Menerawang Tanda-tanda Kebangkitan Saham Sektor Ritel

Kapan saham ritel akan bangkit? kita analisis prospek sahamnya di sini. Mana yang paling menarik untuk dibeli?

Menerawang Tanda-tanda Kebangkitan Saham Sektor Ritel

Mikir Duit – Saham PT Ace Hardware Tbk. atau ACES akhirnya bangkit dari level terendahnya. Meski, saat ini kenaikan saham ACES masih terbatas setidaknya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda yang lebih baik. Lalu, bagaimana nasib saham ritel secara keseluruhan ke depannya?

Kali ini, kami akan menganalisis 5 saham ritel yang memiliki perbedaan segmen seperti ACES yang menjual peralatan rumah tangga. Pangsa pasar cenderung segmen menengah. Lalu, ada saham PT Ramayan Lestari Tbk. atau RALS yang pangsa pasarnya segmen menengah ke bawah. Lalu, ada PT Mitra Adi Perkasa Tbk. atau saham MAPI yang segmennya menengah ke atas. PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) yang segmennya menengah, bisa bawah dan juga menyentuh atas. Terakhir, PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) yang fokusnya menjual gadget meski sudah mulai ekspansi ke food and beveroage juga. Kira-kira, gimana prospeknya?

Jika kamu sudah membaca artikel yang ini, BACA JUGA: Cara Pilih Aset Investasi yang 99 Persen Pasti Cuan , kamu akan menyadari posisi kita saat ini berada di fase bank sentral mulai menahan suku bunga. Meski, Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral AS masih belum memastikan aksi menahan suku bunga lebih lanjut.

Dari sini, aksi bank sentral menahan suku bunga berarti sudah ada tanda-tanda inflasi mulai normal lagi. Setelah itu, jika pertumbuhan ekonomi tertatih-tatih akibat suku bunga tinggi. Bank sentral berpotensi menurunkan suku bunga. Nah, periode penurunan suku bunga ini yang akan menjadi titik balik saham ritel.

Alasannya, dengan suku bunga rendah peredaran uang akan lebih banyak, demand belanja juga akan menjadi lebih bergairah. Meski, kejadian ini baru akan terjadi kemungkinan di 2024.

Kalau begitu, apa nih saham ritel yang menarik untuk dikoleksi?

Prospek Saham Ritel

Jika melihat kinerja saham ritel pada kuartal I/2023, hasilnya memang tidak terlalu menarik. Rata-rata laba bersih naik tipis maupun turun signifikan, meski beberapa saham ritel mencatatkan kenaikan pendapatan.

Misalnya, saham ACES mencatatkan kenaikan pendapatan 4,66 persen. Pertumbuhan laba bersihnya juga moderat sebesar 3,16 persen.

Lalu, RALS sebenarnya mencatatkan penurunan penjualan sebesar 2,79 persen, tapi laba bersihnya tetap naik 0,55 persen. Hal itu terjadi karena perseroan melakukan efisiensi operasional secara efektif.

Saham MAPI sebenarnya mencatatkan pertumbuhan pendapatan 32,47 persen. Namun, laba bersihnya malah turun 30,62 persen. Penyebabnya bukan dari operasional melainkan pencapaian laba bersih pada kuartal I/2022 lebih tinggi karena adanya penjualan aset.

Saham LPPF sejatinya juga mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 12,12 persen. Namun, laba bersihnya turun 30,17 persen akibat beban sewa yang meningkat.

Terakhir, saham ERAA yang mencatatkan pertumbuhan pendapatan 28,86 persen, tapi laba bersihnya turun 20,2 persen. Penyebabnya ada kenaikan signifikan di beban penjualan dan distribusi, yang salah satu posnya ada kenaikan gaji cukup signifikan.

Jadi, mana saham ritel yang terbaik?

Jika melihat gross profit marginnya (GPM), LPPF menjadi saham ritel dengan GPM tertinggi sebesar 67,1 persen. Dari segi penjualan, LPPF juga mencatatkan pertumbuhan positif. Berbeda dengan RALS, meski GPM naik menjadi 47,7 persen, tapi hal itu lebih disebabkan oleh efisiensinya, sedangkan penjualannya malah turun.

Data Gross Profit Margin 5 Saham Sektor Ritel

Kuartal I/2022 Kuartal I/2023
ACES 48,3% 48,5%
RALS 46,5% 47,7%
MAPI 42,9% 44,3%
LPPF 66,1% 67,1%
ERAA 11,1% 10,7%
💡
Gross profit margin adalah selisih keuntungan laba kotor dibandingkan dengan pendapatan. Gross profit margin bisa menunjukkan seberapa efisien dalam mengelola biaya pokok penjualannya.

Namun, jika menilik net profit marginnya (NPM), saham-saham ritel ini kompak mencatatkan penurunan. Nah, dari sisi NPM, ACES menjadi yang paling menarik karena memiliki NPM tertinggi dan penurunannya terendah. Posisi NPM ACES berada di 9,3 persen.

Kuartal I/2022 Kuartal I/2023
ACES 9,4% 9,3%
RALS 5,1% 5,0%
MAPI 10,4% 5,4%
LPPF 11,3% 7,0%
ERAA 2,6% 1,6%
💡
Net profit margin menunjukkan seberapa efisien laba bersih yang dihasilkan perseroan dibandingkan dengan seluruh beban operasional dan biaya pokok pendapatan yang tercipta. Semakin besar net profit margin, semakin efisien perusahaan tersebut.

Apalagi, dari segi operasional bisnis, penjualan ACES mulai tumbuh, meski masih tipis. Dari segi beban operasional juga tidak ada masalah signifikan. Bahkan, ketika kurs rupiah menguat lagi, bukan tidak mungkin ACES akan diuntungkan karena biaya impor berkurang.

Di sisi lain, LPPF yang memiliki GPM paling tinggi, tapi NPM-nya lagi turun parah dari 11 persen menjadi 7 persen. Ini bisa menjadi warning artiya LPPF sedang mencatatkan kenaikan beban usaha yang menekan bottom line-nya tersebut.

Kesimpulan

Jika tadi kita analisis berdasarkan kinerja gross profit margin dan net profit margin, sekarang kita lihat bagaimana kondisi valuasi saham ritel, siapa yang sudah murah?

Jika melihat secara price to book value maupun price to earning ratio (PER), ERAA menjadi saham ritel yang paling murah. Namun, jika melihat bisnisnya saat ini lagi dalam tekanan. Hal itu juga terepresentasi dari harga sahamnya yang cenderung sideways.

Apalagi, bisnis ERAA dari penjualan gadget juga mendapatkan saingan ketat dari MAPI. Namun, ERAA masih menjadi pemimpin pangsa pasar di penjualan ritel. Ditambah, ERAA juga mulai ekspansi ke ritel penjualan perlengkapan olahraga dan food and beverages. Jika ada aksi korporasi menarik lainnya dari ERAA harusnya bisa menjadi menarik.

Dengan posisi valuasi yang murah, kita bisa menjadikan ERAA pilihan untuk mulai cicil bertahap.

💡
(disclaimer ini pilihan ya, ingat investasi saham adalah risiko floating loss dalam jangka panjang dan ada risiko sentimen yang tidak bisa kita duga terjadi di masa depan)

Namun, di luar itu, ada pilihan yang lebih menarik seperti, ACES yang mulai bangkit dari tidurnya. Sosok kompetitor yang dianggap mendisrupsi bisnis ACES, yakni DIY juga mulai lesu. Soalnya, bicara soal kualitas produk, ACES tetap lebih unggul daripada DIY.

Di sisi lain, MAPI secara model bisnis lebih memiliki daya tahan yang kuat karena mengincar segmen menengah atas. Hanya saja, posisi valuasinya saat ini sudah cukup mahal sehingga lebih baik tunggu lebih murah terlebih dulu saja.

Kalau kamu sudah mulai tertarik beli saham sektor ritel?