Saat Ketinggalan Saham yang Bullish, Kejar atau Skip?

Ada beberapa saham lagi lanjut naik seperti saham nikel hingga PGAS, tapi apakah masih bisa kejar harga? berikut ini strategi investasi saham kejar harga saat ada yang lagi uptrend

Saat Ketinggalan Saham yang Bullish, Kejar atau Skip?

Mikirduit – Saham nikel kompak naik membuat banyak yang mulai lirik, apakah bisa masuk ke saham sektor ini sekarang? mumpung lagi uptrend, istilah tren harga naik. Di sini muncul polemik psikologis keuangan, yakni antara takut ketinggalan kereta karena ada saham yang sudah naik kencang, serta ada risiko saat beli saham yang sudah naik tinggi. Jadi, apa yang harus dilakukan oleh investor?

Dalam artikel ini, kami menggunakan sudut pandang investasi jangka panjang sehingga tidak berkaitan dengan melihat tren bandar dan sebagainya, tapi lebih memahami kenapa saham itu bergerak dan apakah layak dikejar atau tidak.

Untuk itu, kita perlu memahami kenapa sebuah saham bisa naik signifikan:

Pertama, jika saham naik karena didorong oleh pertumbuhan bisnis yang signifikan, serta posisi kenaikan harga saham masih belum setinggi kenaikan kinerja. Hal itu bisa terepresentasi di valuasi price to earning ratio (PE) secara historis, berarti kita masih bisa kejar saham tersebut. 

Dengan catatan, saham itu mencatatkan pertumbuhan bisnis dari bisnis utamanya bukan pendapatan non-operasional yang sifatnya tidak pasti. 

Kedua, jika saham naik karena siklus ekonomi makro, seperti penurunan suku bunga dan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Kita bisa kejar harga saham itu dengan catatan melihat secara valuasi masih ada di area fair value serta berapa tingkat margin of safety jika masuk saat ini. Ditambah, paling penting lihat juga dengan skala dan model bisnis emiten itu, seberapa besar peluang pertumbuhan yang bisa dicatatkan dengan adanya perubahan siklus ekonomi makro tersebut. 

Ketiga, jika saham naik karena siklus bisnisnya, seperti yang terjadi di bisnis batu bara pada 2022. Lonjakan harga komoditasnya yang signifikan membuat kinerja keuangan emiten batu bara di sepanjang 2022 melejit. Hal itu pula memicu kenaikan harga saham sektor batu bara sejak adanya krisis energi di China pada 2021 silam. 

Namun, kenaikan harga saham karena siklus bisnis ini juga perlu dianalilsis lagi, kenaikannya karena ada gangguan supply, kenaikan permintaan, atau keduanya. Jika ada kenaikan permintaan dan supply belum bisa menyesuaikan dengan cepat, itu cenderung positif untuk mid-long term seperti kejadian di sektor batu bara pada 2021-2022. Kala itu, masalahnya ada di permintaan yang kembali normal, serta supply yang belum menyesuaikan ditambah adanya gangguan geopolitik Rusia-ukraina. 

Tapi, jika masalah siklus bisnis ini hanya terkait gangguan supply, sedangkan permintaan belum bertumbuh dengan baik, sifatnya cenderung jangka pendek. Hal ini terjadi di sektor pertambangan nikel saat ini. Meski, ada kenaikan harga, tapi itu disebabkan oleh supply yang turun. Sehingga saat ada kenaikan produksi nikel dari salah satu produsen, harga akan kembali koreksi dan tren harga saham nikel mengikuti harga komoditasnya tersebut. 

Keempat, kenaikan harga saham didorong kenaikan laba bersih yang signifikan, tapi bukan didorong oleh bisnis utamanya. Jika ingin masuk ke saham seperti ini, sebaiknya untuk trading jangan investasi. Toh, sebenarnya dari segi pertumbuhan bisnis utamanya biasa saja, tapi diuntungkan faktor non-bisnis, seperti yang dialami TUGU dan CFIN. Dengan harga naik tinggi dan bisnis intinya tidak tumbuh signifikan, jelas saham yang kinerja keuangannya didorong faktor non-bisnis ini akan menjadimahal. 

Kelima, kenaikan saham didorong karena ekspektasi yang belum terjadi, seperti adanya kebijakan pemerintah yang masih direncanakan, rencana aksi korporasi yang belum terjadi, hingga rumor di pasar. Jika kondisinya seperti ini, lebih baik jika mau masuk sifatnya spekulasi jangka pendek alias trading dibandingkan investasi jangka panjang. Soalnya,sifatnya penuh ketidakpastian. 

Keenam, kenaikan saham karena masuk indeks saham mulai dari MSCI, FTSE, dan LQ45. Kenaikan harga saham karena masuk indeks saham sifatnya sementara. Rata-rata, kenaikan terjadi saat periode pengumuman hingga efektif karena adanya fund manager reksa dana indeks dan ETF yang rebalancing portoflio sesuai dengan perubahan indeks. Namun, setelah periode efektif indeks, harga saham cenderung turun. Jadi, momen itu lebih baik digunakan untuk trading saja.

5 Karakter Saham yang Berpotensi Bagi Dividen Jumbo
Siapa sih yang nggak pengen saham dividen jumbo? agar kamu nggak kena dividend trap, pahami 5 karakter saham yang berpotensi bagi dividend jumbo di sini ya.

Memahami Peluang dan Risiko Kejar Harga untuk Investasi Jangka Panjang

Di sisi lain, pasti ada perdebatan dalam diri ketika tidak mencoba masuk ke saham yang lagi naik untuk mendapatkan cuan optimal. Untuk itu, kami akan ulas pelaung dan risiko kejar harga untuk investasi jangka panjang. 

Deretan peluang kejar saham yang lagi Uptrend antara lain, bisa mendapatkan cuan signifikan dalam jangka pendek jika semua proyeksi dan ekspektasi sesuai dengan harapan. 

Risiko peluang kejar saham yang lagi Uptrend antara lain, mengalami kerugian, yang jika tidak segera di cut loss bisa menyebabkan floating loss dalam jangka panjang. Apalagi, jika masuk di harga tinggi dengan penyebab keempat hingga keenam, peluang untuk bisa balik ke harga tertingginya sangat kecil. 

Jika harga saham naik disebabkan poin pertama hingga ketiga, ada peluang untuk balik ke harga tertinggi, tapi tergantung fundamental emitennya, bisa mengulang pencapaian di siklus yang sama atau tidak. 

Dengan melihat peluang dan risiko tersebut, risiko mengejar harga saat sudah keburu naik lebih tinggi dibandingkan nikmat peluangnya. Untuk itu, kami menyarankan jika harga saham naik sudah melewati harga wajarnya lebih baik skip cari saham potensial lain. Daripada kamu kejar cuan 100 persen, tapi malah dapatnya floating loss 80 persen. 

Selain asumsi kejar harga karena belum punya barang, ada juga investor yang sempat punya barang dan sudah jual untung, tapi kembali membeli saham tersebut di harga lebih tinggi dengan basis ekspektasi pencapaian keuntungan sebelumnya. 

Dalam kondisi itu, jika sudah terlanjur taking profit atau ambil untung, lebih baik tidak usah masuk ke saham yang sama, meski saham tersebut lanjut naik. Beberapa alasannya antara lain, secara psikologis akan berisiko karena kamu akan menilai peluang cuan saham tersebut bisa sama seperti sebelumnya, padahal tidak. Hasilnya, kamu bisa denial jika ada penurunan harga saham secara signifikan dengan asumsi pasti bisa naik lagi. Selain itu, jika kamu sudah cuan di sana, lalu harga saham kembali naik, berarti sudah ada anomali harga di saham tersebut. Artinya, saham itu sudah kemahalan dan sangat berisiko turun dalam waktu dekat. 

Kesimpulan

Investasi saham memang mencari cuan, jika ada saham naik kenapa tidak dikejar? tapi ingat dalam investasi saham sebaiknya kita juga tidak kehilangan uang dalam artian cut loss jika tidak dalam kondisi terdesak. 

Untuk itu, selain mengejar cuan, investor juga harus manajemen risiko agar tidak merugi, salah satunya beli saham di harga yang wajar atau lebih murah, bukan kejar harga yang sudah naik tinggi dengan rencana investasi. 

Coba ceritain pengalamanmu ngejar harga di dunia saham, peluangnya lebih banyak untung atau loss-nya?

Mau dapat strategi investasi saham terupdate dan pilihan saham dividen yang bagus untuk jangka panjang?

Kamu bisa dapatkan semua itu di Mikirdividen. Dengan join Mikirdividen, kamu bisa mendapatkan 5 benefit ini:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini