12 Saham LQ45 Murah, MOS di Atas 50 Persen, Ini Hitungannya

Salah satu optimalkan keuntungan adalah dengan menggunakan margin of safety. Berikut ini 12 saham LQ45 dengan margin of safety di atas 50 persen

12 Saham LQ45 Murah, MOS di Atas 50 Persen, Ini Hitungannya

Mikirduit – Ada 12 saham LQ45 yang bisa dibeli dengan margin of safety atau MOS di atas 50 persen. Ini mungkin terlihat menggiurkan, tapi apakah dengan membeli saham yang memiliki margin of safety di atas 50 persen bisa membuat kita cuan di saham. Untuk itu, di sini, kami akan ulas soal margin of safety dan penerapannya.

💡
Margin of safety (MOS) di atas 50 persen, berarti harga saham saat ini berada di bawah nilai intrinsik dengan tingkat margin keamanan hingga 50 persen. Semakin besar angka MOS yang positif berarti posisi beli 'seharusnya' semakin baik, sebaliknya jika angka negatif berarti posisinya mahal.

Margin of safety bisa dibilang salah satu bagian dari strategi Benjamin Graham, gurunya Warren Buffett, dalam investasi saham. Bisa dibilang salah satu strategi jadul yang masih bisa relevan. 

Konsep Margin of Safety adalah strategi investor dalam membeli saham saat berada di bawah nilai intrinsiknya. Dengan begitu, harapannya investor bisa meredam potensi risiko penurunan harga. 

Dalam menghitung margin of safety untuk masuk ke sebuah saham, investor perlu mengetahui berapa nilai intrinsik sebuah saham. Namun, patut dipahami, nilai intrinsik sebuah saham ini bisa beda-beda hasilnya karena ada banyak metode yang bisa digunakan. 

Berikut ini beberapa cara untuk menghitung nilai intrinsik sebuah saham: 

  • Dividend Discounted Model (DDM): Formula mencari nilai intrinsik dengan memperkirakan potensi pembayaran dividen di masa depan dan disesuaikan dengan kondisi saat ini. Di sini, berarti dibutuhkan proyeksi potensi dividen di masa depan. 
  • Discounted Cashflow Model (DCF): Formula mencari nilai intrinsik dengan memperkirakan potensi cashflow di masa depan, dan menyesuaikannya dengan kondisi saat ini. Di sini, berarti dibutuhkan proyeksi cashflow di masa depan. Ketimbang DDM, model DCF lebih memungkinkan untuk digunakan di pasar saham Indonesia karena secara dasar cashflow bisa menjadi gambaran bagaimana perkembangan bisnis. Soalnya, belum semua saham di Indonesia juga rutin membagikan dividen. 
  •  Formula Ben Graham: Formula mencari nilai intrinsik saham ala Ben Graham ini menggunakan beberapa indikator seperti laba bersih per saham, indikator price to earning ratio yang dianggap wajar jika perusahaan tidak mencatatkan pertumbuhan, ekspektasi pertumbuhan rata-rata harga saham selama 7-10 tahun ke depan, rata-rata suku bunga obligasi korporasi yang bisa disesuaikan dengan data terbaru, dan suku bunga korporasi berkualitas terbaik grade AAA.
  • Menggunakan valuasi relatif: Salah satu cara yang mudah dipraktekan oleh investor ritel adalah menggunakan valuasi relatif, seperti price to earning ratio, price to book ratio, EV/Ebitda, price to sales, dan lainnya. 

Setiap formula memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti, valuasi absolut seperti DDM dan DCF memang bisa menggambarkan kondisi sebuah emiten dari proyeksi yang dibuat. Namun, kelemahannya proses dalam menghitung dengan DDM dan DCF akan menguras waktu dan pikiran cukup banyak. 

Sementara itu, rumus Ben Graham ini bisa dibilang lebih sempurna lagi dibandingkan DDM dan DCF. Pasalnya, Ben Graham mengombinasikan dengan kondisi terburuk jika perusahaan tidak mencatatkan pertumbuhan bisnis. Namun, mencari berbagai indikator dalam formulanya itu yang cukup rumit dan berpotensi berubah-ubah. Seperti, tren suku bunga obligasi korporasi berubah-ubah, serta indikator yang bisa digunakan untuk memproyeksikan rata-rata pertumbuhan harga saham 7-10 tahun ke depan bisa jadi bias. Jika mengambil dari angka masa lalu, tentunya belum valid karena kondisi di masa depan bsia jadi berbeda. 

Terakhir, menggunakan valuasi relatif ini menjadi cara termudah, tapi potensi biasnya juga sangat tinggi. Kami akan menggunakan cara terakhir agar lebih mudah dipraktekan, serta mengungkapkan apa saja kekurangan yang membuat kita harus lebih mendetail.

Margin of Safety Saham LQ45 per 24 Januari 2024

Sebelum menghitung margin of safety saham LQ45 ini, kami akan menghitung berapa nilai intrinsik dengan valuasi relatif. Bagaimana caranya? 

Sebenarnya, kami dibantu oleh fitur Stockbit untuk memudahkan screening, jadi kami akan mencari berapa rata-rata price to earning ratio (PE) selama 5 tahun. Kenapa dengan PE? karena kami akan menghitungnya dengan estimasi laba bersih per saham di 2024 sehingga bisa lebih forward looking meski hanya cuma satu tahun. Estimas laba bersih per saham bisa didapatkan di riset sekuritas atau konsensus analis yang biasanya ada di Bloomberg atau Stockbit. 

Kenapa ambilnya rata-rata 5 tahun? kalau kami menilai agar tidak melewati periode siklus yang terlalu besar di masa lalu yang cukup jauh sehingga bisa meningkatkan bias dari hasilnya. Untuk itu, ambil jangka menengah di 5 tahun, meski potensi bias itu akan tetap ada. 

Cara menentukan nilai intrinsik dengan valuasi relatif adalah mengkalikan proyeksi laba per saham (dalam hal ini kami menggunakan proyeksi laba bersih per saham di 2024) dengan rata-rata PE 5 tahunnya. Selain itu, bisa juga mengkalikan laba bersih per saham dalam 12 bulan terakhir dengan PE juga. Perbedaannya, jika menggunakan proyeksi laba bersih per saham bisa lebih memperlihatkan berapa harga saham yang layak di masa depan dengan kondisi proyeksi laba bersih tersebut.

3 Saham LQ45 yang Murah, Posisi Bagus Untuk Nyerok?
Saham LQ45 bisa dibilang saham paling likuid dengan fundamental yang dianggap bagus, meski kadang saham yang viral bisa masuk ke sini seperti BUMI hingga MYRX. Nah, ini ada 3 saham LQ45 yang lagi murah, siap broong?

Lalu, kenapa menggunakan PE rata-rata 5 tahunnya dalam menghitung nilai intrinsik? formula ini memberikan asumsi kalau valuasi PE saham di masa depan bisa kembali ke rata-rata 5 tahunnya. Dengan begitu, posisi PE rata-rata 5 tahun bisa dianggap nilai intrinsik jika dikalikan dengan proyeksi laba bersih per saham. 

Setelah mendapatkan nilai intrinsik, kita tinggal hitung, dengan posisi harga hari ini, berapa tingkat margin of safety-nya. Caranya simpel, Nilai intrinsik - Harga Saham saat ini)/ Nilai Intrinsik x 100 persen. ada beberapa cara lainnya yang sama sih hanya beda formula aja.

Hasilnya, semakin besar persentase, berarti seharusnya risiko yang diterima investor saat beli saham itu semakin rendah. Sebaliknya, jika persentase-nya negatif, berarti posisi harga saham lagi di atas nilai intrinsiknya. 

Menariknya, setelah kami coba hitung saham LQ45 dengan metriks memiliki PE yang positif lebih dari 0, jadi ada sekitar 39 saham, sebanyak 38 saham berada di bawah nilai intrinsiknya. Hanya satu saham yang berada di atas nilai intrinsiknya. Data lengkapnya di bawah ini: 

Potensi Nilai Intrinsik Menjadi Sangat Bias

Seperti yang kami bahas sebelumnya, perhitungan nilai intrinsik dengan valuasi relatif ini berpotensi menghasilkan angka yang cukup bias. Soalnya, perhitungannya menggunakan historis valuasi di masa lalu. 

Misalnya, dalam contoh kasus INDY dianggap memiliki nilai intrinsik sekitar Rp4.799 per saham jika menggunakan PE rata-rata 5 tahunnya. Artinya, harga saham INDY saat ini berada di level 237 persen lebih murah daripada nilai intrinsiknya. Kok bisa ya?

Hal itu disebabkan ketika di periode 2018, harga saham INDY sempat melejit ke angka Rp4.000-an per saham. Sehingga jika dirata-rata valuasinya akan mendekati level tersebut. Lalu, apakah harga saham INDY bisa mengulang hal yang sama untuk balik ke Rp4.000-an per saham? jawabannya tergantung, apa yang menyebabkan saham INDY meroket di awal 2018 saat itu.

Jika dilihat, saham INDY meroket sesaat pada periode Januari-Februari 2018 disebabkan saham batu bara ini masuk ke LQ45. Artinya, kenaikan demand beli saham INDY terjadi karena ada ETF atau reksa dana indeks terkait LQ45 yang harus beli saham INDY. Di sini, peluang INDY untuk kembali ke harga tersebut membutuhkan sentimen seperti masuk indeks global yang skalanya lebih besar (misalnya tadinya MSCI small cap, tiba-tiba dinaikkan jadi MSCI mid cap dan lainnya). 

Begitu juga dalam kasus ARTO yang dianggap memiliki nilai intrinsik Rp23.421. Angka tinggi itu disebabkan oleh adanya pembalikkan posisi dari rugi menjadi laba dan juga posisi rata-rata tertinggi di sekitar Rp15.000 ke atas selama 1 tahun. Kenapa hal itu bisa terjadi? saham ARTO booming karena diakuisisi oleh Grup Northstar via Jerry Ng dan Patrick Walujo. Serta, saat itu juga ada booming bank digital. Sehingga nilai intrinsik ARTO bisa dibilang cukup bias. 

Jadi, bagaimana caranya kita bisa menentukan nilai intrinsik dengan mengurangi potensi bias yang ada?

Saham BBTN Sudah Murah, Bisa Jadi Multibagger Nggak Nih?
Saham BBTN sudah rilis laporan keuangan kuartal II/2023. Hasilnya kinerja BBTN super moderat, laba tumbuh tipis banget. Tapi, dengan begitu, gimana prospek saham BBTN untuk investasi ya?

Memahami Strategi Ben graham

Ingat, Ben Graham memilih saham bukan cuma sekadar menggunakan margin of safety. Posisi margin of safety hanya bagian atau tools yang digunakan Ben Graham untuk menentukan apakah saham ini sudah bisa dibeli atau masih kemahalan. 

Sebelum menghitung margin of safety, ada banyak yang harus dilakukan agar kita yakin, kalau saham ini memang layak untuk dibeli. Dengan catatan, ini untuk investasi jangka panjang bukan sekadar trading jangka pendek ya. Berikut dua langkah yang dilakukam Ben Graham: 

Pertama, menganalisis saham dari bisnisnya. Agar, investor bisa tau, ini tuh sebenarnya saham apaan sih. Kantornya beneran ada nggak? 

Secara teorinya beberapa hal yang wajib dicari tahu antara lain: 

  • Di mana lokasi kantor pusat perusahaan ini? jangan-jangan nggak punya kantor lagi kan. 
  • Di mana tempat perusahaan melakukan operasi bisnis: seperti di mana lokasi pabriknya. Dengan mengetahuinya ya kita bisa dapat gambaran juga seberapa besar skala bisnis perusahaan tersebut dan bisa peka jika ada ekspansi atau malah pengurangan pabrik dan sebagainya. 
  • Apa bisnis yang dilakukan oleh perusahaan? seperti, apa produk dan jasa yang dijual.
  • Bagaimana model bisnis perusahaan? mencari tahu bagaimana perusahaan ini bisa mendapatkan uang. Sehingga kita juga bisa menganalisis apakah model bisnisnya bagus atau malah ada risiko dari model bisnisnya
  • Siapa manajemen yang mengelola perusahaan? kita perlu cek juga rekam jejak manajemennya seperti apa. Soalnya, manajemen ini salah satu kunci bagaimana perusahaan bisa bertumbuh juga. 

Itu semua adalah pertanyaan dasar agar kita mengenal saham yang akan dibeli. Semua pertanyaan itu bisa didapatkan tanpa harus ke lapangan, cukup dari website perusahaan, googling news terkait emiten, datang ke RUPS, dan kalau mau rajin juga bisa survey ke penjual atau penyedia jasa layanan bisnis perusahaan sehingga bisa menilai apakah oke atau nggak sebuah perusahaan.

Kedua, memahami laporan keuangan dan logika ekonomi makro. Dalam konteks memahami ini bukan berarti harus jago ya, tapi kita bisa memahami dasar-dasarnya seperti: 

  • Kenapa laba perusahaan bisa meroket tinggi, padahal pendapatannya turun? jawabannya bisa dicek dengan membaca catatan laporan keuangan tanpa perlu hitung-hitungan lagi. 
  • Deretan penting dalam menilai kesehatan perusahaan, seperti melihat kondisi utang berbunga jangka pendek dan jangka panjang, dibandingkan dengan ekuitas sehingga ketemu debt to equity ratio (DER). Lalu, melihat juga bagaimana kondisi kas dan setara kas, serta free cashflow (rumusnya kas dari aktivitas operasi dikurang pos arus kas investasi yang posisinya negatif serta untuk kebutuhan ekspansi bisnis.), serta mengetahui perkembangan tingkat margin keuntungan. Jika ada perubahan signifikan kita bisa langsung cek, apa penyebabnya, apakah ada kenaikan cicilan utang atau ada rugi lain-lain. 
  • Efek harga komoditas terhadap kinerja saham terkait
  • Efek kebijakan bank sentral terhadap kinerja saham terkait

Semua ini bisa dipahami tanpa perlu menyabet gelar sarjana ekonomi. Tinggal kita pelajari aja bagaimana logika ekonomi makro dan membaca laporan keuangan.

Setelah screening dengan dua cara itu dan menemukan deretan saham yang dinilai oke. Kita bisa mulai melakukan perhitungan margin of safety untuk mengetahui apakah harga saham saat ini menjadi waktu yang paling tepat untuk melakukan pembelian atau masih mahal.

Dengan mengetahui itu semua, kita akan bisa menilai apakah hasil dari hitungan nilai intrinsik dengan valuasi relatif ini relevan atau tidak dengan kondisi fundamental saham. Misalnya, seluruh saham batu bara di LQ45 dianggap murah karena perhitungannya menggunakan asumsi valuasi saat booming batu bara di 2022 juga. Bahkan, jika menggunakan proyeksi DCF dan DDM, posisi harga wajar saham batu bara akan terdistraksi oleh booming tersebut karena terlalu signifikan.

Ketika mengetahui hal tersebut, kita bisa menurunkan ekspektasi harga wajar yang tadinya sangat tinggi ke level yang paling possible. Misalnya, dalam kasus INDY yang saat ini di harga Rp1.470 per saham. Kita bisa menurunkan ekspektasi dari hitungan harga wajar hingga Rp4.000-an per saham, menjadi sekadar Rp2.000 per saham dengan berbagai asumsi positif Alpha, bisnis motor listriknya IPO, hingga faktor lain seperti harga batu bara akan tetap stabil di posisi 100 dolar AS per ton.

Saham BDMN Agresif Ekspansi dan Murah, Begini Analisisnya
Edisi saham murah pertama, yakni BDMN. Kenapa? overall valuasi murah dengan prospek kinerja oke. Cari tahu gambaran analisisnya di sini ya.

Kesimpulan

Margin of safety ini bukan cara untuk mendapatkan keuntungan besar, tapi strategi meredam risiko penurunan harga saham. Caranya dengan membeli saat harga saham di bawah nilai intrinsiknya. Ribet sih, tapi tenang ribetnya di awal doang karena timeframe investasi dengan fundamental itu untuk jangka panjang.

Banyak yang menilai mencari saham via fundamental ini kurang praktis dibandingkan dengan teknikal atau bandarmologi. Namun, menurut kami, masalah kurang praktis ini hanya masalah perbedaan periode kerumitannya. 

Misalnya, analisis saham dengan fundamental ini kayak beli rumah secara tunai. Berat di ngumpulin uangnya. Tapi, setelah uang terkumpul ya santai rumah sudah jadi hak milik. Jadi, analisis saham dengan fundamental ini memang susah di awal, tapi setelah kita ketemu beberapa saham yang oke tinggal dihold dan pantau aja tiga bulan sekali. Sisanya, kita bisa fokus ke aktivitas pekerjaan dan sebagainya. Serta tinggal top up setiap bulan jika menggunakan dollar cost averaging.

Kalau analisis saham dengan teknikal dan bandarmologi ini memang terlihat praktis karena tidak perlu ribet-ribet di awal kayak fundamental. Namun, analisis saham tipe ini kayak beli rumah dengan KPR, sibuknya dikit-dikit sih, tapi rutin. Jadi, kalau pakai teknikal dan bandarmologi mau nggak mau harus terus dipantau minimal sehari sekali atau kalau yang trading mid term,seminggu sekali. Untuk ngecek, apakah ada perubahan tren atau nggak peralihan pergerakan bandar.

Jadi, analisis teknikal dan bandarmologi ini praktis, cuma harus dipantau. Kalau kelewat aja, bisa nyangkut dan jadinya rugi. 

Di sini, kami tidak membenarkan atau anak emaskan satu metode, tapi ya bebas tinggal sesuai kebutuhan aja, mau yang fundamental atau analisis teknikal serta bandarmologi. Soalnya, kebutuhan orang kan beda-beda ya.

Kamu mau dapat pilihan saham dividen serta update outlook setiap bulan hingga 2024 atau 2025?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini