5 Karakter Saham yang Berpotensi Bagi Dividen Jumbo

Siapa sih yang nggak pengen saham dividen jumbo? agar kamu nggak kena dividend trap, pahami 5 karakter saham yang berpotensi bagi dividend jumbo di sini ya.

5 Karakter Saham yang Berpotensi Bagi Dividen Jumbo

Mikirduit – Saham ANTM dan PTBA memutuskan pembagian dividen yang di luar ekspektasi. ANTM yang biasanya dividen tidak terlalu besar, tiba-tiba memutuskan bagikan 100 persen laba bersih, sedangkan PTBA yang rutin bagi 100 persen laba bersih, tiba-tiba menciut jadi hanya 75 persen. Kalau begitu, bagaimana cara menentukan saham yang bakal bagikan dividen jumbo? untuk itu, kami akan ulas karakter saham yang bagikan dividen jumbo. 

Ada beberapa metriks yang menggambarkan emiten itu bagi dividend jumbo, seperti tingkat dividend yield yang menggambarkan keuntungan dari dividen jika dibandingkan dengan modal beli saham dan dividend payout ratio yang menggambarkan seberapa royal emiten membagikan dividen dari total laba bersihnya. 

Meski begitu, dividend yield dan dividend payout ratio sejatinya berhubungan, jika dividend payout ratio besar, pastinya berdampak terhadap tingkat dividend yield yang besar, begitu juga sebaliknya. Kalau begitu, apa saja karakter saham yang menjadi tanda-tanda bakal bagi bagi dividen jumbo.

1. Saham yang Dividend Payout Ratio-nya di Atas 100 persen

Salah satu saham yang bakal bagi dividend jumbo adalah yang memiliki tingkat dividend payout ratio di atas 100 persen. Dengan pembagian dividen di atas laba bersih, perhitungan dividen per saham pasti lebih besar sehingga jika dibandingkan dengan harga saham, tingkat dividend yield-nya akan menarik. 

Teranyar, saham yang bagikan dividen jumbo ini adalah TAPG. Perseroan memutuskan bagikan total dividen Rp1,8 triliun, meski laba bersihnya hanya Rp1,6 triliun. Tingkat dividend payout ratio (DPR)-nya mencapai 140 persen. Dengan begitu, setiap pemegang saham TAPG akan mendapatkan dividen senilai Rp91 per saham. Jika dihitung dengan harga saham per 8 Mei 2024, tingkat dividend yield-nya sekitar 14 persen. 

Pertanyaannya keputusan pembagian dividen di atas 100 persen itu termasuk hal yang bagus atau buruk? sebenarnya secara fundamental emiten, keputusan pembagian dividend di atas laba bersih pasti sudah diperhitungkan secara terperinci dengan kondisi kas perseroan. 

Bagi investor yang hold jangka panjang juga bukan masalah. Toh, dengan pembagian dividen lebih jumbo, berarti mereka bisa mendapatkan dividen lebih besar. Meski, ke depannya dividen akan turun, ya mereka tetap dapat keuntungan dari dividen tersebut. 

Pihak yang dirugikan adalah investor atau trader saham yang mengincari dividen TAPG di tahun depan (2025). Bisa jadi, mereka berekspektasi TAPG bakal bagikan dividen jumbo lagi, ternyata tidak sesuai ekspektasi dan membuat harga saham emiten tersebut berfluktuasi dalam jangka pendek.

2. Saham yang Rutin Bagi Dividend Payout Ratio sekitar 80-100 persen

Persentase dividend payout ratio yang lebih logis dan besar adalah 100 persen. Artinya, seluruh laba bersih yang dihasilkan akan dijadikan dividen. Jika margin keuntungan bersih emiten itu besar, berarti jumlah dividen juga lumayan. 

Namun, dividend payout ratio 80-100 persen yang rutin bisa menjadi beberapa pertanda seperti: 

  • Skala bisnis emiten sangat besar, tapi pertumbuhan bisnisnya sudah mentok. Untuk ekspansi membutuhkan modal yang besar, sehingga menyimpan laba bersih akan dirasa sia-sia. Selain itu, ada juga efek kebijakan pemerintah yang membuat pertumbuhan bisnisnya mandek. Akhirnya seluruh laba bersih dibagikan sebagai dividen, contohnya seperti saham UNVR dan HMSP.
  • Kondisi industri lagi kurang bagus, seperti mengalami oversupply. Sehingga modal ekspansi tidak digunakan terlebih dulu akibat kapasitas yang ada hanya terpakai sebagian. Hasilnya, seluruh laba bersih dijadikan sebagai dividen. Contoh, INTP. Bahkan, INTP sempat rutin bagikan dividen di atas 100 persen karena memang sulit untuk melakukan ekspansi. Kabar baiknya, kini mereka mulai kurangi dividend payout ratio karena melakukan beberapa ekspansi bisnis. 
  • Adanya kebijakan pemegang saham pengendali yang menginginkan pembagian dividen lebih optimal dan stabil. Untuk itu, keputusannya jika kondisi kas kuat, 100 persen laba bersih akan dijadikan dividen. Contohnya, saham-saham BUMN non-bank yang lagi solid kinerjanya akan didorong bagikan seluruh laba bersih jadi dividen. 

Untuk karakter ini, saham menjadi seperti cash cow karena punya kas besar dan siap bagikan dividend rutin setiap tahun dengan porsi dari seluruh laba bersih. Hanya saja risikonya adalah tren laba bersih terus menurun sehingga meski dividend payout ratio 100 persen, tapi tingkat dividend per saham terus susut. Untuk dividend yield masih bisa naik jika penurunan harga saham lebih dalam dibandingkan dengan penurunan kinerja. 

Jika kamu adalah investor yang mengincar dividen dan capital gain dalam jangka panjang, karakter saham di sini kurang cocok. Pasalnya, meski dividennya terlihat jumbo, tapi tren kinerjanya terus melambat dan akan terefleksi dari pergerakan harga sahamnya.

Saham BBCA vs BBRI, Siapa yang Paling Menarik?
Saham BBCA dan BBRI sudah rilis laporan keuangan kuartal I/2024, dari hasil kinerja tersebut, mana saham yang lebih menarik?

3. Saham Cyclical yang Lagi di Siklus Puncaknya

Saham cyclical punya siklus yang selalu berulang dari siklus di bawah saat bisnis tengah tertekan hingga siklus atas ketika pertumbuhan bisnis menjadi sangat agresif. Hal ini biasanya dialami saham sektor komoditas, yang kinerja bisnisnya akan tergantung dengan pergerakan harga komoditasnya. 

Hal itu terjadi di 2023, setelah China mengalami krisis energi di akhir 2021 karena pemulihan ekonomi tidak diiringi dengan kenaikan produksi lebih cepat, sehingga harga batu bara mulai naik signifikan. Bertepatan dengan itu, perang Rusia-Ukraina juga pecah yang membuat harga batu bara menggila tembus ke 400-an dolar AS. Pasalnya, Eropa yang digada-gadang anti pembangkit listrim berbasis batu bara terpaksa kembali mengaktifkan PLTU-nya. Pasalnya, distribusi gas dari perusahaan Rusia, Gazprom terhambat dan mereka tengah menghadapi musim dingin. 

Lonjakan harga batu bara itu telah mendorong kinerja keuangan emiten batu bara meningkat drastis. Hasilnya, di 2023, banyak emiten batu bara yang bagikan dividen super jumbo dengan tingkat dividend yield mencapai 30 persen. 

Namun, tingkat dividen jumbo itu hanya sementara karena jika siklusnya berubah, ya dividennya juga turun lagi. Untuk itu, bagi kamu yang ingin merasakan dividen jumbo di saham cyclical perlu bersabar menunggu siklus bisnisnya kembali ke level atas. 

4. Saham yang Dapat Berkah Tidak Terduga

Karakter saham ini bisa dibilang akan memberikan kejutan pembagian dividen yang tidak terduga. Biasanya cuma kasih kecil, tiba-tiba kasih dividen super jumbo.

Salah satu contohnya saham TUGU, yang bagikan dividen Rp123 per saham dan tingkat dividend yield saat pengumuman tembus 10,6 persen. Padahal, secara historis tingkat dividend yield TUGU dari 2019-2023 itu sekitar 2-4 persen. 

TUGU membagikan dividen jumbo disebabkan ada rezeki uang menang gugatan yang nominalnya sekitar Rp900-an miliar. Artinya, jika di 2024, TUGU tidak mampu mencatatkan nominal kenaikan (bukan laba bersih) di atas Rp900-an miliar, ada potensi tingkat dividennya kembali susut.

Hal itu sudah terlihat dari kinerja kuartal I/2024, laba bersih TUGU turun 78 persen. Padahal, jika TUGU ingin menjaga pertumbuhan laba bersih, perseroan harus mencatatkan laba bersih di atas Rp1,32 triliun (realisasi di 2023). 

Hal ini akan berdampak minat masuk ke saham itu berpotensi turun setelah pembagian dividen jumbo terakhir. 

Kami sering menyebutkan karakter saham dividen seperti ini adalah one wonder season. Jadi bagusnya cuma satu musim doang, musim selanjutnya kembali ke kondisi normal. 

Salah satu saham yang seperti ini pada 2023 adalah PUDP yang bagikan dividen Rp200 per saham dan tingkat dividend yield saat pengumuman sebesar 27 persen. Namun, pembagian dividen itu akan sulit terulang di 2024. Pasalnya, PUDP dapat 1 proyek besar yang berkontribusi terhadap 90 persen pendapatan kala itu. 

Jadi, ketika proyek itu selesai, kinerja bisnis PUDP langsung menyusut lagi. Sepanjang 2023, PUDP hanya mencatatkan laba bersih senilai Rp367 juta. Bahkan, posisi keuangan PUDP di kuartal I/2024 mencatatkan kerugian Rp4 miliar. 

Saham seperti ini sangat tidak cocok untuk di-hold jangka panjang dan dikejar dividennya. Saham seperti ini menarik untuk trading dengan mengambil keuntungan dari fluktuasi sentimen kenaikan kinerja keuangan hingga dividen jumbo.

Hal yang Harus Dilakukan Investor Saham Saat Floating Loss
Pasar saham bergejolak lagi setelah Israel menyerang Iran. Banyak saham big caps dan fundamental bagus kolaps. Kalau saham investasi lagi floating loss, apa yang harus kita lakukan?

5. Saham yang Mencatatkan Kenaikan nominal Pembagian Dividen yang Konsisten

Karakter saham terakhir mungkin tidak memberikan tingkat dividend yield yang besar hingga di atas 10 persen atau dividend payout ratio 100 persen dari laba bersih. Namun, karakter saham ini terus mencatatkan kenaikan dividen secara konsisten. 

Beberapa saham yang seperti ini sering kami sebut sebagai saham dividend growth, yakni saham yang mencatatkan kenaikan pembagian dividen secara konsisten setiap tahunnya. 

Beberapa saham ini antara lain seperti, BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, TLKM, AKRA, SMSM, dan banyak lagi. Tingkat dividend yield-nya nggak besar, tapi jika kamu hold saham-saham ini dalam jangka panjang, kamu akan mendapatkan keuntungan kenaikan harga saham dan juga nominal dividen per saham. Sehingga, tingkat keuntungannya juga menjadi lebih optimal. Meski, kuncinya harus sabar. 

Kesimpulan

Dari 5 karakter saham dividen ini, kita bisa memilih mau investasi di saham dividen yang seperti apa, apakah yang menjanjikan tingkat dividend yield jumbo, tapi bisnisnya memiliki siklus yang fluktuatif, atau di saham yang dividend yield-nya biasa aja, tapi menjajikan pertumbuhan bisnis yang oke sehingga dividend berpotensi naik diiringi kenaikan harga saham. 

Di sisi lain, karakter saham dividen yang bagikan dividend payout ratio jumbo dari 80 persen hingga lebih dari 100 persen, serta saham yang dapat rezeki tidak terduga kurang menarik untuk jangka panjang, termasuk dikejar dividennya. Pasalnya, untuk saham dividend payout ratio di atas 100 persen dan rezeki tidak terduga sifatnya sementara, sedangkan saham yang rutin bagi dividend 80-100 persen akibat bisnisnya sudah mentok, biasanya nominal dividen per saham cenderung turun. 

Jadi, kira-kira, apa nih saham dividen jangka panjang yang kamu incar?

Mau dapat info saham dividen jumbo serta strategi investasi dan outlook publikasi bulanan?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini