Nasib Saham Ekspedisi di Era Normalisasi Bisnis e-Commerce

Saham bisnis ekspedisi pernah booming di 2021-2022 hingga membawa harga saham ASSA tembus Rp4.000-an per saham. Lalu, bagaimana prospeknya kini?

Nasib Saham Ekspedisi di Era Normalisasi Bisnis e-Commerce

Mikirduit – Bisnis logistik ekspedisi sempat booming pada medio 2021-2022 saat pandemi Covid-19. Namun, kenapa kini bisnis itu lesu? begitu juga dengan kinerja keuangan dan harga saham yang memiliki bisnis tersebut. Apa penyebabnya dan bagaimana prospek ke depannya?

Bisnis ekspekdisi melesat tinggi ketika permintaan belanja di e-Commerce juga meroket. Hal itu terjadi di era pandemi Covid-19 dan didorong berbagai promosi besar-besaran yang membuat  transaksi e-Commerce di Indonesia meroket. 

Jika melihat tren pertumbuhan gross merchant value (GMV) e-Commerce di Indonesia memang tumbuh sangat lambat di 2023 setelah hanya naik 6,8 persen menjadi 62 miliar dolar AS. Padahal, tahun-tahun sebelumnya masih tumbuh di atas 20 persen.

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti: 

Pertama, platform e-Commerce lebih efisien dalam memberikan promo sehingga membuat minat transaksi lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya saat masih mode membakar uang. 

Kedua, platform e-Commerce mulai menaikkan biaya-biaya dalam bertransaksi hingga ke merchant yang membuat permintaan transaksi juga lebih lambat. 

Ketiga, Tiktokshop dilarang beroperasi sejak Oktober 2023. Padahal, TikTokshop menjadi salah satu platform e-Commerce yang masih memberikan banyak promo.

Keempat, kebijakan Kementerian Perdagangan melarang penjualan barang impor di bawah Rp1,5 juta di e-Commerce. Hal itu juga yang memicu perlambatan transaksi di platform tersebut. 

Kelima, empat kondisi di atas pun mempengaruhi daya beli masyarkat untuk membelanjakan uangnya di e-Commerce

Hal itu pun berimbas juga ke bisnis logistik yang sempat menikmati indahnya volume transaksi yang besar di e-Commerce yang membutuhkan pengiriman barang. Hasilnya, beberapa emiten ekspedisi yang fokus di segmen business to customer atau customer to customer mengalami penurunan kinerja cukup dalam.

Bisnis Anteraja Lesu Bikin Pesona Saham ASSA Pudar

Tren penurunan bisnis ekspedisi sangat dirasakan ASSA lewat AnterAja. Bisnis ekspedisi yang didirikan pada Maret 2019 itu dalam waktu singkat sempat menjadi driver utama kinerja pendapatan perseroan. Padahal, bisnis utama ASSA adalah sewa kendaraan mobil penumpang dan auto pool. 

Puncak tertinggi bisnis AnterAja milik ASSA ini terjadi di 2021 setelah pendapatan dari segmen ekspedisi naik 248 persen menjadi Rp2,76 triliun. Bahkan, hanya dalam 3 tahun, bisnis AnterAja sudah mencatatkan laba operasi senilai Rp4,02 miliar. 

Tren bisnis AnterAja di 2022 juga masih meroket setelah pendapatan naik 13,95 persen menjadi Rp3,15 triliun. Meski, posisi bottom line laba operasi-nya malah merugi Rp243 miliar. 

Hingga akhirnya, sampai kuartal III/2023, bisnis AnterAja turun 56 persen menjadi Rp1,13 triliun, serta mencatatkan kerugian operasi Rp135 miliar. Namun, buruknya kinerja AnterAja tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja laba bersih ASSA yang hanya turun sebesar 9,9 persen menjadi Rp118 miliar. Hal itu didorong oleh kinerja lini bisnis ASSA lainnya yang bertumbuh positif sehingga membantu redam efek penurunan bisnis AnterAja.

Pola yang sama juga terlihat di bisnis SAPX yang memiliki brand ekspedisi SAP Express. Perusahaan logistik yang didirikan sejak 2014 itu sempat menikmati puncak kejayaan bisnis ekspedisi di 2021 dengan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 30,51 persen menjadi Rp589 miliar. Hal itu juga mendorong kenaikan laba bersih perseroan pada periode tersebut sebesar 42 persen menjadi Rp44,75 miliar. 

Tren kinerja di 2022 pun mulai tumbuh lebih lambat setelah hanya naik 0,42 persen menjadi Rp591 miliar. Laba bersih SAPX di 2022 juga turun cukup dalam sebesar 98,14 persen menjadi Rp831 juta. 

Hingga akhirnya sampai kuartal III/2023, pendapatan SAPX turun 0,25 persen menjadi Rp448 miliar. Lalu, laba bersih perseroan juga turun 51,92 persen menjadi Rp6,38 triliun.

12 Saham LQ45 Murah, MOS di Atas 50 Persen, Ini Hitungannya
Salah satu optimalkan keuntungan adalah dengan menggunakan margin of safety. Berikut ini 12 saham LQ45 dengan margin of safety di atas 50 persen

Bisnis Ekspedisi TNCA Lebih Tahan Banting?

Berbeda dengan ASSA dan SAPX, bisnis ekspedisi TNCA malah lebih tahan banting saat kedua ekspedisi lainnya berdarah-darah. Kenapa bisa begitu? 

Penyebabnya adalah model bisnis TNCA berbeda dengan AnterAja dan SAPX yang lebih ke business to custumer dan customer to customer. Adapun, mayoritas bisnis TNCA lebih ke business to business. 

Misalnya, dari kinerja hingga kuartal III/2023, sekitar 70 persen pendapatan TNCA didapatkan dari klien dengan nominal transaksi ekspedisi di atas Rp300 juta. Selain itu, TNCA memiliki pendapatan dari PT Mrapi Utama Pharma senilai Rp2,82 miliar, PT Parit Padang Global senilai Rp2,72 miliar, PT Smart Telecom senilai Rp2,46 miliar dan lainnya. 

Hasilnya, saat emiten ekspedisi lain tengah bertahan hidup dari penruunan bisnis, TNCA masih mampu mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 6,39 persen menjadi Rp54,09 miliar.

Menariknya lagi, TNCA juga mampu meningkatkan gross profit margin menjadi 27,42 persen dibandingkan dengan 25,78 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Hal itu juga yang memicu laba bersih TNCA bisa naik 135 persen menjadi Rp2,19 miliar. 

Jadi, dengan kondisi begini, bagaimana prospek saham-saham terkait bisnis ekspedisi tersebut?

Arah Saham ASII Selanjutnya Setelah Dikepung Mobil China
Kemana arah saham ASII selanjutnya setelah muncul BYD yang berencana penetrasi ke Indonesia. Simak ulasan lengkap daya tahan bisnis ASII di sini

Prospek Emiten Ekspedisi

Bisa dibilang, bisnis ekspedisi tengah menghadapi normalisasi kinerja setelah ada momen luar biasa dari promo hingga banjir barang impor murah di Indonesia. Artinya, akan ada titik terendah kinerja sektor ini yang akan berbalik kembali bertumbuh di kemudian hari. 

Apalagi, jika dilihat penurunan kinerja AnterAja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja ASSA secara keseluruhan. Seperti, pendapatan ASSA memang turun 25,26 persen pada kuartal III/2023, tetapi dari segi gross profit margin malah naik tinggi menjadi 24,27 persen dibandingkan dengan 18,52 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Meski, dari segi net profit margin ASSA turun menjadi 14,08 persen dibandingkan dengan 15,3 persen. Hal itu disebabkan posisi AnterAja yang merugi dibandingkan untung di periode sama tahun sebelumnya. 

Jika mengutip riset Samuel Sekuritas terkait ASSA pada 23 Agustus 2023, kinerja ASSA secara keseluruhan diperkirakan mulai rebound di 2024 meski kenaikannya tidak terlalu tinggi sebesar 3,78 persen. 

Menariknya, ASSA diperkirakan mencatatkan laba bersih yang naik sebesar 10,67 persen menjadi Rp114 miliar pada 2023. Lalu, tren itu akan lanjut naik di 2024 sebesar 14,91 persen menjadi Rp131 miliar. 

Namun, kinerja ASSA akan kembali didorong oleh bisnis rental kendaraan, serta lini bisnis lainnya untuk menutup penurunan bisnis di sektor ekspedisi tersebut. Pertumbuhan bisnisnya pun cenderung moderat. 

Dari perhitungan valuasi sum of the part (SOTP) Samuel Sekuritas, harga wajar ASSA diperkirakan senilai Rp1.100 per saham. Artinya, ada peluang kenaikan sebesar 56 persen jika mengacu harga sahamnya ke harga wajar tersebut. 

Sementara itu, dua saham lainnya, yakni SAPX dan TNCA cenderung saham third liner dengan market cap di bawah Rp1 triliun. Bahkan, market cap TNCA di bawah Rp100 miliar. 

Dengan posisi sebagai third liner, posisi harga saham SAPX cenderung mahal dengan price to book value (PBV) sebesar 3,87 kali. Angka itu memang di bawah rata-rata lima tahunnya yang sebesar 7,01 kali, tapi kami menilai angka itu cukup tinggi karena memasukkan periode booming besar di 2020-2022. 

Begitu juga TNCA, harga sahamnya bisa dibilang masih cukup mahal meski PBV saat ini di 1,62 kali. Angka ini memang di bawah rata-rata 5 tahun sebesar 4,65 kali, tapi itu hasil dari booming pada 2021-2022 saat perseroan diakuisisi oleh Akulaku.

Dengan status saham thirdliner, SAPX dan TNCA bisa saja bergerak kencang jika ada sentimen yang membuat pihak-pihak tertentu menggerakkan saham tersebut. Terutama TNCA, ini saham cukup mudah digerakkan hanya dengan uang Rp10 miliar hingga Rp20 miliar. 

Jadi, menurutmu apakah ASSA saat ini sudah menarik? tapi ingat jangan berharap harga saham ASSA bisa meroket kembali ke Rp4.000-an ya.

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini