Prospek Sektor Saham Batu Bara Pada 2026 di Tengah Tekanan Domestik dan Global
Saham sektor batu bara pasti dinilai suram karena banyak tekanan. Beberapa saham batu bara besar mulai terdiskon. Kami justru menilai ada peluang di sektor ini. Bagaimana prospeknya?
Mikirduit – Salah satu sektor yang lagi bau banget adalah batu bara. Di tengah harga batu bara yang lagi tertekan, sektor ini mendapatkan tekanan dari berbagai regulasi pemerintah mulai dari penyesuaian royalti hingga pengenaan bea keluar di 2026, dan rencana perubahan porsi DMO yang lebih tinggi. Tapi, apakah masih ada harapan untuk sektor batu bara?
Highlight
- Sektor batu bara menghadapi tekanan struktural hingga 2030 akibat harga yang tertekan, permintaan global yang cenderung stagnan, serta risiko regulasi seperti kenaikan royalti, bea keluar, dan peningkatan porsi DMO yang menekan margin emiten.
- Meski begitu, peluang tetap ada dari potensi anomali supply–demand karena minimnya eksplorasi baru, hilirisasi batu bara, permintaan metalurgi dari India, risiko cuaca ekstrem seperti El Nino, serta kebutuhan listrik besar dari ekspansi teknologi dan AI.
- Pemilihan saham batu bara perlu selektif berbasis karakter seperti PTBA yang unggul cadangan dan dividen, INDY yang bertaruh pada diversifikasi non-batu bara dengan risiko eksekusi, dan ABMM yang mengandalkan akuisisi lanjutan di tengah keterbatasan cadangan.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini.
Ada dua sisi peluang dan tantangan dari saham sektor batu bara dalam jangka pendek setidaknya 2030. (tahun 2030 ini asumsi jumlah pembangkit listrik energi baru terbarukan jumlahnya mulai lumayan besar untuk menekan permintaan batu bara).
Kami merekap beberapa tantangan sektor batu bara dari 2026-2030: Permintaan batu bara dinilai mulai stagnan (tidak bertumbuh agresif seperti sebelumnya). Jika merujuk ke data IEA untuk Outlook 2026, permintaan batu bara dunia mulai sideways, tapi masih ada kenaikan permintaan dari India dan Asean (Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Thailand). Namun, kenaikan permintaan dari negara tersebut belum mampu mendorong naik permintaan batu bara seperti dulu.
Di sisi lain, asumsi permintaan batu bara yang stagnan dengan mengasumsikan ekonomi China yang belum pulih. Dari report IEA per 17 Desember 2025 tersebut disebutkan kondisi China mengalami kelebihan pasokan batu bara dengan kondisi permintaan yang lesu.
Catatannya, proyeksi permintaan batu bara yang stagnan bisa berubah jika China mencatatkan pertumbuhan konsumsi listrik yang lebih tinggi dari perkiraan, integrasi energi terbarukan yang lebih lambat, hingga faktor investasi gasifikasi batu bara yang meningkat drastis.
Khusus dari kami sendiri, ada catatan khusus potensi batu bara jika ada perubahan cuaca ekstrem seperti El Nino. Dari berbagai proyeksi, El Nino bisa terjadi pada sekitar 2027. Hal ini bisa menjadi masalah bagi pembangkit listrik tenaga air yang berpotensi dialihkan ke batu bara lagi (terutama di India dan China).
Lalu, tantangan juga datang dari faktor domestik seperti, pengenaan bea keluar yang bisa makin memangkas margin keuntungan saham sektor batu bara. Apalagi, jika dilihat rata-rata rasio cash cost dibandingkan dengan average selling price rata-rata sudah di sekitar 80-90 persen.
Jika ditambah ada kenaikan porsi domestic market obligation yang saat ini di harga 70 dolar AS per ton, bisa makin menekan tingkat margin para emiten batu bara tersebut. Apalagi, jika harga batu bara tidak kunjung naik ke area 120-130 dolar AS per ton (angka minimal).
Meski begitu, tetap ada peluang untuk saham batu bara: Aktivitas eksplorasi tambang batu bara mulai menurun karena sulitnya mencari pendanaan dari bank. Hal ini membuat banyak perusahaan tambang besar mengakuisisi tambang yang sudah matang untuk diakuisisi. Sehingga ada potensi anomali supply and demand jika tidak ada tambahan cadangan batu bara baru dari aktivitas eksplorasi.
Selain itu, semangat mencari cara hilirisasi batu bara, yang juga terus dijalankan di China, bisa jadi momentum positif untuk sektor tersebut. Khusus Metalurgi, ada potensi permintaan yang tinggi dari India yang kemungkinan meningkatkan impor batu bara jenis tersebut untuk pengembangan industri baja-nya.
Peluang sisanya seperti sudah disebutkan sebelumnya, jika ada kebangkitan ekonomi China hingga risiko cuaca yang membuat kebutuhan batu bara meningkat. Belum lagi, ekspansi pengembangan teknologi berbasis AI membutuhkan tenaga listrik yang besar dan stabil yang sejauh ini PLTU masih menjadi andalannya.
Analisis 3 Saham Batu Bara
Kami membagi kategori pilihan saham batu bara berdasarkan karakter yang bisa dipilih. Kami membaginya menjadi 6 karakter seperti, fundamental, diversifikasi, aksi korporasi, metalurgi, momentum, dan kondisi sedang berisiko.
Saham PTBA
Pertama, PTBA lagi ditunjuk untuk pengembangan hilirisasi batu bara menjadi DME. Jika dilakukan dan didukung oleh pemerintah bisa jadi momentum untuk PTBA yang harganya lagi murah saat ini. Masalahnya adalah komitmen pemerintah untuk konversi LPG dengan DME yang cenderung lebih mahal. Apakah akan dilanjutkan atau kembali mangkrak.
Dari segi cadangan, PTBA menjadi yang terbesar dengan total cadangan 2,93 miliar metrik ton. Jika rata-rata produksi batu bara PTBA 50 juta ton, cadangan itu cukup untuk 58 tahun ke depan.
Jika melihat proyeksi konsensus analis, PTBA diprediksi bisa mencatatkan laba bersih positif 0,04 persen menjadi Rp250 per saham. Dengan asumsi PTBA menjaga rasio dividen sekitar 75 persen, berarti dividen per saham di 2025 sekitar Rp188 per saham dengan yield 8,25 persen, serta dividen per saham di 2026 sekitar Rp188,24 per saham dengan yield serupa sekitar 8,25 persen.

Saham INDY
saham INDY yang juga lagi menjamah beberapa sektor non-batu bara dari kendaraan listrik, tambang emas, hingga tambang bauksit. Untuk kendaraan listrik dan bauksit sudah berjalan di 2025.
Dalam bisnis kendaraan listrik, selain mengejar penjualan dari motor listrik ALVA, INDY juga masuk ke bisnis bis listrik
Sementara itu, tambang emas baru akan berjalan pada 2027. Jika melihat perjalanannya, ada risiko signifikan di tambang emas INDY karena dua kali diundur. Jika rencana komersial 2027 kembali diundur berarti ada faktor teknis yang membuat tidak berjalan sesuai rencana sehingga menjadi risiko bagi saham INDY.
Sementara itu, hingga kuartal III/2025, porsi pendapatan non-batu bara INDY baru mencapai 22,97 persen. Itu pun ditopang dari bisnis jasa energi terkait migas.
Dengan menggunakan konsensus analis, laba bersih INDY diproyeksikan naik 163 persen menjadi Rp80 per saham pada 2025. Meski, realisasi hingga 9 bulan 2025 baru mencapai Rp2 per saham. Namun, jika INDY mampu mencatatkan kinerja fantastis di 3 bulan kuartal keempat, bukan tidak mungkin proyeksi itu tercapai.
Jika proyeksi laba bersih INDY sesuai ekspektasi, kami menilai ada potensi dividen (asumsi rasio 50 persen dari laba) sekitar Rp40 per saham. Jika dihitung dari harga saat ini menjadi sekitar Rp2.230 per saham.
Saham ABMM
ABMM memiliki problem terkait cadangan batu bara yang sudah habis sepenuhnya di akhir 2024. Akhirnya, mereka akuisisi salah satu tambang batu bara anak usaha UNTR yang diproyeksikan punya cadangan sekitar 31 juta ton. Kini, produksi batu bara ABMM sekitar 1 juta ton per tahun.
Di sisi lain, ABMM juga masih punya kas dan setara kas yang cukup jumbo senilai Rp3 triliun. Sehingga peluang ada aksi akuisisi lanjutan untuk tambang batu bara maupun mineral lainnya tetap terbuka. Salah satu rencana akuisisi yang sudah tersiar adalah terkait tambang emas, tapi belum ada kabar baru tambang emas yang akan diakuisisi perseroan.
Dari segi dividen, kami proyeksikan ABMM memiliki laba bersih per saham di 2025 turun 48 persen menjadi Rp411 per saham. Dengan asumsi payout rasio sekitar 20 persen, dividen per saham sekitar Rp82 per saham. Dengan harga saham per 24 Desember 2025, tingkat dividend yield-nya sekitar 2,96 persen.
Ulasan 25 Saham Batu bara untuk 2026 Sudah Rilis di Stock Digest Mikirsaham.com, Kamu bisa akses sekarang juga
Kamu bisa mendapatkan insightnya dengan join Mikirsaham Pro.
Benefit Mikirsaham Pro:
- Stockpick investing (dividend, value, growth, contrarian) yang di-update setiap bulan
- Stockpicking swing trade mingguan (khusus member mikirsaham elite jika kuota masih tersedia)
- Insight saham terkini serta action-nya
- IPO dan Corporate Action Digest
- Event online bulanan
- Grup Diskusi Saham
Join ke Member Mikirsaham Pro sekarang juga dengan klik link di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini
