Memahami Siklus Emosi Investor di Euforia Saham Prajogo

Overall semua lagi bicarain saham Prajogo Pangestu, bahkan menenggelamkan cerita PANI yang dianggap potensial. Ini adalah bagian dari siklus emosi investor, pahami semuanya di sini

Memahami Siklus Emosi Investor di Euforia Saham Prajogo

Mikirduit – Melihat fenomena pasar saham sungguh menarik. Saat ada saham yang sudah lanjut naik tinggi secara konsisten lebih dari dua bulan, semua mata tertuju ke sana hingga berani masuk kejar harga tinggi. Bahkan, saham yang terkait lainnya dibuat gimmick kalau langka sehingga potensinya naik terus. Hal ini membuktikan siklus investor itu nyata adanya. 

Yaps, saya membicarakan tentang saham Prajogo Pangestu mulai dari BREN, BRPT, CUAN, TPIA, PTRO, dan GZCO. Menariknya, tadi pagi (11 Desember 2023) ada yang DM ke Instagram Mikirduit dan bertanya, kenapa saham PTRO disebut langka? 

Saya pun menjelaskan kalau sebenarnya PTRO bukan langka, tapi jumlah lembar saham free floatnya cuma 970.000 lot atau 97 juta lembar saham. Sehingga saat ada momen seperti saham Prajogo Pangestu naik, apalagi PTRO diakuisisi CUAN, membuat daya beli saham itu meningkat. Padahal, biasanya saham ini ya kurang likuid. Artinya, bukan langka tapi ada euforia investor yang membuat banyak orang memburu saham tersebut.

Namun,kamu pernah ingat kutipan Warren Buffett yang terkenal, yakni beli lah saat semua orang takut, dan jual saat semua orang euforia. Sebenarnya, kutipan Warren Buffett itu bermakna dalam investasi saham, kita harus melawan arus siklus emosi investor jika ingin menghindari risiko. 

Pasalnya, kalau kita mengikuti arus siklus emosi investor, risiko menjadi rugi sangat besar juga. Hal itu pernah saya ceritakan di Mikirduit dalam kisah Isaac Newton yang membeli saham South Sea Company.

Ketika Isaac Newton Jadi Korban Penipuan Saham South Sea Company
Mau tau kisah Isaac Newton rugi besar di saham South Sea Company? sampai-sampai kisahnya disebut jadi bubble pasar saham pertama di dunia. Baca kisahnya di sini

Awalnya, Newton sempat bahagia sudah cuan setelah menjual saham tersebut di level tinggi. Namun, dia melihat kok teman-temannya yang masih hold saham itu bisa lebih cuan. Akhirnya dia masuk lagi dan ingin menahan lebih lama hingga akhirnya harga saham South Sea turun. Di sini, saat Newton masih posisi untung, dia tidak menjual karena denial saham ini pasti akan naik lagi, mustahil turun. Sampai akhirnya Newton harus rela merugi bahkan lebih dalam dari total keuntungan pertama yang pernah diperolehnya. 

Hal yang dilakukan Newton itu adalah mengikuti siklus emosi investor. Lalu, bagaimana tahapan siklus emosi investor?

4 Tahap Siklus Emosi Investor

Ada empat tahap yang menggambarkan secara umum siklus emosi investor. 

Pertama, tahap keengganan, ini biasanya dialami oleh dia yang baru menjadi investor atau belum pernah memegang aset tersebut. Emosi investor di tahap ini masih berhati-hati karena takut rugi. 

Namun, ketika kenyataan yang disebutkan entah temannya, grup berbayar, atau pihak lain itu menjadi realita. Calon investor ini mulai tergoyahkan dan tertarik masuk untuk merasakan keuntungan dari aset tersebut. 

Hal ini terjadi di pasar saham AS pada medio 1990-2000 ketika bubble dotcom terjadi. Adapun, di pasar saham Indonesia juga sering terjadi, dari booming saham BUMN karya yang berujung suram, booming saham farmasi dan kesehatan, booming saham bank digital, booming saham batu bara, hingga teranyar booming saham Prajogo Pangestu dan Salim. 

Selain di pasar saham, Bitcoin, Cryptocurrency, hingga NFT juga sempat mencapai tahap booming yang membuat calon investor tertarik masuk ke sana untuk menikmati cuannya. 

Kedua, tahap optimisme dan euforia hingga ke tahap irasional. Ketika sudah mendapatkan keuntungan, investor biasanya akan memamerkan atau memberi tahu temannya kalau aset yang dimilikinya ini adalah aset terbaik saat ini. Dengan indikator, aset itu telah memberikan keuntungan kepadanya. 

Bahkan, ketika harga aset itu sudah terlampau tinggi, banyak investor yang terus menambah muatan karena dinilai menguntungkan. Dalam tahap euforia ini, banyak investor yang tidak memikirkan bagaimana manajemen risiko jika terjadi hal tidak terduga dan sebagainya. 

Ketiga, tahapan investor melakukan penyangkalan, ketakutan, keputusasaan, dan panik. Setelah aset yang memberikan keuntungan mulai turun, investor-investor biasanya masih yakin kalau penurunan itu hanya sementara. Dengan mengacu ke kutipan, semakin murah semakin diserok. Mereka pun tetap memborong saham tersebut. Bahkan, jika peluru sudah habis, mereka akan tetap hold dengan harapan bisa naik ke posisi lebih tinggi lagi. 

Di sini, tingkat denial investor membuat lahirnya banyak gimmick seperti posisi penurunan ini sudah murah sehingga harusnya ada peluang naik. Padahal, indikator murah dan mahal dari setiap investor biasanya dilakukan secara subjektif dan tidak ada acuan kepastian apakah benar murah atau mahal. Biasanya, nilai harga saham murah dan mahal juga bergantung dengan rencana si investor mau simpan berapa lama, 1 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun. 

Namun, pertahanan hati seorang investor yang mulai merugi di aset kesayangannya tersebut bakal digoyahkan ketika harga asetnya terus mengalami penurunan. Hal ini bisa menimbulkan reaksi panik hingga ketakutan dan mulai menjual asetnya di harga rendah karena merasa sudah tidak ada harapan naik lagi. Hal ini terjadi di banyak saham IPO yang sempat meroket tanpa fundamental kokoh. 

Keempat, tahap mulai menyerah hingga mulai kembali memikirkan risiko (bridging balik ke tahap pertama). Dalam tahap ini, investor kembali memahami ternyata ada risiko besar dalam sebuah aset seperti saham dan crypto. Akhirnya, investor mulai berpikir rasional tentang aset investasinya. Bahkan, ada yang memutuskan pensiun dari investasi aset tertentu di tahap ini. Soalnya, investor itu merasa fluktuasinya terlalu tinggi alias tidak sesuai dengan profil risikonya. 

Bagian ini akan membawa kita ke tahap satu lagi, di mana investor mempertimbangkan segalanya dari sisi risiko. Dan segala siklusnya akan terus berulang.

Cara Melawan Siklus Emosi Investor

Sebenarnya, ada dua cara melawan siklus emosi investor bagi investor ritel seperti kita. Dua cara ini memiliki karakter berbeda. Cara pertama benar-benar menghindari siklus emosi investor, sedangkan cara kedua mencoba meredam potensi risiko yang ada. 

Cara pertama adalah dengan menggunakan strategi investasi dollar cost averaging (DCA) alilas cicil beli sebuah aset tanpa memikirikan posisi harga dan situasinya. Misalnya, saya membeli saham BBCA tanpa memikirikan saham ini mahal atau murah selama 5 tahun ke depan. Jadi, setiap bulan dalam 5 tahun ke depan, saya akan investasi Rp10 juta per bulan di saham BBCA. 

💡
Syarat utama dari dollar cost averaging adalah menggunakan nominal modal yang sama sehingga posisi harga rata-rata yang dimiliki bisa mendapatkan posisi yang baik meski bukan terbaik. 

Hasilnya, selama 5 tahun, saya akan berinvestasi, tanpa memikirkan seberapa cuan dari BBCA dengan pembelian harga saham saat ini. Dengan begitu, saya terhindar dari euforia dan serangan panik saat saham BBCA berfluktuasi. Namun, catatannya, metode ini hanya cocok untuk beli di saham yang fundamentalnya oke. Jangan beli saham gorengan dengan cara ini, yang ada bisa rugi banyak. 

Kelemahan dari cara ini adalah sangat membosankan. Saat teman yang lain pamer cuan, ya kita tidak bisa pamer cuan dengan persentase yang besar dalam transaksi jangka pendek. 

Cara kedua adalah dengan melakukan diversifikasi. Ada beberapa jenis diversifikasi, yakni diversifikasi multi aset misalnya dari saham dengan obligasi, serta dengan deposito dan emas. Lalu, ada diversifikasi satu aset tapi beda karakter. Misalnya, memiliki saham di beberapa sektor yang berbeda seperti, sektor bank, sektor batu bara, dan sektor telekomunikasi. 

Tujuan melakukan diversifikasi ini adalah untuk meredam potensi risiko yang diterima. Misalnya, jika saham batu bara lagi booming, kita tetap mendapatkan keuntungan yang signifikan. Namun, saat batu bara mulai merosot, kita masih ada bantalan aset yang pergerakannya mungkin berlawanan dengan batu bara seperti bank dan telekomunikasi yang lebih defensif. 

Kelemahan dari diversifikasi adalah keuntungan yang didapatkan tidak terlalu optimal dibandingkan dengan all in di saham yang booming. 

Memahami Imajinasi Investasi JIKA

Semua siklus emosi investor itu dipengaruhi oleh JIKA. Misalnya, JIKA saya punya saham BREN sejak IPO, berarti saat ini saya sudah bisa mencatatkan keuntungan yang sangat besar. Faktanya, hanya berapa investor ritel yang bisa punya BREN di harga IPO? bahkan jika dapat di harga IPO, mereka pun pegangnya cuma sedikit sekali. Toh, sampai November 2023, total saham BREN yang dipegang investor ritel bahkan di bawah 1 persen. 

Lalu, JIKA saya beli saham batu bara sejak 2020, mungkin saat awal 2022 saya punya keuntungan yang besar. Pertanyaannya, seberapa banyak investor atau trader yang hold saham batu bara sejak 2020 hingga cuan banyak di 2022 atau banjir dividen di 2023. ini tidak bisa dilihat, mungkin banyak, tapi jumlahnya tidak sampai mayoritas investor. Toh, saat periode 2020-2021 banyak saham booming lainnya dari BUMN karya, farmasi, hingga lainnya. 

Dengan kata lain, peluang kita mengalami JIKA sangat kecil jika melihatnya ke masa lalu. Lalu, apa yang bisa kita lakukan? hal termudah yang menganalisis saham-saham potensial secara fundamental. Apakah oke atau tidak? prospeknya gimana? jika iya apakah harganya lagi murah? bagaimana dengan risiko bisnisnya? semua itu bisa jadi pertimbangan masuk di harga bawah dan menunggunya bertumbuh signifikan. 

Seperti, pengalaman saya di ITMG, bayangkan JIKA saya hold saham ITMG di Rp11.000 dan hold hingga hari ini, berapa banyak keuntungan yang saya dapatkan?

Penyesalan Investor Saham, Cuan 38 persen Malah Sedih
Jadi investor saham itu bukan cuma sekadar buy dan hold sampai cuan. Tapi juga harus menghadapi psikologi setelah membeli saham itu. Begini penjelasan tentang psikologi investor.

Ya itu jika, pertanyaannya, seberapa banyak investor ritel yang mampu hold saham ITMG di harga bawah, di kala trennya terus turun dan sideways? jadi daripada mikirin JIKA dan masuk saat booming serta mengikuti siklus investor, mending kita cari berlian dan beli dari bawah serta menuai-nya suatu hari nanti. Setuju?

Mau dapat guideline saham dividen 2024?

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)

 Yuk langsung join Mikirdividen DISKON LANGSUNG Rp100.000 cuma sampai 31 Desember 2023 klik di sini ya

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini