarnya, secara valuasi harga saham BFIN saat ini cukup tinggi.Sementara itu, kami perkirakan ada risiko permintaan pembiayaan masih cukup menantang dengan posisi suku bunga yang masih tinggi. Hal itu terepresentasi dari perkiraan pendapatan BFIN yang hanya tumbuh 9 persen di 2024 dibandingkan dengan 18 persen pada realisasi 2023. 

Kami melihat level beli teraman BFIN ada di Rp1.094 per saham. Alasannya, meski pendapatan tergerus, kinerja laba BFIN bisa terangkat karena ada potensi penurunan pencadangan tersebut. Meski, dengan adanya penerbitan obligasi baru di 2024 senilai Rp3 triliun bisa menambah beban bunga dan menekan laju pertumbuhan laba bersih. 

Apakah beban bunganya akan cukup besar mengingat tingkat suku bunga tinggi?

Manajemen mengklaim kenaikan suku bunga tidak berdampak signifikan kepada kenaikan beban bunga BFIN. Kenaikan beban bunga terjadi karena adanya penambangan penerbitan surat utang. Perseroan menyebutkan rata-rata bunga utang BFIN di angka 7 persen per tahun. 

"Kami mendapatkan kepercayaan dari bank maupun pasar obligasi karena memiliki positioning yang bagus," ujarnya.

Ditambah, jika kamu pegang di harga Rp1.094 per saham, berartipotensi mendapatkan keuntungan dari dividend yield tahun buku 2024 dan 2025 menjadi 6,17 persen dan 7,44 persen.

Kalau menurutmu, saham BFIN saat ini masih bisa dikejar atau wait and see hingga ke Rp1.094 per saham?

DISKON UNTUK PEMBURU SAHAM DIVIDEN DI BULAN PENUH CINTA

Kami berikan promo untuk member baru dengan potongan harga hingga Rp200.000 langsung hingga Akhir Februari 2024. (kuota promo terbatas siapa cepat dia dapat)

baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini