Rencana Akuisisi Muamalat, Game Changer untuk BBTN?

Ada kabar BBTN berencana akuisisi Bank Muamalat, kira-kira gimana prospeknya dan bisa bikin harga sahamnya bangkit dari sideways berkepanjangan nggak ya?

Rencana Akuisisi Muamalat, Game Changer untuk BBTN?

Mikirduit – Ada sekitar belasan rencana akuissi dan merger yang terkait emiten yang listing di BEI sepanjang 2023. Namun, ada satu rencana aksi akuisisi dan merger yang menarik, yakni rencana PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) untuk mengakuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. 

Kabar BBTN berencana mencaplok Bank Muamalat muncul setelah manajemen BBTN menjawab beberapa pertanyaan BEI terkait pemberitaan di media massa yang membahas rumor tersebut pada 13 November 2023. Manajemen BBTN mengakui sedang mempersiapkan opsi untuk melakukan pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah dengan beberapa opsi, tanpa mention detail rencana Muamalat.. 

Pertama, mendirikan perusahaan baru atau lisensi baru untuk bank umum syariah dari unit usaha syariah yang ada. 

Kedua, perseroan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa bank syariah yang ada dan terus berkomunikasi untuk penawaran terbaik.

Adapun, daya tarik dari aksi BBTN akuisisi Bank Muamalat bisa dilihat dari dua sisi, yakni dari sisi Bank Muamalat serta BBTN. Untuk itu, kami akan ulas dua sisi menariknya rencana BBTN akuisisi Muamalat tersebut. 

Saham Bank Paling Cuan Saat Suku Bunga Tinggi? Jawabannya TIDAK
Apakah saham bank yang paling cuan saat suku bunga tinggi? jawabannya tidak, baca penjelasan komprehensifnya di sini.

Dari Sudut Pandang Bank Muamalat

Bicara Bank Muamalat, bank syariah pertama di Indonesia itu sempat mengalami masa sulit pada 2017. Kala itu, perseroan membutuhkan suntikan modal untuk mengendalikan laju pembiayaan bermasalah yang tinggi. 

Sayang, pemegang saham terbesar Bank Muamalat saat itu seperti, Islamic Development Bank (IDB), National Bank of Kuwait dan Bank Boubyan tak kunjung menambah modal. Lalu, pemegang saham lainnya, yakni SEDCO Holding sudah menekankan tidak akan menyuntik modal juga. 

Beberapa investor anyar yang disebut-sebut masuk ke Bank Muamalat juga tidak kunjung datang, seperti Minna Padi hingga konsorisum Al-Falah dari Ilham Habibie yang sempat menjabat sebagai komisaris utama di bank syariah tersebut. 

Sampai akhirnya, ada kejutan datang ketika Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) mendapatkan hibah kepemilikan saham Bank Muamalat dari IDB, National Bank of Kuwait dan Bank Boubyan, Atwil Holding, dan BMF Holding pada semester II/2021. Alasan para eks pengendali Muamalat hibahkan ke BPKH pun klasik, yakni agar bank syariah Indonesia itu bisa berkembang lebih tinggi lagi. 

BPKH didampingi dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) (PPA) dalam melakukan master restructuring agreement (MRA) atau perjanjian restrukturisasi keuangan dan bisnis bank syariah pertama Indonesia tersebut. 

Belum ada kabar tertulis terkait proses perkembangan restrukturisasi Bank Muamalat, tapi perseroan sempat mengumumkan rencana untuk melakukan penawaran umum di BEI pada akhir 2023. Secara normatif, manajemen bilang rencana melakukan penawaran umum agar memberikan kesempatan masyarakat untuk bisa membeli saham Bank Muamalat. 

Namun, jika ditelisik tujuan sebuah perusahaan melakukan penawaran umum adalah untuk mencari modal tambahan. Nantinya, modal itu diharapkan bisa membantu pertumbuhan bisnis Muamalat setelah melewati tahun-tahun sulitnya.

Sampai akhirnya, muncul kabar BBTN tertarik akuisisi Bank Muamalat, sebuah momen yang pas saat bank syariah itu lagi mencoba cari tambahan modal via penawaran umum di BEl.

Pertanyaannya, dengan terendus Bank Muamalat lagi butuh modal, bagaimana kondisi keuangan Bank Muamalat per kuartal III/2023? apakah masih baik-baik saja atau kejadian 2017 kembali terulang. Kami melihatnya dalam 5 aspek.

Pertama, Bank Muamalat mulai mencatatkan pertumbuhan pembiayaan yang positif. Per kuartal III/2023, pembiayaan Muamalat tumbuh sebesar 22 persen menjadi  Rp21,69 triliun. Ini menjadi sebuah tren positif karena menandakan Bank Muamalat mulai ekspansif dalam penyaluran pembiayaan. Sebagai catatan, pertumbuhan pembiayaan Bank Muamalat pada 2022 hanya tumbuh 4,32 persen setelah pada 2020 dan 2021 mencatatkan penurunan pembiayaan.

Kedua, meski begitu Bank Muamalat masih menghadapi masalah besar, yakni tingkat efisiensi operasional untuk bisa mendapatkan pendapatan. Jika dilihat cost to income ratio (CIR) Bank Muamalat cukup tinggi sebesar 89 persen. Meski, angka itu sudah lebih baik dibandingkan dengan 5 tahun sebelumnya yang konsisten di atas 90 persen. 

💡
CIR yang tinggi menandakan cost bank untuk bisa mendapatkan pendapatan lebih tinggi daripada penerimaan pendapatannya sehingga bisa dianggap bank itu menjadi kurang efisien

Salah satu yang membuat CIR Bank Muamalat tinggi adalah biaya tenaga kerja, serta biaya umum dan administrasi yang ditotal mencapai Rp800-an miliar pada kuartal III/2023. Padahal, pendapatan bagi hasil Bank Muamalat saja senilai Rp198 miliar. Untungnya, Bank Muamalat punya basis pendapatan komisi yang cukup tinggi mencapai Rp687 miliar, sehingga bank syariah itu masih bisa menutup kuartal III/2023 dengan laba bersih. 

Ketiga, Net Imbalan Bank Muamalat sangat tipis sebesar 0,49 persen. Dalam 5 tahun terakhir, Net Imbalan tertinggi Bank Muamalat sebesar 1,94 persen yang terjadi pada 2020. Sebagai gambaran, rata-rata Net Imbalan bank syariah sekitar 5 persen. Hal ini menunjukkan tingkat profitabilitas yang didapatkan Muamalat dari bisnis pembiayaannya sangat rendah.

Keempat, dari sisi rasio pembiayaan bermasalah gross dan nettnya, Bank Muamalat mencatatkan penurunan. Dari sisi gross turun menjadi 2,18 persen dibandingkan dengan 2,35 persen, sedangkan dari sisi nett turun menjadi 0,43 persen dibandingkan dengan 0,65 persen.  Namun, melihat modal inti tier-1 mereka turun, ada indikasi penurunan rasio pembiayaan bermasalah disebabkan oleh aksi hapus buku. 

Kelima, dari segi rasio kecukupan modal, posisi Bank Muamalat masih cukup tebal sebesar 28,67 persen, meski secara persentase turun dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 33 persen. Untuk penurunan CAR Muamalat masih bisa dimaklumi karena pertumbuhan pembiayaannya naik 22 persen. 

Meski, ada yang perlu diperhatikan, yakni penurunan modal inti tier-1 sekitar Rp300 miliar menjadi Rp4,7 triliun. Penurunan modal inti tier-1 bisa terjadi jika ada penghapusan buku pembiayaan bermasalah. 

Artinya, dengan Bank Muamalat yang mulai masuk mode ekspansi, tapi modal inti tergerus, mereka membutuhkan tambahan modal lagi untuk bisa makin ekspansif lagi di 2024. Di sini, ketertarikan BBTN untuk akuisisi Bank Muamalat bisa menjadi solusi bagi bank syariah pertama di Indonesia itu untuk bisa kembali bertumbuh lebih agresif ke depannya. 

Dari Sudut Pandang BBTN

Pertanyaannya, kenapa BBTN butuh akuisisi Bank Muamalat? dari perkiraan kami, hal itu dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan bisnis unit usaha syariah-nya yang kadung cukup raksasa untuk skala unit usaha. 

Bayangkan, dari pengelolaan aset dari dana pihak ketiga saja, unit usaha syariah BBTN sudah hampir menyamai Bank Muamalat yang notabene-nya bank syariah terbesar kedua di Indonesia. 

Kinerja UUS BBTN bisa dibilang berbanding terbalik dengan Muamalat yang tengah konsolidasi sejak 2017, dan baru mulai tumbuh di 2023. Dalam 5 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan pembiayaan UUS BBTN sekitar 11 persen per tahun. 

UUS BBTN juga mencatatkan tingkat net imbalan sebesar 3,12 persen per kuartal III/2023* dibandingkan dengan Bank Muamalat yang masih di bawah 1 persen. 

💡
Kami menghitung rasio net imbalan UUS BBTN secara manual dengan membagi pendapatan setelah distribusi bagi hasil dengan aktiva produktif (pembiayaan).

Untuk itu di sini menariknya, UUS BBTN dan Bank Muamalat ini bisa saling melengkapi. Misalnya, dari segi likuiditas, financing to deposit ratio per kuartal III/2023 UUS BBTN cukup tinggi sebesar 97 persen, sedangkan Bank Muamalat sangat longgar sebesar 45 persen. 

Artinya, jika BBTN merger Bank Muamalat dengan unit usaha syariahnya, mereka bisa mengoptimalkan aset dana pihak ketiga Muamalat yang masih cukup longgar. Dari situ, pertumbuhan pembiayaan keduanya bisa lebih agresif lagi. 

Apaalgi, segmen pembiayaan utama BBTN dan Bank Muamalat ini sama, yakni di segmen perumahan. Hal ini bisa mempermudah dalam integrasi dan mempercepat proses ekspansi pasca merger. 

Dengan begitu, BBTN bisa dorong ekspansi bisnis syariah, Bank Muamalat juga bisa terselamatkan dengan suntikan modal serta integrasi bisnis dengan ekosistem BBTN.

Saham BBTN Sudah Murah, Bisa Jadi Multibagger Nggak Nih?
Saham BBTN sudah rilis laporan keuangan kuartal II/2023. Hasilnya kinerja BBTN super moderat, laba tumbuh tipis banget. Tapi, dengan begitu, gimana prospek saham BBTN untuk investasi ya?

Kesimpulan

Jika BBTN jadi mengakuisisi Bank Muamalat dan merger dengan unit usaha syariahnya, ini menjadi win-win solution bukan hanya untuk BBTN dan Bank Muamalat saja, tetapi juga  industri perbankan syariah, serta sektor perumahan di Indonesia.  Kenapa begitu?

Bagi keuangan syariah,  merger unit usaha syariah BBTN dan Bank Muamalat bisa menjadi bank umum syariah dengan aset di atas Rp100 triliun. Hal itu akan mengukuhkan Bank Muamalat hasil merger dengan unit usaha syariah BBTN sebagai bank umum syariah terbesar kedua di Indonesia.

Persaingan bank syariah pun bisa makin menarik jika ada dua bank skala besar yang bisa adu strategi produk yang bermanfaat untuk masyarakat. Pasalnya, selama ini gap antara bank syariah terbesar, yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dengan Bank Muamalat terlampau jauh, begitu juga bank syariah lainnya yang punya skala lebih rendah. Jika Bank Muamalat dan unit usaha syariah BBTN merger, hal itu membuat skala bisnisnya bisa lebih bersaing dengan BRIS yang berstatus bank syariah terbesar saat ini.

Bagi sektor perumahan di Indonesia, merger unit usaha syariah BBTN dan Bank Muamalat bisa mendorong akselerasi pembiayaan perumahan masyarakat. Soalnya, mayoritas segmen pembiayaan unit usaha BBTN dan Bank Muamalat paling besar di pembiayaan perumahan (KPR syariah). Sehingga bank hasil merger bisa menjangkau masyarakat yang ingin membeli rumah dengan skema syariah. 

Dengan permodalan yang lebih tebal serta terkoneksi dengan ekosistem BBTN sebagai bank BUMN yang punya fokus di pembiayaan perumahan, akan membantu pertumbuhan bisnis Bank Muamalat setelah akuisisi merger makin agresif. Dengan begitu, Bank Muamalat bersama unit usaha syariah BBTN bisa meningkatkan berkontribusi besar untuk mencapai misi pemenuhan kebutuhan rumah rakyat, yaknii penyediaan pembiayaan yang bisa dijangkau masyarakat.

Di luar aksi korporasi, aksi akuisisi merger ini juga akan membuat saham BBTN menjadi lebih menarik. Alasannya, saat ini BBTN menjadi saham bank menengah dengan valuasi termurah ketiga setelah BDMN dan PNBN. 

Price to book value BBTN per 17 November 2023 sebesar 0,64 kali, posisi PBV itu sudah di bawah standard deviasi -1 PBV 5 tahun BBTN yang sebesar 0,65 kali. Jika akuisisi merger rampung, harusnya saham BBTN layak diapresiasi lebih tinggi lagi dengan prospek pertumbuhan bisnis bank syariah yang juga mendorong kinerja konsolidasi perseroan. 

Kami ekspektasikan saham BBTN layak diapresiasi hingga ke PBV rata-rata 5 tahun hingga standard deviasi +1 per 17 November 2023 yang berada di kisaran Rp1.699 per saham sampai Rp2.063 per saham. Dalam jangka 6 - 12 bulan saat proses akuisisi berjalan.

Menurutmu, apakah saham BBTN sudah menarik dikoleksi saat ini di tengah proses akuisisi merger yang masih berjalan?

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini