BTN Syariah Siap Spin-off, Industri Bank Syariah Berpotensi Meroket?
Salah satu story kuat dari saham BBTN adalah rencana spin-off unit usaha syariah menjadi BTN Syariah. Hal itu sudah dilakukan dengan akuisisi Bank Victoria Syariah. Dengan begini, akan ada satu bank syariah besar yang menandingi BRIS. Lalu, bagaimana prospek lanskap bank syariah di Indonesia?

Mikirduit – Lanskap perbankan syariah berpotensi mengalami perubahan signifikan setelah beberapa unit usaha syariah besar mulai melakukan spin-off hingga merger. Kondisi itu diperkirakan berpotensi mendorong market share perbankan syariah bisa bertambah lebih agresif.
Highlight
- Spin-off unit usaha syariah seperti BTN Syariah diperkirakan akan mengubah peta persaingan dan memperkuat skala perbankan syariah di Indonesia.
- Setelah menjadi bank umum syariah, BTN Syariah memiliki aset, pembiayaan, dan DPK yang lebih besar dari Bank Muamalat, menandakan potensi pertumbuhan signifikan.
- Industri perbankan syariah diproyeksikan tumbuh lebih agresif pada 2025, seiring spin-off, ekspansi sektor baru, dan dukungan dari tren penurunan suku bunga.
- Untuk diskusi saham secara lengkap, pilihan saham bulanan, dan insight komprehensif untuk member, kamu bisa join di Mikirsaham dengan klik link di sini
Menurut data Statistik Perbankan Syariah Indonesia hingga Maret 2024, tren Pembiayaan syariah tumbuh 9,18 persen menjadi Rp632 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Lalu, dana pihak ketiga mencatatkan kenaikan 5,59 persen menjadi Rp713 triliun.
Dari data pembiayaan per Maret 2025 tersebut, tren market share perbankan syariah mencatatkan kenaikan menjadi 8 persen dibandingkan dengan 7,72 persen pada akhir 2024.
Peluang pertumbuhan industri perbankan syariah berpotensi makin besar dengan rencana beberapa unit usaha syariah skala besar menjadi bank umum syariah. Hal ini selaras dengan regulasi OJK yang mewajibkan unit usaha syariah yang memiliki nilai aset mencapai 50 persen dari induknya atau memiliki aset minimal Rp50 triliun diwajibkan dipisah dari induk usahanya.
Salah satu unit usaha syariah yang cukup besar antara lain, milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN). Sejak akhir 2023, total aset unit usaha syariah BBTN sudah mencapai Rp54,28 triliun. Dengan pencapaian tersebut, BBTN harus memisahkan unit usaha syariah dalam kurun waktu maksimal dua tahun atau hingga akhir 2025.
Kebijakan spin-off unit usaha syariah menjadi bank umum syariah ini bisa mengubah lanskap perbankan syariah yang ada saat ini. Hingga Maret 2025,ada 14 bank syariah yang ada di Indonesia. Jika dibandingkan, hanya ada dua bank syariah yang skalanya cukup besar, yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, sedangkan gap dengan bank syariah lainnya terhitung cukup jauh.
Seberapa Besar Skala Bisnis BTN Syariah Setelah Menjadi Bank Umum Syariah
BBTN tengah memproses spin-off unit usaha syariahnya dengan mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah dengan perkiraan nilai transaksi Rp1,5 triliun sampai Rp1,6 triliun. Nantinya, Bank Victoria Syariah akan dimerger dengan unit usaha syariah BBTN tersebut sehingga menjadi BTN Syariah.
BBTN pun sudah mendapatkan lampu hijau dari Presiden Indonesia Prabowo Subianto untuk melakukan akuisisi Bank Victoria Syariah yang akan dimerger dengan unit usaha syariah-nya tersebut.
Lalu, seberapa besar nantinya BTN Syariah? kami membuat perbandingan dengan dua bank syariah besar, yakni BRIS dan Bank Muamalat, serta satu saham bank syariah yang sudah melantai di IDX, yakni PT BTPN Syariah Tbk. (BTPS).
Hasilnya, jika membandingkan dari segi aset, pembiayaan, hingga dana pihak ketiga. Dari segi aset per Maret 2025, BTN Syariah memiliki total nilai aset Rp61,19 triliun. Begitu juga dari segi pembiayaan, BTN Syariah senilai Rp46 triliun, sedangkan Bank Muamalat senilai Rp16 triliun. Dari segi DPK, BTN Syariah senilai Rp51 triliun, sedangkan Bank Muamalat sekitar Rp41 triliun.
Sehingga dengan spin-off-nya BTN Syariah, lanskap perbankan syariah akan kedatangan bank umum syariah besar baru yang membuat potensi persaingan dan ruang pertumbuhan industri bisa menjadi lebih agresif.
Setelah spin-off, BTN Syariah bisa memiliki keleluasaan untuk mengembangkan bisnisnya sehingga kapasitas bisnis serta operasional berpotensi menjadi lebih besar ketimbang masih berstatus sebagai unit usaha syariah.
Dalam pengembangan bisnisnya, BTN Syariah tidak hanya akan fokus ke sektor perumahan saja, tapi turut ekspansi ke berbagai sektor seperti ekosistem halal misalnya, pembiayaan emas, umroh dan haji plus, pembiayaan korporasi dan UMKM, serta memperluas segmentasi nasabah prioritas.
BTN Syariah tetap akan melakukan kolaborasi dengan induk usahanya, yakni BBTN untuk bisa terus mendorong pertumbuhan bisnis tersebut. Misalnya, BTN Syariah tetap menggunakan aset seperti gedung dan teknologi BBTN. Sehingga, masyarakat nasabah BBTN yang membutuhkan produk keuangan berbasis syariah bisa diarahkan ke BTN Syariah.
Sampai kuartal I/2025, BTN Syariah masih melanjutkan tren pertumbuhan kinerja yang positif. Dari segi pembiayaan, BTN Syariah mencatatkan kenaikan sebesar 5,4 persen menjadi Rp46,26 triliun. Lalu, dari dana pihak ketiga mencatatkan kenaikan 3,58 persen menjadi Rp51,39 triliun. Untuk laba bersih, BBTN mencatatkan kenaikan sebesar 20,73 persen menjadi Rp198 miliar.
Selaras dengan momentum spin-off tersebut, industri perbankan syariah diperkirakan bisa mencatatkan kenaikan pertumbuhan aset sebesar 11,9 persen pada 2025. Ruang pertumbuhan itu selaras dengan tren penurunan suku bunga Bank Indonesia yang harapannya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dalam 1-3 tahun ke depan.