Kinerja Keuangan 2023, BBCA vs BBNI Mana yang Lebih Oke?

Rilis laporan keuangan 2023 dimulai, setelah BBCA kini BBNI rilis laporan keuangannya. Kira-kira, mana yang lebih oke, BBNI atau BBCA ya? simak jawabannya di sini

Kinerja Keuangan 2023, BBCA vs BBNI Mana yang Lebih Oke?

Mikirduit – BBNI telah merilis kinerja keuangan sepanjang 2023 dan mengklaim catatkan laba bersih tertinggi sepanjang masa. Namun, apa perbedaannya dengan kinerja BBCA? mana yang lebih oke.

Berikut ini beberapa poin penting dari kinerja BBNI dan perbandingannya dengan BBCA. 

Pertama, dari segi penyaluran kredit, BBNI mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,6 persen menjadi Rp695 triliun. Pertumbuhan kredit BBNI di 2023  ini lebih lambat dibandingkan dengan periode 2022 yang masih mampu tumbuh 10,9 persen. Menariknya, meski pertumbuhan kredit melambat, pendapatan bunga BBNI tumbuh lebih kencang setelah naik 12,4 persen menjadi Rp61,47 triliun dibandingkan dengan 9,2 persen pada 2022. 

Kedua, dari segi dana pihak ketiga, BBNI mencatatkan kenaikan sebesar 5,4 persen menjadi Rp810 triliun. Pertumbuhan ini hanya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan periode 2022 yang naik 5,5 persen. Hanya saja, rasio dana murah (tabungan dan giro) turun menjadi 71,23 persen dibandingkan dengan 72,43 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan adanya kenaikan deposito sebesar 10,1 persen disaat dana murah hanya tumbuh 3,6 persen. Efeknya, beban bunga BBNI naik 51,41 persen dan ini menjadi lanjutan tren kenaikan sejak 2022 yang sudah terbang 13,2 persen. 

Ketiga, sesuai dengan kondisi kenaikan beban bunga yang sangat signifikan, pendapatan bunga bersih BBNI turun 0,1 persen menjadi Rp41,27 triliun.

Keempat, pendapatan non bunga seperti komisi naik 6,6 persen menjadi Rp21,47 triliun. Pertumbuhan pendapatan non-bunga di 2023 sedikit melambat setelah pada 2022 sempat tumbuh 8,7 persen. 

Kelima, tren pencadangan BBNI masih turun sebesar 16,34 persen menjadi Rp9,36 triliun. Namun, tren penurunan makin lebih kecil dibandingkan dengan 2022 yang sempat turun 38 persen. Ada tanda-tanda BBNI mulai berhati-hati menurunkan tingkat pencadangannya.

Keenam, BBNI mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 14,2 persen menjadi Rp20,9 triliun. Tren pertumbuhan laba bersih BBNI melambat dibandingkan dengan 2022 yang tumbuh 68 persen. Hal itu disebabkan kenaikan beban bunga yang cukup signifikan, untungnya dari segi pencadangan masih bisa diturunkan sehingga BBNI masih bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang positif.

Kinerja BBNI dari Sisi Rasio Keuangan

Kinerja BBNI ini seperti kinerja siklus bisnis bank saat suku bunga tinggi, berbeda dengan kinerja BBCA yang tidak terlalu terdampak signifikan dari kebijakan suku bunga yang tinggi. Berikut ulasan kinerja BBNI dari segi rasio keuangan:

Pertama, tingkat net interest margin (NIM) BBNI mengalami penurunan menjadi 4,6 persen dibandingkan dengan 4,8 persen. Penurunan ini terjadi karena imbas kenaikan beban bunga yang cukup signifikan tadi. Sebuah siklus wajar saat suku bunga tinggi dari bisnis bank. 

Kedua, Cost to income ratio (CIR) BBNI juga mencatatkan kenaikan menjadi sebesar 42,9 persen dibandingkan dengan 42,6 persen pada periode tahun sebelumnya. Artinya, BBNI mencatatkan sedikit kenaikan biaya untuk bisa mendapatkan pendapatan. 

Ketiga, return on average equity (ROAE) BBNI mencatatkan kenaikan menjadi 15,2 persen dibandingkan dengan 14,9 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini menandakan tingkat efisien dan optimalisasi modal untuk menjadi laba bersih BBNI semakin optimal. 

Keempat, dari sisi rasio kredit bermasalah gross atau NPL gross, BBNI mencatatkan perbaikan menjadi 2,1 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 2,8 persen. 

Menariknya, dari sisi NPL Coverage Ratio BBNI masih cukup tinggi sebesar 319 persen. Artinya, ada kemungkinan BBNI lanjut menurunkan pencadangan di 2024 sehingga pertumbuhan laba bersihnya bisa terjaga.

Saham Bank Paling Cuan Saat Suku Bunga Tinggi? Jawabannya TIDAK
Apakah saham bank yang paling cuan saat suku bunga tinggi? jawabannya tidak, baca penjelasan komprehensifnya di sini.

Perbandingan BBNI dengan BBCA

Ada perbedaan signifikan dari kinerja BBNI dengan BBCA, meski keduanya berada di segmen yang sama. Perbedaan itu antara lain: 

  • BBCA masih mampu menggenjot pertumbuhan kredit sehingga bisa meredam kenaikan bunga dan mendorong pendapatan bunga bersih tetap tumbuh lebih positif, sedangkan BBNI mulai mencatatkan perlambatan pertumbuhan kredit, meski ruang ekspansi kredit masih tersedia dengan melihat tingkat loan to deposit ratio (LDR) BBNI berada di level 85 persen.
  • Akibat kenaikan beban bunga, BBNI mulai mencatatkan penurunan NIM. Sementara itu, BBCA masih mampu menjaga tingkat NIM naik meski saat posisi suku bunga tinggi dan beban bunga meningkat. 
  • Dari sisi NPL, BBNI mencatatkan penurunan signifikan terutama dari segmen korporasi [apakah termasuk akibat restrukturisasi BUMN karya atau tidak kami tidak mendapatkan info detailnya]. Dengan tingkat coverage ratio masih 391 persen, ada potensi BBNI melanjutkan tren penurunan pencadangan di 2024 dan mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang lebih agresif jika beban bunga sudah peak di level tertingginya, sehingga ada potensi laba bersih bisa tumbuh lebih tinggi lagi. Sementara itu, BBCA ada potensi menaikkan pencadangan jika tingkat coverage ratio NPL di bawah 200 persen. Meski, per 2023 masih sekitar 234 persen. Jika ada kenaikan pencadangan, berarti laba bersih BBCA akan melanjutkan tren perlambatan di 2024, dengan catatan jika pendapatan bunga bersih masih tumbuh terbatas karena tren beban bunga yang tinggi. 
10 Hal yang Wajib Dipahami Dari Kinerja Keuangan BBCA di 2023
Saham BBCA disebut capai laba bersih 2023 tertinggi sepanjang masa. Tapi, gimana daleman kinerjanya? beneran bagus nggak ya?

Kesimpulan

Dari hasil kinerja 2023 ini, kita bisa melihat alasan kenapa BBCA bisa diberikan valuasi mahal hingga Price to Book Value 4,76 kali, sedangkan BBNI hanya 1,35 kali. Dalam ketahanan bisnis, BBCA lebih oke karena bisa mencatatkan tren positif secara keseluruhan, bukan sekadar laba bersih akibat penurunan pencadangan saja. Serta, tingkat ROE yang tembus di atas 20-an persen jauh di atas BBNI. 

Namun, BBNI bukannya tidak menarik, saham ini cukup oke juga dengan statusnya sebagai saham bank besar dan penguasaan pasar kredit di Indonesia. Hanya saja, jika dibandingkan dengan BBCA, jelas kinerja bank swasta terbesar itu lebih menarik. 

Apalagi, kini valuasi BBNI juga sudah cukup tinggi di atas rata-rata 5 tahunnya. Dengan kondisi harga saham tengah sama-sama tinggi, BBCA jelas pilihan yang lebih logis. 

Selanjutnya, kita akan bandingkan saham-saham big bank lainnya ya setelah rilis laporan keuangan.

Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini