Review Keajaiban Saham BEBS, Kamu masih Punya?

Saham BEBS jadi obrolan hangat setelah secara ajaib berubah dari ARB menjadi ARA. Kok bisa ya? ini sedikit penjelasannya.

Review Keajaiban Saham BEBS, Kamu masih Punya?

Mikir Duit – PT Berkah Beton Sedaya Tbk. atau saham BEBS kembali jadi perbincangan setelah ada hal ajaib terjadi, yakni setelah seharian pada perdagangan 27 Mei 2023 mengalami auto rejection bawah alias ARB, eh jelang penutupan malah auto rejection atas alias ARA. Kenapa ya tuh?

Kejadian dalam saham BEBS itu dinilai karena kebijakan pre-closing dan penerapan indicative equilibrium price (IEP) dan indicative equilibrium volume (IEV) sejak akhir 2021. Jadi, dengan indikator IEP, investor bisa memperkirakan berapa posisi harga penutupan berdasarkan harga dan volume.

Namun, beberapa kali hal aneh terjadi, seperti pergerakan harga saham tiba-tiba bergerak fluktuatif saat memasuki pre-closing, salah satunya BEBS.

Bayangkan, saham BEBS sepanjang 27 Mei 2023 terus mencatatkan ARB di harga Rp290 per saham hingga memasuki pre-closing malah ditutup ARA senilai Rp340 per saham. Modalnya, cuma Rp22 juta. Padahal, ada antrian offer di harga  Rp290 sebanyak 33 juta lot.

Kemungkinan, saat IEP di pre-closing menunjukkan Rp290, akhirnya ada yang masang bid tinggi sehingga harga penutupan menjadi melejit. Sayangnya, IEV-nya kecil. Di sini pertanyaannya, kok bisa sih volume kecil bikin ARA di pre-closing?

Ditambah, penjelasan Bursa Efek Indonesia (BEI) juga tidak jelas. Dikutip dari Kontan, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia Irvan Susandy memastikan tidak ada yang salah dengan sistem perdagangan. Namun, pihaknya tengah melakukan pembahasan internal terkait masalah BEBS.

Masalahnya, saham BEBS tidak hanya kali ini mengalami keajaiban. Sebelumnya, saham BEBS pada 19 Mei 2023 juga sempat batal ARB. Padahal, sepanjang perdagangan sudah ARB, tapi saat pre-closing langsung batal ARB setelah hanya turun 2,02 persen.

Saham BEBS sendiri sempat disuspensi oleh  BEI pada 18 Januari 2023 hingga dibuka kembali pada 9 Mei 2023.

Prospek Saham BEBS

Sekilas, Saham konstruksi milik sultan Subang Asep Sulaiman ini tampak menarik. Bayangkan, per kuartal I/2023, BEBS tidak memiliki utang bank dengan total liabilitas jauh di bawah ekuitasnya.

Dari sisi kinerja keuangan, per kuartal  I/2023, BEBS mencatatkan pertumbuhan pendapatan 1,93 persen menjadi Rp188 miliar, sedangkan laba bersihnya naik 5,41 persen menjadi Rp45,02 miliar. Arus kas operasional BEBS pun cukup kokoh setelah positif Rp44,79 miliar.

Lalu, kenapa saham BEBS harga sahamnya terjun bebas dan sempat disuspensi BEI di awal tahun ya?

Jadi, awal 2023, saham BEBS sempat dikabarkan gagal bayar repo. Hal itu yang memicu saham BEBS disuspensi oleh BEI.

BACA JUGA: Penjelasan Apa itu REPO

Namun, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) menegaskan kasus BEBS bukan gagal bayar REPO, melainkan adanya gagal bayar transaksi di bursa di Royal Investium Sekuritas atas saham tersebut.

Jadi, nasabah Royal Investium Sekuritas gagal bayar, tapi sekuritasnya tidak bisa cover kegagalan ke KPEI.

Adapun, KPEI juga menegaskan gagal bayar nasabah Royal Investium itu bukan dari kalangan manajemen BEBS secara langsung.

Di tengah isu gagal bayar itu, Sultan Subang Asep Sulaeman sempat menjual 1,75 miliar saham BEBS. Dari transaksi itu, Sulta Sunang disebut mendapatkan dana segar RP1,4 triliun. Asep bisa dibilang menjual saham BEBS di harga yang cukup tinggi senilai Rp800-an per saham jika dibandingkan dengan harga saham saat ini di level Rp200-an per saham.

Kesimpulan

Sebagus apapun fundamental perusahaan, tapi jika ada yang aneh terkait pemegang saham pengendali dan manajemen, lebih baik pilih saham yang lain. Alasannya, kita tidak bisa prediksi dengan kondisi aksi manajemen dan pemegang saham pengendali yang tidak jelas, bagaimana nasib fundamental yang bagus itu ke depannya.

Apalagi, saham BEBS beberapa kali mengalami transaksi misterius yang membuatnya naik tiba-tiba atau lolos dari jeratan ARB.

Jika kamu sudah punya saham BEBS, mending lepas sekarang, daripada turun terus menjadi gocap.