Pelajaran dari Waskita, Saat Sentimen Mengalahkan Fundamental

Saham Waskita batal dapat modal dari negara untuk menyelamatkan nasibnya. Namun, saya sih dukung negara ya karena nggak akan sembuh tuh penyakitnya kalau cuma disuntik modal. Begini penjelasannya

Pelajaran dari Waskita, Saat Sentimen Mengalahkan Fundamental

Mikirduit – Saham WSKT atau PT Waskita Karya (Persero) Tbk. sudah jatuh ketimpa tangga. Rencana dana penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp3 triliun kepada WSKT dibatalkan. Kira-kira gimana nasib saham WSKT ini ya?

Jujur, sejak 2018, saya tidak pernah tertarik membeli saham BUMN karya tersebut. Mau WSKT, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), hingga PT PP (Persero) Tbk. (PTPP). Alasannya, ya keuntungan operasional mereka terbebani utang sehingga pertumbuhan perusahaan akan sangat amat terbatas.

Saya ingat, saat masih menjadi jurnalis di 2014-2015. Cerita BUMN karya berutang waktu itu masih hal wajar. Ingat, mereka ini perusahaan kontraktor. Jadi butuh dana besar untuk jalanin proyeknya dulu, nanti setelah jadi baru mendapatkan bayaran. Artinya, utang yang diambil sifatnya produktif. Apalagi, pada periode itu lagi gencar bangun tol Trans Jawa.

Kalau dilihat kinerja tahunannya, saham WSKT mencatatkan posisi laba bersih tertinggi pada 2018 senilai Rp3,9 triliun. Posisi laba bersih itu menjadi rekor tertinggi WSKT sejak 2011. [toh, dia IPO baru pada 2012 sehingga data terakhir yang terdetect di 2011].

Kenaikan laba bersih WSKT pada 2018 cukup logis, banyak uang proyek dari tol Trans Jawa mulai cair. Namun, tantangannya adalah setelah itu, mereka harus mencari lebih banyak proyek lagi untuk menjaga pertumbuhan kinerjanya. Soalnya, kalau nggak, kinerjanya bisa langsung drop karena beban utang yang sangat besar. Jika melihat periode 2018-2019, beban utang WSKT dalam setahun itu sekitar Rp3 triliun - Rp4 triliun dalam setahun.

Namun, WSKT tidak mampu mendapatkan nilai proyek besar lagi. Hasilnya, kinerja laba bersih WSKT drop cukup dalam menjadi hanya Rp900 miliar. Pertanyaannya, kenapa saat laba bersih WSKT drop, harga sahamnya malah naik?

Sentimen Semu WSKT Hingga Banyak yang Melupakan Fundamental

Jawabannya, waktu itu ada dua sentimen utama, yakni rencana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan, serta lahirnya sovereign wealth fund Indonesia, yakni INA. Keduanya memiliki korelasi dengan BUMN karya, yakni IKN bakal melahirkan proyek baru dan SWF bisa menjadi pemberi dana hasil divestasi aset BUMN karya. Artinya, proyek ada, dan uang tersedia bakal oke dong ya?

Apalagi, jika melihat hasil sukses pembangunan tol Trans Jawa terhadap kinerja emiten BUMN karya telah melahirkan optimisme yang berlebihan terhadap saham dengan utang jumbo tersebut.

Hasilnya, banyak yang beli dan harga sahamnya terus naik. Bahkan, PT Taspen (Persero) cukup banyak memegang saham BUMN karya. Baca selengkapnya di sini, belajar mengelola dana pensiun dari kesalahan PT Taspen.

Sebenarnya, banyak orang yang sudah ngeh kalau kinerja keuangan WSKT ini bermasalah banget. Namun, beberapa dibutakan, apalagi setelah market crash pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Padahal, keberadaan Covid-19 itulah yang membuat penyakit WSKT menjadi semakin parah lebih cepat.

Per 2020, WSKT pun mulai merugi karena banyak proyek yang tidak bisa dikerjakan akibat pembatasan mobilitas. Namun, beban utang yang mencapai Rp4 triliun terus berjalan setiap tahunnya. Belum lagi, WSKT pada 2020 ada utang Rp1,5 triliun kepada subkontraktor yang juga pasti lagi mengalami masa sulit.

Kas setara kas WSKT menyusut dengan cepat dari 2019 senilai Rp9 triliun, pada akhir 2020 tinggal Rp1 triliun. Untuk itu, WSKT grasak-grusuk rights issue di akhir 2021.Lalu, tiba-tiba minta rights issue lagi pada 2022. Artinya, minta negara suntik modal buat kondisi kacaunya yang akhirnya terjadi.

Walaupun, banyak juga perspektif, kondisi WSKT dan BUMN karya lain kacau juga gara-gara proyek pemerintah. Soalnya, tidak semua proyek pemerintah memberikan keuntungan margin yang optimal. Namun, di sisi lain, banyak juga perspektif kalau BUMN karya ini secara good corporate governance (GCG)-nya juga kurang baik.

Namun, dengan dibatalkannya PMN Rp3 triliun WSKT, negara tampaknya tidak mau ambil risiko dan memilih membiarkan perusahaan BUMN karya itu menyelesaikan masalah utangnya, dengan cara restrukturisasi terlebih dulu.

Alasan Saya Tidak Suka Waskita

Oke, alasan saya tidak suka WSKT mungkin bisa jadi perspektif untuk kamu semua. Jadi gini, alasan saya tidak suka dengan WSKT bukan semata-mata utang jumbonya saja. Namun, juga model bisnisnya.

Jadi gini, WSKT ini kan model bisnisnya kontraktor. Dia nerima proyek, bangun, dan lalu dapat uang. Nah, namun dalam proses pembangunan itu, dia butuh modal, yang kebanyakan didapatkan dari utang. Belum lagi kalau dia ambil proyek besar, utangnya juga berpotensi besar yang biasanya pake skema kredit sindikasi.

💡
Kredit sindikasi adalah skema kredit yang diberikan oleh beberapa bank dengan tujuan untuk meredam risiko gagal bayar karena satu nilai kredit dibagikan oleh banyak bank.

Dari sini, margin keuntungan WSKT sudah kecil. Di sisi lain, konsep dalam proyek Tol Trans Jawa membuat WSKT memiliki kepemilikan di beberapa tol tersebut dengan skema joint venture dan membuat entitas baru. Dari sini, saya sempat menilai bagus juga karena WSKT akan mendapatkan pendapatan berulang atau recuring income. Namun, ternyata WSKT melakukan divestasi aset untuk segera mendapatkan dana segar. Artinya, di sini, keuangan WSKT ditentukan dari hasil jualan aset, yang belum tentu laku juga tersebut.

Dengan kepemilikan utang yang tinggi, dan aset yang kurang likuid. Risiko bisnis saham WSKT besar sekali. Apalagi, utang jangka pendeknya sangat besar sekali dengan margin keuntungan yang kecil, jelas WSKT bakal sulit tumbuh lebih cepat untuk menyelesaikan berbagai utangnya tersebut maupun meningkatkan laba bersihnya. Apalagi, tren permintaan proyek bakal sejalan dengan laju tingkat suku bunga dan pertumbuhan ekonomi. Yang artinya, jumlah proyek bakal fluktuatif banget.

Jadi, ngapain beli saham yang berisiko kayak gitu? lebih baik tinggalkan saja dong?

Namun, Bukannya BUMN Pasti Akan Selamat?

Nah, salah satu perspektif yang membuat beberapa orang nekat masuk adalah alasan kalau BUMN pasti diselamatkan negara. Sayangnya, dalam berita terbaru ini, negara pun mulai hati-hati mengucurkan bantuan untuk WSKT.

Kementerian BUMN pasti akan putar otak untuk menyelamatkan, tapi butuh waktu panjang. Apalagi, sempat ada dugaan laporan keuangan beberapa BUMN karya dimanipulasi. Kisah saham BUMN karya akan menjadi cerita panjang yang tidak tahu kapan selesainya.

Masalah lainnya adalah jelang pemilu 2024, artinya kepemimpinan Kementerian BUMN juga akan berubah. Hal itu akan membuat perubahan kebijakan, apakah pemerintahan yang baru bakal royal untuk menyelamatkan BUMN karya atau tetap dalam kebijakan yang sama seperti sebelumnya.

Jujur, kalau saya lebih baik dalam kebijakan yang sama seperti sebelumnya. Soalnya, kalau dibantu lagi tidak akan menyelesaikan masalah. Hanya memberikan mereka nafas untuk bisa ambil utang lagi dan terus terulang lagi.

Kesimpulan

Saham BUMN karya memang pernah menjadi primadona pada 2019-2020, meski kinerja memburuk tapi banyak yang beli. Ada yang bilang, investor angkatan Covid-19 yang terjebak pom-poman, tapi menurut saya bukan cuma investor angkatan Covid-19 saja, melainkan beberapa lagi yang sejak 2019 sudah tergiur masuk ke sana.

Buktinya, dana pensiun Taspen saja masih pegang saham BUMN karya tersebut. Banyak yang tergiur dengan pergerakan harga saham BUMN karya yang sangat indah di saat itu, tapi lupa dengan fundamentalnya yang kacau.

Kamu ada yang masih terjebak di saham BUMN karya? kalau saya terjebaknya di SRIL bukan BUMN karya hehe.  BACA JUGA: Begini kesalahan saya yang terpaksa nyangkut di SRIL